[Dibuat pada 26 Februari 2016]
"Ini yang kamu sebut menyelesaikan masalah?" Mala berkacak pinggang, menatapku tajam. "Leyeh-leyeh, membolos seenaknya, melamun dengan intensitas tinggi. Ini caramu mengurai semua benang kusut itu?"
Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Praktis, kuabaikan Mala yang masih sibuk mengoceh dan menceramahiku soal banyak hal. Sudahlah, aku malas mengingat masalah yang ditembakkan padaku akhir-akhir ini.
"Sampai kapan kamu mau terus begini? Sampai liburan tiba? Sampai kamu dinyatakan tidak naik kelas? Sampai Niko yang kukenal dikeluarkan dari sekolah? Sampai―"
"Cukup!" kupotong paksa celotehannya. "Aku sudah lelah dengan kacaunya pentas kelas kita akibatku, dituding sana-sini, disudutkan semua orang. Apa salahnya aku beristirahat sejenak lantas melupakan semuanya?"
Wajah Mala merah padam, kentara sekali jika ia sejatinya masih ingin menyemburkan seruan marahnya dengan suara lebih menggelegar lagi
Pentas kelas. Ah, harusnya hari itu menjadi momen menyenangkan, namun aku malah menghancurkannya dengan membuat beberapa temanku-tanpa sengaja-tersandung kabel mikrofon yang kupegang. Satu jatuh, orang di sebelahnya terkena imbas, ikut jatuh. Disusul teman sebelahnya dan sebelahnya lagi, seperti kartu domino. Aku tidak pernah menyangka dampaknya akan sebegitu parah, membuat kelasku jadi bahan tertawaan sementara kami meringis menahan malu.
Tanggal itu menjadi hari kelam, diputuskan secara tidak tertulis. Pun denganku yang dijadikan tersangka utama, secara tidak tertulis pula, tapi perubahan sikap sebagian teman sekelasku sangat kentara; mereka tak lagi menyukaiku.
"Aku tengah berlibur dari masalah, Mal. Apa yang salah dengan itu?"
Air muka Mala mengendur, tidak semarah sebelumnya. Lepas itu, ia menyahuti, "Tidak ada yang salah, kamu benar. Tapi seperti yang semua orang ketahui, hidup selalu menawarkan pilihan. Kini, ada dua pilihan di depanmu. Kamu ingin tidur, bermimpi tentang masalahmu yang selesai tanpa bekas, atau justru bangun dari tidur-mu dan berusaha mewujudkan pengandaianmu dengan langkah nyata, menyelesaikan masalah yang-sengaja atau tidak-telah kamu perbuat. Mana yang akan kamu pilih?"
Itu yang diucapkan Mala sebelum berbalik. Dalam posisi membelakangiku, ia melambaikan tangannya. "Pikirkan baik-baik, Nik. Aku harus pulang. Dah!"
* * *
an
Ini pendek amat dah XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Mosaik Kehidupan
Kort verhaalKetika semua kepingan disatukan dalam satu momen, membentuk sebuah mosaik bernama kehidupan, apakah itu kabar bagus? Atau justru buruk? * * * * * [Berisi kumpulan cerpen, baik yang baru-baru ini dibuat atau yang sudah lama mendekam di laptop. Silaka...