[Dibuat pada 10 Januari 2016]
Kata Ibu, jadilah orang baik-baik, karena orang baik akan lebih mudah menjalani hidup. Tapi kata Bapak, populasi orang jahat mengimbangi populasi orang baik, dan jadi orang baik tidak menjamin kehidupan akan cerah di masa datang. Meski berpetuah seperti itu, ucapan Bapak kontradiksi dengan perbuatannya, karena toh selama ini Bapak orang baik. Hidupnya lempeng-lempeng saja sejauh ini.
Mina lebih memilih jadi orang baik, seperti kata ibunya. Lepas itu, tabiatnya sejak dulu juga memang baik, senang membantu orang lain meski hidupnya sendiri pun susah. Ada getar berbeda ketika Mina, dengan segala kesusahan yang berusaha disikapinya dengan abai, bisa berbuat baik pada orang lain yang membutuhkan sumbangan kebaikannya.
"Kalau ketemu pengemis, kasihlah uangmu walau seperak. Berderma pada rakyat kecil. Semoga dengan begitu, lancar pula urusan keuanganmu kelak," nasihat Ibu suatu hari.
"Jangan beri uang ke pengemis sembarangan, Mina! Berilah hanya pada yang membuatmu benar-benar iba, membuat hatimu benar-benar teriris." Bapak menyangkal nasihat Ibu, menambahkan petuah baru di pengujung kalimatnya.
Sejak hari itu, Mina menanamkan nasihat kedua orangtuanya. Bertahun-tahun hatinya menyimpan rapi nasihat itu hingga saat ini. Bertahun-tahun pula ia tak kunjung mengerti nasihat bapaknya. Ia selalu saja bingung kala memikirkannya, atau mungkin memang dasar otak Mina saja yang terlalu bebal.
Bagaimanalah Mina akan paham, kalau semua pengemis menorehkan secercah rasa iba di hatinya?
Haruskah kuberi semua pengemis itu uang?
Bulat sudah tekad Mina. Setiap bertemu pengemis, dicemplungkannya duit receh ke dalam tangkupan tangan yang mereka sodorkan, atau wadah-wadah bekas yang mereka ajukan agar ada yang mengisinya dengan bakal pengisi perutnya itu.
Dienyahkannya nasihat Bapak. Tak pandang bulu, semua pengemis akan diberinya duit receh-kecuali kalau dompetnya tertinggal atau uangnya sudah menipis, apalagi habis.
"Saya belum makan, Nduk ..."
Langkah Mina terhenti. Ia meletakkan bakul melompong-lantaran dagangan kuenya laku keras-yang semula dipanggulnya di pinggang, lantas mengeluarkan dompet dari selipan selendang pengikat bakulnya. Diambilnya duit receh dari sana. Saat tangan kanannya terjulur untuk mencemplungkan duit itu ke dalam wadah bekas yang digunakan si pengemis, dompet di tangan kirinya raib begitu saja, diambil dengan cepat dan dibawa kabur oleh si pengemis.
"COPET! ADA PENCOPET! DUIT SAYA DICOPET!" Mina sontak berteriak, menciptakan secuil kehebohan di tengah hari yang menimbulkan peluh.
Orang-orang yang berseliweran mulai saling tengok, saling bertanya lewat sorot mata. Ada apa? Kenapa perempuan itu berteriak-teriak? Apakah dia kecopetan?
Tanpa peduli reaksi berpasang-pasang mata di sekitarnya, Mina melepas lilitan selendang di tubuhnya. Kemudian secepat yang ia bisa, dikejarnya pengemis jadi-jadian yang barusan mencuri dompetnya. Duh, bagaimanalah ia akan makan nanti? Dompet gembung itu berisi jerih payah berdagang kue hari ini. Baru saja kabar bagus lantaran kuenya habis diterima, Mina harus menelan pil pahit kecopetan di siang bolong.
"Kembalikan dompet itu!"
Demi menyaksikan seorang anak lelaki yang menghadang jalan si pengemis jadi-jadian, langkah Mina terhenti. Anak lelaki berpakaian lusuh itu menghadang langkah pencopet dompet Mina dengan berani, mengajukan kepalan tangannya, mengancam dengan penuh keberanian.
Mulut gang lengang. Tidak seperti pusat keramaian pasar tadi, suasana di sini jauh berbeda. Tak banyak orang yang lewat, namun gara-gara teriakan heboh Mina beberapa saat lalu soal pencopet, orang-orang di pasar berbondong-bondong menyusul kemari. Sebagian diam mematung dan asyik menonton. Sebagian lainnya yang mulai paham akan situasi berusaha merangsek maju dengan kepalan tangan, sudah gatal ingin menghabisi si pencopet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mosaik Kehidupan
Short StoryKetika semua kepingan disatukan dalam satu momen, membentuk sebuah mosaik bernama kehidupan, apakah itu kabar bagus? Atau justru buruk? * * * * * [Berisi kumpulan cerpen, baik yang baru-baru ini dibuat atau yang sudah lama mendekam di laptop. Silaka...