Seazrela 2 (The Story of Alex Part 2)

304 25 4
                                    

"A... A... Alexa!!!" aku histeris melihat kembaranku ditembak. Kakiku terasa lemas, aku pun terduduk di atas salju yang dingin.

James tertawa puas. Adrian mengarahkan panahnya ke arah James. Namun James mengarahkan pistolnya ke arahku.

"Jika kau melepaskan anak panahmu, aku akan menembak anak ini!" ujar James jahat.

Kau benar-benar iblis, James! Apakah tidak cukup bagimu, kedua saudaraku mati karena pistol mautmu? Apakah tidak cukup?!

Sudahlah, aku tak tahan lagi. Hangat yang ada di dalam diriku seketika menjadi panas.

Aku memberanikan mataku menatap mata James. Ia juga menatapku sambil tersenyum miring,

"Heh, kau berani menatap mataku ya, Nak?" tanyanya meledek.

"Tentu saja. Mengapa aku harus takut padamu?" tanyaku ketus. Muka menyebalkannya terlihat lagi. "Mengapa? Heh, kau-"

Plak!

Entah darimana, aku punya keberanian untuk menangkis tangannya yang memegang pistol dan menahannya.

Aku menatap matanya lagi. Bisa dilihat sekarang, di matanya, ia memancarkan ketakutan.

"A-apa yang terjadi de-dengan ma-matamu?" ujarnya terbata-bata. Eh? Mataku? Ah, sudahlah, aku tidak perduli.

Panas dalam hatiku semakin menjadi-jadi. Aku tidak tahu apa ini.

Mendadak, keluar api dari tanganku. Aku kaget, sangat kaget. Api itu menyambar ke arah tangan James yang sedang ku pegang. James berteriak ketakutan, mencoba melepaskan tangannya dariku.

Tapi entah mengapa, aku tidak bisa melepaskan tangannya. Aku hanya memperhatikan tangannya yang terbakar api. Dia sesekali-mungkin sudah sejak tadi-mengeluarkan kata-kata kutukan dari mulutnya, yang tentu saja ditujukan untukku.

Setelah aku sadar bahwa aku sejak tadi hanya memperhatikannya, aku melepas tangannya. Dan secara refleks, aku mendorongnya-dengan tangan penuh apiku-ke arah dadanya, dan lagi-lagi ia terbakar, di daerah dadanya.

Baru kali ini aku melihat seseorang yang terbakar api. Seram sekali. Ibuku berteriak histeris.

Di suatu sisi, aku sedikit tidak tega-atau mungkin tidak berani? Aku tidak tahu. Yang jelas, oh, ayolah, memandang orang yang terbakar api bukanlah hal yang lucu, bukan? Namun, di sisi lain, aku merasa tidak bersalah, dia sudah membunuh kedua saudariku.

Sebut aku pembalas dendam atau apa, aku tidak perduli. Api itu secara tidak sengaja keluar dari tanganku, seperti memancarkan isi hatiku yang semakin lama semakin kacau.

Tunggu.

Aku mengerti. Api ini muncul semakin besar dan tidak terkendali saat perasaanku kacau dan berkecamuk.

Tapi, aku benar-benar tidak bisa mengontrol perasaanku. Melihat orang yang terbakar api, meski api itu dari diriku sendiri itu sudah membuatku takut. Suara ibuku menjerit membuatku semakin merasa aneh. Ditambah, melihat tubuh kedua saudariku yang terbaring tak bernyawa-argh, bisakah aku diberi ketenangan sebentar?!

Aku menjatuhkan lutut ku ke arah tumpukan salju. Rasa dingin dari salju itu tidak membuatku merasa kedinginan karena kurasa, semua badanku terlapis api.

Jika kau pernah menonton Ghost Rider-seperti itulah aku sekarang. Bedanya aku tidak berkepala tengkorak seperti tokoh itu. Aku masih normal-yah, kurasa.

Salju yang mengenai lututku meleleh karena api dari tubuhku, membuatnya seperti air. Dari air itu terlihat jelas bahwa aku, memiliki mata yang berwarna merah dan rambut berwarna merah. Aku takut, wajahku menyeramkan sekali.

The Next GuardiansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang