[Chapter 9]

449 54 4
                                    

Ini chapter isinya hampir keseluruhannya flashback tentang masa lalu mereka, jadi maapkan kalo kurang menarik xD

.
.
.
.
.
.

Park Chanyeol POV

Aku masih memikirkan kejadian kemarin. Gambar itu. Anak itu benar-benar mirip denganku. Apa aku Channie yang dimaksud?

Ah tidak! Aku tidak boleh memberitahu Wendy. Dia pasti akan menjauhiku setelahnya. Bahkan mungkin tidak menyapaku sama sekali. Tapi usianya hanya tinggal dua bulan lagi, apa yang harus ku lakukan?

Lagi. Aku mengacak rambutku frustasi. Ini benar-benar diluar dugaanku. Anak itu benar-benar aku. Kemarin saat melihat foto itu, ingatanku terngiang sedikit. Meski hanya sedikit namun itu sangat penting bagiku.

>> Flashback on <<

Memori apa ini?

Aku menutup mataku erat-erat berusaha memfokuskan diri.

"Wannie-ah! Ayo pulang" Kata anak lelaki itu dengan nada datar. Tanpa ekspresi.

Gadis itu tertawa diatas ayunan taman bermain, dia Wendy, "Hahahah, chakkaman Channie-ah. Aku sedang bermain dengan Jiji" Sahutnya sembari terus mendorong ayunannya agar mengayun lebih tinggi.

Tatapan anak lelaki itu mengalihkan pandangannya pada gadis disebelah Wendy, gadis itu pun sedang tertawa bersama Wendy sembari bermain ayunan yang berada disebelah gadis blasteran itu.

"Wannie ayo pulang, eomma bilang harus pulang sebelum malam" Anak lelaki berumur lima tahun itu berjalan menghampiri kedua gadis itu.

Wendy--gadis itu--mengerucutkan bibir mungilnya, "Aku kan masih ingin bermain" Gerutunya, "Ah oppa! Kenalkan, ini teman baruku Eunji" Sambungnya sekali napas.

"Jung Eunji" Gadis disebelah Wendy itu mengulurkan tangannya pada anak lelaki itu seraya tersenyum lebar.

Yang diulurkan hanya menatap tangan itu, "Hm, Park Chanyeol" Balasnya singkat. Oh astaga! itu aku?

"Oppa, kau tidak boleh begitu dengan Jiji, ayo sini" Wendy meraih tanganku lalu menjabatkannya dengan gadis bernama Eunji itu, "Nah! Mulai hari ini, kita sahabat!" Wendy mengulas senyum termanisnya.

Sementara, kala itu aku hanya menatap lawan jabatanku dengan datar. Gadis bernama Eunji itu tersenyum kikuk.

"Ayo kita pulang" Aku menarik tangan Wendy kecil agak kasar. Sementara Wendy berusaha melepaskan tangannya dariku, "Chakkaman oppa, Eunji boleh ikut ya? Rumahnya searah dengan kita, boleh ya?" Rajuk Wendy, aku hanya dapat menghela napas kala itu.

"Hm" Balasku, mata Wendy melebar tanda ia tengah bergembira.

Lantas ia berlari menuju Eunji yang masih mematung ditempatnya tadi, "Ji-ah kajja kita pulang bersama!" Seperti biasa, gadis kecil itu selalu bersemangat. Enerjik.

Wendy. Gadis itu berjalan penuh semangat mengekoriku seraya menggenggam tangan Eunji. Yang digenggam hanya bereaksi seadanya.

Setelah Eunji sampai dirumahnya. Kini hanya tersisa kami berdua. Seperti biasa, gadis itu tetap enerjik, berjalan sembari melompat disetiap langkahnya. Juga bersenandung. Sepertinya ia sangat bahagia karena memiliki teman baru.

"Kau senang?"

"Tentu oppa! Akhirnya kita mendapatkan teman baru"

Sesampainya di rumah, kami bersegera masuk ke rumah kami masing-masing dimana letaknya bersebelahan.

Tanpa sadar aku mengulas senyum tipis melihatnya kala itu. Wendy Son. Aku mengingat segalanya, tentang masa lalu kami.

>> Flashback off <<

Tanpa sadar air mataku terjatuh begitu saja. Namun bibirku tetap saja tersenyum, seakan-akan tak ada yang terjadi.

Dialah yang membuatku mencoba untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya, dialah alasanku untuk bangkit dari keterpurukanku selama bertahun-tahun sejak eomma dan appa bertengkar dihadapanku. Bisa dibilang aku trauma.

Berkat pilihanku yang kala itu memilih untuk ikut dengan eomma, akhirnya aku dapat mengenalnya.

Sekarang segalanya telah jelas. Aku sudah mengingatnya. Tentang gadis bermata biru itu, Wendy.

.
.
.
.
.
.
.
.

Oiya aku minta maaf buat kalian yang ngebiasin Eunji, soalnya jadi tokoh antagonis disini :( aku pun ngebiasin Eunji huhuhuuuu.. *s

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang