Tepat ketika bel istirahat berdering Firman, Dimas, Andre, Adrian, dan Aji menempati salah satu meja di kantin. Suasana kantin masih sepi karena bel baru saja berbunyi, beruntungnya mereka.
"eh, Dim. Tadi pagi kalo gue gak salah liat kayanya lo bonceng cewek ya ke sekolah? Siapa, nih?" celoteh Adrian memulai pembicaraan.
"Kampret lu gak cerita – cerita dulu. Asal gas aja." Timbal Andre.
" Yoi dong, bro. Gas dulu baru curhat, ye gak? Haha." Dimas menanggapi nya dengan santai dan sumringah karena suasana hatinya berubah ketika mengingat ia ke sekolah bareng Alsya tadi pagi.
"bonceng siapa emang lo tadi?" Firman yang daritadi mengobrol dengan Aji akhirnya mulai penasaran.
"Tebak dong, ah. Gak asik lo pada kalo langsung gue kasih tau. Hahaha."
"Alah paling juga siapa sih itu temen pacar nya si Adrian, kan? Siapa sih namanya?" celoteh Aji.
"Alsya?" jawab Firman seraya memandang Dimas penuh tanya.
Namun, yang ditatap hanya senyam – senyum bahagia bukan nya langsung menjawab pertanyaan Firman. Keempat cowok tersebut menunggu jawaban Dimas. Karena tidak biasanya Dimas membonceng cewek ke sekolah apalagi dilihat dari sifat Dimas yang bodo amat sama masalah cewek dan percintaan.
"Ciee nungguin ya lo pada?" jawab Dimas dengan muka tengilnya.
"Yeeee anjir nyesel gue nungguin." Andre beranjak dari kursi untuk memesan makanan seraya menoyor kepala Dimas. Diikuti Adrian dan Aji. Hanya sisa Firman dan Dimas di meja itu.
"Beneran, Dim?" tanya Firman dengan tampang masih penasaran.
"Yoi, Man. Doain gue ya semoga cepet jadi. Haahaha." Dimas pun berdiri mengikuti jejak teman – temannya seraya menepuk bahu Firman pelan.
Firman tidak berkutik. Ia masih setia duduk di tempat seraya berfikir apa yang sudah Dimas katakan tadi.
****
Nadya dan Alsya sedang berjalan menyusuri koridor kelas 12. Alsya menemani Nadya untuk bertemu Adrian. Siap – siap jadi kamcong sih gue. Batin Alsya.
"Nad, jangan lama, ya. Gue mau pulang, nih. Bentar lagi si Alvan jemput."
"Iya, tuan putri." Jawab Nadya dengan nada mengejek Alsya.
Beberapa menit setelahnya, Adrian keluar kelas dan menghampiri sang kekasih. Alsya hanya berdiri di pinggir balkon melihat suasana sekolah yang mulai sepi karena bel sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu.
Tiba- tiba seseorang menepuk pundak Alsya dengan sengaja dari belakang. Saat Alsya menoleh untuk mencari tahu siapa pelakunya, yang ia lihat hanyalah sebuah tembok putih. Dan ketika ia membalikan wajahnya ke depan,
"DOR!"
"Astagfirullahaladzim. Kaget woi." Seru Alsya dan refleks mengecek jantungnya apakah masih berfungsi atau tidak.
"Hahahaha. Lucu banget sih mukanya kalo lagi kaget." Dimas menertawai Alsya karen baru pertama kali Dimas melihat Alsya terkejut seperti tadi.
"Sumpah ya, kak, kalo tadi gue tiba – tiba jantungan emang lo mau tanggung jawab?!"
"Ya iyalah. Nanti gue cium kaya film Sleeping Beauty. Jadi kan lo bangun gara – gara dicium sama pangeran. Hehe."
"Yeee modus." Alsya memutar bola matanya.
" Oh, btw kok lo gak pulang? Dan juga ngapain lo ada di sini? Nyariin gue yaa?" ujar Dimas dengan sifat yang kepedean nya.
"Lah, geer amat. Tuh, gue nganter si Nadya ke sini." Tunjuk Alsya dengan dagu nya ke arah Nadya dan Adrian. Dimas pun adi ikut melihat ke arah mereka.
"Oh. Lo pulang sama siapa? Sama gue lagi, yuk?" Tawar Dimas.
"Enggak. Gak usah. Gue dijemput Alvan kok." Selang beberapa detik, ponsel milik Alsya bergetar tanda ada notifikasi pesan.
ALVAN: dimana nyet
ALVAN: gue di dpn
ALVAN: gece woi panas
Setelah membalas pesan dari Alvan ia langsung pamit pada Dimas dan menghampiri Nadya.
"Nih gue udah dijemput. Balik duluan ya, kak."
"Yah, gak jadi bareng lo, deh. But, its ok. Hati – hati ya, cantik. Salam buat Alvan." Dimas mengedipkan sebelah matanya.
"Haha apaan sih cantik – cantik. Iyaa, tar gue salamin."
Ketika Alsya ingin menghampiri the love birds, Nadya sudah berpamitan pada Adrian juga.
"Oh iya, Al. Gak usah panggil gue 'kak'. Dimas aja." Teriak Dimas ketika Alsya sudah hampir belok di koridor.
"Iya!" jawab Alsya.
Dan tanpa disadari oleh siapapun, sepasang mata mengamati semua yang terjadi di depan koridor kelas nya dari kejauhan.
"Yuk, Man. Jadi kan anter gue ke Gramedia?" tanya seorang perempuan yang sedang menutup tasnya seraya menghampiri lawan bicaranya.
"Eh, iya. Ayo."
"Thanks ya udah mau nganter gue. Jadi kangen dulu pas masih jadi pacar lo. Hehe."
"Ah apaan lagian cuma nganter doang kok." Ujar laki – laki tersebut seraya senyum tipis.
****
haii. welcome back :)
i'm trying to keep my promise to continue my story and here I am.
maaf kalau pendek hahaha
happy reading ^^
love,
me.

KAMU SEDANG MEMBACA
PS: I LOVE YOU
Teen Fiction[ ON GOING ] Usaha seorang Alsya yang mencintai seniornya, Firman, secara diam-diam membuahkan hasil. Namun, Bagaimana jadinya ketika pernyataan cinta bukan akhir dari sebuah cerita? Dan, Bagaimana ketika pernyataan cinta membuat seseorang terluka?