Mereka turun ke ruanganan ilmuwan aneh itu dengan menuruni lift yang menyambung dengan pintu depan. "Benar-benar canggih, tapi kok dia aneh ya?" ujar Grette dalam hati.
"Ah, itu mah perasaan kamu aja kali. Dia emang aneh tapi dia juga pandai. Namanya juga Ilmuwan!" suara itu terngiang di kepala Grette. Tapi sepertinya dia kenal suara itu. Jangan-jangan....
"Filia?" kata Grette dalam hati.
"Ya?" ucap suara itu menjawab. Tuh, kan itu memang Filia.
"Hei, Filia, jangan bilang kita bisa bertelepati!" ucap Grette.
"Ups, maaf, kau bilang apa tadi? Kita? Oh, no, no, no! Hanya aku! Aku bisa membaca pikiran orang dan mengajak seseorang untuk bertelepati padanya," jawab Filia santai. Sedangkan Grette hanya mendengus kesal.Tak terasa mereka sudah sampai di ruangan Ilmuwan cerdas namun aneh itu. "Ayo, ikut saya," ucap Ilmuwan itu.
"Hm, tunggu sebentar. Tuan Ilmuwan, kita kan belum berkenalan," ujar Cane mengingatkan. "Ah, iya, saya sampai lupa. Nama saya Professor Cambridgeton. Yah, itu nama yang cukup ribet. Panggil saya Prof. Camton. Bagaimana dengan kalian?" ucap Prof. Camton panjang lebar.
Perkenalan dimulai dari Grette.
"Saya Greta Genevieve Morton, panggil saya Grette. Kemampuan saya mengendalikan es dan sebagainya," ucap Grette.Kemudian Clark,
"Saya Clarickson Matthew Johnson. Panggil saya Clark. Saya mampu mengendalikan petir, berlari cepat, dan lain-lain. Saya juga punya kembaran namanya Cane," ujar Clark.Cane lalu memperkenalkan diri,
"Nama saya Cainell Maiandra Johnson. Panggil saya Cane. Saya bisa mengendalikan angin, berlari cepat dan lain-lain," ujar Cane.Ketika Filia ingin memperkenalkan diri, Prof. Camton bicara, "Tunggu Cane, bagaimana ejaan nama panggilanmu?" tanya Prof. Camton.
"Hm... C-A-N-E," Cane mengeja nama panggilannya. "Terdengar seperti Roti Cane, hm... Daripada Cane, lebih baik Caine saja, bagaimana?" usul Prof. Camton.
Cane tampak berfikir, "Hm, cukup bagus," katanya. "Oke, sekarang ejaan namamu adalah C-A-I-N-E, bukan C-A-N-E, ya?" ucap Prof. Camton. Keempat anak itu hanya mengangguk.
"Oke, lanjutkan!" ucap Prof. Camton.
Kini giliran Filia,
"Nama saya Filiana Nolanda Wine. Panggil saja Filia. Kemampuan saya mengendalikan pikiran seperti telepati dan sebagainya, saya juga bisa menghilang, teleportasi, dan mengendalikan bayangan," ucap Filia bangga. Sungguh, kekuatannya merupakan karunia yang sempurna.Setelah mendengar perkenalan dari keempat anak itu, Prof. Camton mulai bercakap-cakap dengan mereka.
"Apa kalian disuruh untuk menemui saya oleh Ibu kalian?" tanya Prof. Camton. Keempat anak itu mengangguk.
"Ya, Ibu saya berkata, jika saya sudah memiliki kekuatan ini, saya harus menemui Professor," ujar Grette mewakili ketiga temannya.
"Hm. Seperti yang sudah saya pikirkan. Saya punya segudang ilmu tentang kekuatan kalian," ucap Prof. Camton. Ia lalu berjalan menuju rak-rak buku di samping sofa. Dan memilih buku hitam tebal.
Grette lalu membaca judul yang tertera di sampul hitam itu. "The Legend of Guardians," ucapnya. "Pasti di dalam buku ini banyak petunjuknya!" teriak Grette.
"Yap, buku ini adalah petunjuk. Mari kita mulai," ucapnya, lalu membuka buku hitam yang di tengahnya ada simbol dari kekuatan mereka. Prof. Camton menekan simbol-simbol itu dan bukunya terbuka.
"Jadi, kalian dilahirkan sebagai manusia biasa. Namun, kalian ditakdirkan untuk menjadi The Next Guardians. Para Guardian mendatangi ibu kalian di saat kalian masih di dalam kandungan dan memberikan kekuatan mereka menurut insting mereka. Kalian memang punya kekuatan yang berbeda. Tapi, kalian juga punya kekuatan yang sama. Seperti bertelepati," Prof. Camton berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Guardians
FantasyApakah Superhero itu ada? Hahaha, teruslah bermimpi kawan. Tidak, kau tidak paham, kadang mimpi merupakan kunci dari semuanya. Bahkan untuk mengetahui siapa dirimu sebenarnya di hadapan muka bumi ini.