Grette's P.O.V
Tok... Tok... Tok...
"Masuk." jawab Caine.
"Miss Morton, Miss Johnson, dan Miss Wine. Silahkan ke bawah untuk makan malam karena makanan sudah siap." ujar Joanne, pelayan kerajaan yang baik hati.
"Terima kasih atas infonya, Joanne. Kami akan segera turun." ujarku pada Joanne. Joanne pun tersenyum sambil menutup pintu kamarku.
***
Aku sudah tiba di meja makan. Meja makannya besar sekali, makanannya pun sangatlah banyak.
"Wow... Aku sangat suka dengan makanan!" ujar Clark sambil menduduki bangku di samping Sam.
"Baiklah, karena sekarang sudah semua anggota berada di sini. Mari kita mulai makan malamnya!" sambut Raja.
Kami pun memulai acara makan malam. Hening. Tenang.
Alex's P.O.V
Aku. Entah mengapa tidak suka situasi seperti ini. Aku merindukan suasana yang ramai bersama keluargaku.
Keluarga...
Keluargaku...
Andai mereka masih ada...
Masih ada bersamaku...
Andai saja...
Ini semua gara-gara kutukkan ini! Kalau saja dia tidak ada... ARGH!!!
"Alex?"
Sebuah suara memanggilku. Grette. Aku pun lantas menoleh ke arahnya.
Grette's P.O.V
Alex... Aku merasakan adanya gelombang api disekitarnya.
Ada apa dengannya? Dia... Saat dia menengok ke arahku, dia terlihat pucat, frustasi. Terlihat ada yang salah dengannya.
"Mengapa kau memanggilku?" tanyanya dengan ketus. Seperti biasanya. Tapi ada yang berbeda...
"Kau kenapa? Aku merasakan gelombang api di sekitarmu." ujarku.
"Itu hanya perasaanmu saja. Aku juga duduk di samping Alex tetap biasa saja." ujar Sam.
"Itu karena aku berkekuatan es. Aku bisa merasakan api, karena es lawannya api, jadi aku bisa mendeteksi gelombang api." jawabku. Sam hanya ber-oh saja.
Alex terlihat frustasi. "Maaf, Raja. Aku harus permisi." ujar Alex sambil meninggalkan ruang makan.
Aku menengok ke arah Filia. Filia pun menoleh ke arahku. "Apakah kau merasakan sesuatu yang aneh padanya?" tanyaku pada Filia, yang kebetulan berada di sampingku.
Rambut dan mata Filia pun berubah menjadi ungu. "Ya. Ada sesuatu yang aneh. Tapi aku tidak tahu itu apa. Dia menutup pikirannya dariku." ujar Filia, lalu rambut dan matanya berubah normal.
"Ku rasa hanya kau yang dapat menanganinya." ujar Filia. Aku mengerutkan alisku. "Memangnya kenapa?" tanyaku.
"Karena dia paling dekat denganmu." jawab Filia. "Ha? Apa- ah iya, kau benar juga." ujarku. Tadinya aku ingin protes, tapi aku ingat kejadian di mana aku melawan Alex yang-istilahnya-masih liar.
Saat itu, dia terlihat sedikit lemah saat menatap mataku. Eh, tetapi... Mataku memang berbahaya pada monster. Tapi... Apakah itu akan berpengaruh juga pada Guardian? Meski pengaruhnya hanya sedikit, tetapi aku tetap penasaran.
Ah sudahlah, lebih baik aku menyusul Alex. "Maaf, Raja, saya harus menyusul Alex. Saya yakin ada yang salah padanya dan saya takut itu dapat membahayakan Seazrela." ujarku seraya berdiri dari kursi makan.
"Baik. Lakukan apa yang harus kau lakukan." ujar Raja mengizinkanku. "Terima kasih, Raja." ujarku.
Dan aku lantas menyusul Alex.
***
Kemana dia pergi ya? Aku tidak dapat menemukannya. Di kamar, di perpustakaan, di taman... Argh, di mana kamu Alex?
Tunggu. Aku... Aku kan dapat merasakan gelombang api! Bodoh sekali diriku.
Aku pun memperkuat rangsangan es-ku agar dapat merasakan gelombang api Alex. Sebenarnya ini menguras energi, tapi, tidak apa-apa... Asal Alex ketemu, dan menceritakan masalahnya padaku.
Aku menutup mataku dan mulai merasakan gelombang api Alex.
Aku belum merasakannya.
Aku belum merasakan apapun...
Ah tunggu! Panas!
Di sana! Di sana gelombang apinya!
Semakin panas...
Es ku meleleh...
Kena kau.
Aku membuka mataku. Aku berada di atap kerajaan dan aku melihat sesosok laki-laki berambut model shaggy berwarna merah. Ia sedang duduk di atap sambil memegang kepalanya. Dan ia dilindungi oleh api. Panas sekali.
Alex.
Aku menebalkan es ku, jadi, jika ia mengamuk, aku masih tetap selamat. "Alex?" panggilku. Ia masih diam.
"Alex? Kau dengar aku?" tanyaku padanya. Dia masih tetap diam.
"Al-"
"DIAM...!!!" ia berteriak, lalu menghempaskanku dengan serangan apinya. Hah, untung saja ada es pelindungku ini. Kalau tidak, mungkin aku sudah tidak tahu rupaku seperti apa.
"Alex, ada apa denganmu?" tanyaku berusaha pelan. Ia masih terlihat... Um... Ganas? Liar? Entahlah.
Dia menyerangku dengan apinya. Refleks, aku mengeluarkan es ku.
Kekuatan kami setara. Apa yang bisa membuatnya lemah? Ah, iya! Mataku!
Aku memusatkan kekuatan ke mataku. Mataku pun bersinar dan aku mencoba mendapatkan tatapan matanya.
Dia menatapku. Kena kau.
Dia langsung lemah, dan akhrinya mundur. Ia terlihat kelelahan. Namun, akhirnya dia terlihat ingin melawanku lagi. Ia berlari ke arahku, dan akhirnya jarak kami pun dekat.
"Alex... Kendalikan dirimu..." ujarku lembut padanya sambil mengarahkan tanganku ke depan. Ia yang tadinya sangat ingin melawanku, akhirnya lemah.
Dan ia jatuh ke arahku.
***
Hallo Readers ku tercinta... Aku balik lagi nih... Ehehehe...Aduh Readers, aku cuma butuh 2 orang lagi biar jadi 2K Readers nih... Wkwkwk...
Maaf ya aku update nya lama. Aku banyak tugas dan sebenernya ini juga lagi sakit, tapi karena aku ada ide biar gak ilang tuh idenya aku tulis aja di sini, ehehehe...
Thanks untuk yang udh baca + vote cerita aku...
See you in the next chapter!!!
-Gigy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Guardians
FantasyApakah Superhero itu ada? Hahaha, teruslah bermimpi kawan. Tidak, kau tidak paham, kadang mimpi merupakan kunci dari semuanya. Bahkan untuk mengetahui siapa dirimu sebenarnya di hadapan muka bumi ini.