Alsya sudah membuat to-do list untuk hari Minggu ini; tidur.
Tapi, sepertinya semua tidak akan berjalan dengan lancar ketika Alvan masuk kamar."Acaaaaa...." Alvan melompat dan langsung berbaring di sebelah Alsya, bersikap manja.
"Pasti ada maunya deh." Ia menanggapi dengan malas, dan membalikkan badannya.
"Hehehe, tau aja. Temenin gue, yuk!"
"Males ah. Gue pengen tidur."
"Ih, Aca mah, ah. Ayo, dong. Ntar Abang beliin novel deh. Atau kita mau nonton?"
"Bisa aja ih lu, abang bakso. Ayo, lah. Tapi, bener ya beliin novel?" Alsya kena rayuan Alvan.
"Yes, haha! Kena, deh. Iya, novel. Tapi 1 aja, yaaaa!" Alvan menusuk-nusuk pipi Alsya.
"Iyaaa, udah ih sanah! Mandi, bauu!!" Alsya mendorong tubuh Alvan.
"Jhahaha!" Alvan keluar dari kamar Alsya. Ia tampak sangat bahagia.
****
Apakah sudah pernah kuberitahu kalau Alsya dan Alvan jalan di mall, terlihat seperti sepasang kekasih?Apalagi ditambah tangan Alvan yang merangkul pundak Alsya. Karena postur tubuh Alsya yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu jauh dengan Alvan, jadi semakin terlihat seperti sepasang kekasih.
Alsya mulai risih ketika semua pasang mata yang melihat mereka memandang mereka seolah-olah mereka ini pasangan ala-ala relationship goals jaman sekarang. Alsya memutar bola matanya dan melirik ke arah Alvan. Dia malah senyam-senyum gak jelas.
"Lepasin, ih. Ngapain sih pake rangkul-rangkul segala?!" Ia menjauhkan tangan kakaknya dari pundak nya.
"Biarin, ah. Gue kan jadi ga keliatan banget gitu jomblo nya, haha. Lo juga, kan? Thanks to me." Alvan menggandeng tangan Alsya.
"Najis, ih. Gak jelas banget. Ini mau kemana sih sebenernya? Daritadi jalan-jalan terus! Capek!"
Alsya sudah menjauhkan tangannya dari Alvan.
"Kemana, ya? Gak tau gue juga. Makanya, gue ajak lo. Gabut di rumah." Alvan dengan gaya santai nya melengos begitu saja. Membuat Alsya super kesal.
"Tau gitu gue tidur di rumah ih! Yaudah ah pokoknya gue mau ke toko buku sekarang. Lo janji beliin novel, kak!"
"Yaudah, ayo sekarang."
****
Alsya sedang asyik memilih-milih yang mana yang akan ia beli. Ia ingin menanyakan pendapat Alvan ketika ternyata Alvan sudah tidak ada di sampingnya lagi.
Ia hanya mengedikkan bahu tanpa mau mencari kakaknya itu. Ah, paling dia cari tempat duduk, begitu pikirnya.
"Eh, Alsya?" Seseorang menyentuh pundaknya dan memanggil namanya.
Ia menoleh sepersekian detik kemudian.
"Eh? Firman?"
Firman tersenyum sedikit.
"Mau beli novel ya, Al?"
Mimpi apa gue semalem bisa ketemu doi disini???
Aaaaaa!! Alvannnn aku sayang kamu pokonya!! Batin Alsya dalam hati.
"Iyaa, kak. Kakak ngapain disini?"
"Baru kemaren gue bilang jangan panggil kak, lupa ya?" Firman sekarang berdiri di sebelah Alsya.
"Ehehe, gak kok. Gue pengen manggil kak aja. Biar enak, hehe."
Alsya udah gak tahu lagi harus ngapain. Gugup setengah mampus!"Yaudah, gak apa-apa. Gue lagi nyari buku-buku latihan soal gitu, sih. Bentar lagi kan UN."
"Ohiyaa, ciee, jadi mahasiswa dong ya? Hahaha."
"Iyaa nih, mahasiswa yang pacaran sama adik kelas nya."
Entah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Firman. Padahal, ia hanya memikirkannya dalam hati. Tapi, malah keceplosan.
Alsya yang mendengarnya hanya diam. Itu buat gue apa bukan, ya? Gue boleh baper gak?
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya."Ekhm."
Alsya menoleh ketika ada suara di dekat telinga nya.
Ternyata Alvan. Dengan tampangnya yang minta di hajar banget! Ia seakan mengejek Alsya yang tengah berduaan dengan seorang laki-laki.
Firman tampaknya tidak sadar kalau ada Alvan diantara mereka. Tanpa sadar, Alsya memeluk Alvan saking senangnya. Bagaimana ia tidak senang? Kalau Alvan tidak mengajaknya ke sini, ia tidak mungkin ketemu Firman.
Alvan bingung ketika tiba-tiba adiknya ini memeluknya.
"Aaaa! Gue sayang banget sama lo deh hari ini pokoknya!"
"Kenapa, sih? Lo habis nabrak tembok? Atau abis baca novel teenfic yang brother complex? Ih, pokoknya gue masih normal ya! Gue gabakal suka sama lo, de."
"Apaan sih?! Macem-macem ih pikirannya. Tunggu ya, gue mau kenalin seseorang."
Alsya membalikkan tubuhnya,
"Kak, kenalin ini ab---"
Loh? Kak Firman kemana? Kok gaada?
"Mau ngenalin siapa sih?" Alvan melihat apa yang Alsya lihat. Gak ada siapapun.
"Errrr, gajadi, ka. Udah ah, yuk pulang." Alsya menarik tangan Alvan.
"Loh? Gajadi beli novel nya?"
"Gak."
"Alhamdulillah." Alvan tersenyum puas karena tidak jadi mengeluarkan uang hanya untuk sebuah buku.
Dan kejadian itu menjadi sebuah pertanyaan bagi Alsya ketika ia sampai di rumah.
Semalaman ia memikirkan semuanya.
Kemana ya Ka Firman?
Apa jangan-jangan dia hantu?
Ah, gak mungkin. Orang dia tadi noel gue, kok.
Is it real?
Yang tadi dia bilang ke gue, bener ga ya?
Ih, kenapa ya?
Kalo bener kok dia tiba-tiba ngilang ya?
Gue tanya jangan ya?
Aduh! Gak tau, ah! Pusing!!****
Halo!
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan!
Mohon maaf lahir batin :)Vote, comment and share!
See you on next post!

KAMU SEDANG MEMBACA
PS: I LOVE YOU
Teen Fiction[ ON GOING ] Usaha seorang Alsya yang mencintai seniornya, Firman, secara diam-diam membuahkan hasil. Namun, Bagaimana jadinya ketika pernyataan cinta bukan akhir dari sebuah cerita? Dan, Bagaimana ketika pernyataan cinta membuat seseorang terluka?