Firman sedang di rumah Dinda karena ia habis mengantarnya dan malas pulang.
Firman tengah duduk di ruang tengah sembari mencomot beberapa keripik yang disediakan di meja.
Terdengar suara derap langkah kaki dari tangga.
"Man, gak pulang?" Dinda duduk di sebelah Firman. Ia mulai mengerjakan tugasnya.
"Ngusir nih ceritanya?"
"Hahahah. Ya gak, lah. Mau lo tinggal di sini juga gapapa kali!"
"Si Raffi kapan pulang?" Ia menoleh pada Dinda yang sedang berkutat dengan bukunya, "lagi ngapain?"
"Gak tahu, biasanya ntar jam 4an sih." Dinda menyodorkan buku yang berisikan soal-soal Kimia kepada Firman, "nugas Kimia. Bantuin dong?"
Firman berhenti mengunyah dan langsung tertarik oleh tawaran Dinda.
"Kerjain dulu aja, nanti kalo ada yang susah tinggal nanya. InshaaAllah gue ajarin."
"Oke."
Beberapa menit berlalu, kadang Firman mengajari Dinda soal yang menurutnya sulit. Firman tidak terlalu pintar, tapi ia menyukai Kimia.
Firman teringat sesuatu yang akan ditanyakan pada Dinda.
"Nda, gue mau tanya boleh gak?"
"Kan lo lagi nanya sekarang?"
"Serius."
Dinda melepas pensil dari tangannya, lalu duduk menyender seperti apa yang Firman lakukan. Ia hanya menoleh pada Firman tanda ia akan menjawab apapun pertanyaannya.
"Alsya punya kakak?"
"Cieeee nanyain Alsya! Gue kasih tau Alsya ahhh!" Dinda hendak mengambil ponselnya tetapi ditahan oleh Firman. Dan diberi tatapan tajam menusuk.
"Oke, oke. Gue jawab. Santai dong, bos,"
"Kasih tau semuanya."
"Iya, Alsya punya kakak. Alvan namanya. Yang suka jemput Alsya itu ya Alvan. Doi alumni SMA kita, baru tahun kemarin lulus. Emang lo gak pernah lihat di sekolah?"
Firman menggeleng.
"Sibuk pacaran sama mantan, sih."
"Apaan, sih!"
"Yaa pokoknya gitu, deh. Emang kenapa?"
"Gak apa-apa. Oke, deh. Gue mau pulang, ya. Salam ke Raffi." Firman bergegas hendak pulang.
"Gak bakal nunggu dulu?"
"Gak usah. Salamin aja, ya."
****
"Assalamualaikum. Abang pulang."
"Waalaikumsalam, bang. Dari mana?"
"Dari rumah Raffi, Ma. Tadi abis nganterin Dinda dulu."
Wanita paruh baya yang dipanggil Mama oleh Firman datang menghampiri anak sulung nya yang sedang duduk melepas sepatu.
"Mau makan dulu gak?"
"Nanti aja, Ma. Lagi gak laper hehehehe."
"Yaudah, Mama di kamar ya. Oh iya, nanti jemput Raka di rumah temennya ya."
"Jam berapa?"
"Jam 4 lebih aja."
"Okey." Mama masuk ke kamar meninggalkan Firman yang tengah tersenyum mengingat jawaban Dinda tadi.
Tapi, kenapa ya gue kaya ngejauhin Alsya gitu kemarin? Apa gue cemburu? Ya ampun, Alsya. Gue gak tahu kalo lo punya kakak!
****
Gadis yang tengah berkumpul dengan teman-temannya itu terus menerus berkutat dengan ponselnya.
"Argh. Mike nyebelin parah."
"Kenapa?" Tanya salah satu temannya yang sedang menonton film.
"Gak tau, ah. Males gue sama dia."
"Lo pada tau gak Alsya anak IPS itu?"
Kini, gadis yang sedang membaca majalah fashion bertanya kepada 3 temannya.Semua perhatian langsung terfokus kepada gadis yang tadi berbicara.
"Alsya adik Kak Alvan?"
"Ohhh, yang temen nya Nadya pacar Adrian?"
"Iyaaa! Lagi deket sama Dimas tuh kayaknya."
"Bukannya sama Firman?"
"Firman?" Gadis yang memegang ponsel langsung tertarik dengan arah pembicaraan ini.
"Iya. Gue pernah liat mereka lari bareng waktu Sabtu kemarin."
"Hah? Yang bener? Gue waktu itu pernah liat dia pulang bareng Dimas!"
"Gila, gila. Diembat semua, cuy."
"Alsya siapa, sih? Kok gue gak tau?"
"Hahaha. Dasar sekre osis, sibuk!"
"Besok kita liat ya, dia deket sama siapa."
"Okayy!"
Mereka langsung saling bertatap muka. Sudah ada pemikiran-pemikiran menarik di setiap orangnya.
Lalu, mereka kembali melanjutkan aktifitas mereka.
****
Hayooo, siapa ya yang ngomongin Alsya?
Waduh, Alsya famous ya ternyata hahaha.Maaf kalo feels nya gak dapet:(
Pokoknya,
Dont forget to vote, comment and share!
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan!
See you on next post!

KAMU SEDANG MEMBACA
PS: I LOVE YOU
Novela Juvenil[ ON GOING ] Usaha seorang Alsya yang mencintai seniornya, Firman, secara diam-diam membuahkan hasil. Namun, Bagaimana jadinya ketika pernyataan cinta bukan akhir dari sebuah cerita? Dan, Bagaimana ketika pernyataan cinta membuat seseorang terluka?