What's Wrong?

508 39 2
                                    

Grette berjalan pulang sendirian. Ia memang sudah terbiasa pulang sekolah sendirian. Namun, entah mengapa, hari ini Grette mempunyai firasat buruk.

Namun, Grette tetap berjalan melawan rasa takutnya. "Oh ayolah, Grette jangan berpikiran negatif," serunya pada dirinya sendiri.

Tetapi, perasaan Grette masih tidak enak. Ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Grette memberanikan diri menengok kebelakang. Tidak ada siapapun.

Tiba-tiba, ketika kembali menengok kedepan, ada seseorang bertubuh besar dan berkepala botak. Ia membekap mulut Grette agar Grette tidak bisa berteriak. Oh, bagus sekali. Sekarang Grette di bawa ketempat yang sepi.

Grette semakin panik. Ia ketakutan. Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Tangannya di genggam oleh penjahat itu. Grette meronta, akhirnya tangannya bisa dilepaskan.

Namun, Grette tidak punya tenaga untuk berlari. Penjahat itu ingin menangkapnya lagi.

Grette menutup matanya sambil berkata, "JANGAN!!!" kedua tangannya ia arahkan kedepan. Berharap bisa menahan penjahat itu.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

5 detik...

"Tidak terjadi apa-apa? Kemana dia pergi?" ucap Grette dalam hati. Grette memberanikan diri membuka matanya.

Grette terbelalak. Matanya melotot. Ia membeku di tempat. Apa yang sebetulnya terjadi?

Penjahat tadi terdorong ke arah tembok, lalu membeku. Grette semakin ketakutan. Ia bergerak mundur dan semakin mundur.

Tak sengaja, ia menabrak tembok di belakangnya, tangannya juga menyentuh tembok itu. Perlahan udara dingin. Ia menengok kebelakang, alangkah terkejutnya dia. Tembok itu di selimuti es. Apa es itu dari dirinya?

Grette semakin bingung. Ia menatap kedua tangannya, lalu mengarahkan tangan kanannya kedepan. Kemudian keluarlah es dari tangannya. Grette terkejut! Apa yang terjadi?!

Grette kembali melihat ke arah es di belakangnya. Terlihat pantulan dirinya di es itu. Ia kembali terkejut. Ia melihat rambutnya... Berwarna biru muda! Begitu juga pada bola matanya yang sebelumnya berwarna coklat.

Grette panik. Ia mencoba berpikir jernih. Es-es ini muncul saat dia panik atau takut. Jika ia berjalan pulang dengan panik, es ini akan muncul dimana-mana, akibatnya akan kacau, dan rambut juga bola matanya! Ia pasti akan menjadi pusat perhatian. Di Red River City, belum ada yang mempunyai rambut dan bola mata yang berwarna. Di Red River City dominan rambut nya berwarna hitam pekat dan bola matanya berwarna coklat.

Grette mulai membuat dirinya tenang. Ia menarik napas, lalu membuangnya. Begitu terus sampai dia tenang. Benar saja, rambut dan bola matanya berubah menjadi normal lagi. Es yang di tembok-tembok itu kembali mencair. Penjahat itu sudah tidak membeku, tapi ia pingsan, atau... Hiportemia? Entahlah Grette tidak mengerti, ia lekas meninggalkan tempat itu, dan berjalan pulang.

"Apa yang barusan terjadi?"

"Ada apa ini?"

"Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku?"

Grette terus memikirkan kejadian tadi. Namun, ia tidak membiarkan dirinya panik. Ia tetap tenang berlari bersama angin...

***
Heyyoo, Readers! Sorry ya chapt 4 nya pendek, hehehe... Aku soalnya nulis dalam keadaan capek. Hehehe...

Oh iya satu lagi, gak tahu kenapa nih, aku gabisa bales personal chat kalian... Kalau mau chat sama aku di direct message ig aja ya... Di @gyanska.zks biar gampang, hehehe...

Aku tetap tunggu kritik dan saran kalian kok. Btw, thank you untuk kalian karena telah membaca and mem-vote ceritaku😊😊😊

See you in the next chapter!!!

-Gigy.

The Next GuardiansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang