6

2.8K 142 5
                                    

Aku berlari melewati lorong-lorong rumah sakit, perasaan ku merasa was-was. Sudah lama aku tidak mengunjungi Fuiya dirumah sakit, karena aku terlalu sibuk dengan pernikahan ku dengan Akira. Padahal aku menikah pun atas desakan dari Fui. Fuiya benar, aku memang harus menikah. Aku harus menjaga kehormatan ku. Mereka rela ternodai demi menjaga aku tetap suci. Harapan mereka hanya satu, berharap pada ku kalau aku bisa membebaskan mereka dari keturunan yang telah terkutuk itu.

Aku melihat banyak Nikki didepan kamar Fuiya, mereka semua tampak menunduk. Aku berlari tergopoh-gopoh dan berhenti didepan pintu kamar Fuiya. Tepat disaat itu, Baruni memeluk ku dari depan.

Aku dapat mendengar isakan tangis nya.

Ada apa?

Baruni menggelengkan kepala nya sambil terus menangis. Jantung ku tiba tiba saja berpacu, hati ku mencelos. Dengan perlahan aku fokuskan pandangan ku pada jendela kecil dipintu. Melihat sendiri bahwa seluruh tubuh Fuiya telah tertutup dengan selimut putih.

Tidak!

Aku kembali menunduk. Terasa sesak dipernafasan ku. Tidak ada isak tangis. Yang ada hanya aku yang mengeluarkan nafas banyak-banyak, dan airmata pun dengan sopan nya mengalir turun. Kenapa? Kenapa Fuiya bisa secepat ini pergi? Pada usia masih kepala dua. Kenapa?

Memori-memori ku dengan Fui tiba-tiba terulang. Membuat ku merasa sesak se sesak-sesak nya. Pada memori yang sekarang hanya aku yang menyimpan. Karena Fui telah pergi.

Fui... Jika kau telah lelah pada setiap tindakan Elit Mucikari Pusat. Lelah dengan setiap pria yang menodaimu. Lelah karena kau telah menjaga ku. Maka hari ini, aku merelakan mu untuk pergi. Kau bisa istirahat setenang-tenang nya disana. Kau sudah tidak bisa mendengar lagi cacian mucikari. Tidak lagi melayani. Tidak akan ada lagi rasa sakit sebagai seorang wanita. Terimakasih telah menjaga ku Fui. Kau dan para Nikki. Aku akan berusaha menjadi harapan yang akan nyata. Selamat jalan.... Nikki Fuiya.

***

Baruni mendorong ku pelan membuat pelukan nya tadi terlepas, dengan sisa tenaga nya, ia berbicara terbata-bata, "Kita harus pergi Anohara."

Aku menatapnya tidak mengerti. Baruni menghembuskan nafas nya pelan lalu mulai berbicara lagi, "Elit Mucikari Pusat akan kesini. Sebaiknya kita bertahan lebih dahulu di apartemen ku. Nanti kita datangi Fui setelah pemakaman nya."

"Apa? Bagaimana bisa? Aku ingin melihat Fui untuk terakhir kali nya. Aku tidak mau pergi." Aku menatap pintu dibelakang tubuh Baruni

"Ayolah Anohara... Kau tidak ingin tertangkap Elit Mucikari kan? Fui pasti mengerti kondisi nya dari dunia yang lain."

Baruni menarikku pelan lalu membawa ku ke kediaman nya, dengan sangat waspada.

***

"Apa aku boleh ke pemakaman sekarang?" tanya ku dengan harap. Sudah sejak 4 jam yang lalu aku bertahan di apartemen yang dulu juga aku tinggali ini

"Sebentar ya." Baruni memainkan laptop nya

Aku melirik kearah jam, sudah pukul 4 rupanya.

"Nah ayoo... Laporan mengatakan bahwa area pemakaman hingga radius 4 km, telah aman dari Elit Mucikari Pusat."

Aku bernafas lega, yah, memang para EMP itu ada peduli apa dengan Nikki hingga menungui nya lama? Tidak peduli kan, ya tentu saja setelah mereka mengurusi administrasi dan proses pemakaman, mereka akan pergi. Tidak pernah merasa manusiawi karena nyata nya mereka telah mengambil banyak keuntungan dari Nikki.

***

"Aku ingin ke basecamp Tim Hacker." ujar ku seraya melangkah dengan hati-hati di pemakaman umum usai berdoa di makam Fui

[2] My Husbando ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang