Part IX

783 64 1
                                    



Bel tanda pulang berbunyi. Tzuyu dengan cepatnya bngkit dari kursi dan berlari menuju taman belakang kampus untuk menenangkan pikirannya yang sangat kacau akan kenangannya dengan..... akh! Aku bisa gila setelah ini, batin Tzuyu geram. Ia tidak mempedulikan panggilan Nayeon yang menyuruhnya untuk menunggunya yang masih membereskan buku-bukunya.

"Ya! Tzuyu-a! Kenapa kau meninggalkanku?!" sahut Nayeon membereskan buku-buku dan alat tulisnya. Tzuyu tidak peduli dan segera keluar menuju taman belakang dengan hidung merah berusaha menahan air mata.

Sesampainya di taman, tempat yang biasanya ramai akan siswa-siswi Incheon University, kini menjadi sepi karena murid-murid tengah berhamburan pulang. Merasa aman, Tzuyu terduduk di kursi taman dan air matanya tumpah begitu saja. Ia mencoba mengeluarkan seluruh kenangan yang ia pendam sedari tadi.

Semakin ia melihat Mingyu, semakin menusuk rasanya dan rindu mulai menerjang dirinya. Walau tampang didepannya polos ataupun biasa saja, tapi hatinya remuk berkeping-keping tidak keruan dan kenangan mulai menerjang pikirannya, membuat konsentrasinya hancur dan tidak focus. Tzuyu menunduk seraya menangis tidak jadi-jadinya.

Gadis itu lelah akan menahan seluruh kenangan menyakitkan ini. Ingin berkata jujur. Tetapi, dia tidak bisa karena ia tahu pasti Mingyu tidak akan mengingatnya karena kejadian itu sudah berlalu beberapa tahun.

Tiba-tiba, Tzuyu menyadari ada sebuah tangan yang hangat menghapus air matanya dan tengah terduduk didepannya dengan khawatir. Gadis itu mendongak dan terbelalak kaget melihat siapa yang mengusap air matanya.

Mingyu's POV:

"Nayeon-a, gwaenchana? Wae geurae?" tanya Minghao dengan paniknya melihat Nayeon berjalan lemas ke arahnya dan aku yang baru keluar kelas. Nayeon mendongak menatap kedua namja itu bergantian dan tatapan memantulkan pancaran.. khawatir.

"Tzuyu.. dia... dia kabur meninggalkanku," kata Nayeon tergergap dan mencoba untuk tenang karena ia ingat jelas Tzuyu lari meninggalkannya dengan wajah merah padam. Nayeon pun menceritakan apa yang terjadi tadi setelah ia keluar dari kelasnya. Aku dan Minghao menyimak dengan teliti dan sedikit terkejut mendengar bahwa Tzuyu keluar dengan wajah merah padam.

"Mwo? Eodiya? Aku harus menghampirinya sebelum terjadi sesuatu padanya," panikku.

"Dia sepertinya ke tempat sepi dibelakang kampus. Tapi aku tidak tahu dimana dan aku khawatir akan terjadi apa-apa kepadanya." Nada suara Nayeon memang terdengar khawatir dan menatapku penuh harap agar aku mengejarnya.

"Arraseo. Minghao-a, kau bawa Nayeon pulang saja. Aku akan menjemput Tzuyu dibelakang." Minghao mengangguk dan ia pun beranjak menuju parkirannya, sementara aku menghampiri Tzuyu yang berada dibelakang kampus. Aku menelusuri seluruh bagian belakang kampus; mulai dari kantin, lapangan, gerbang belakang hingga aku berhenti di depan taman.

Aku melihat Tzuyu tengah menunduk dan menangis tersedu-sedu. Gadis itu juga tidak menyadari keberadaannya yang sudah berjalan mendekatinya dengan perlahan. Aku duduk didepan gadis itu dengan perlahan dan mengusap air mata gadis itu dengan ibu jarinya.

Baru menyadari aku berada didepannya, Tzuyu mendongak dan terbelalak kaget melihatku yang sudah berada didepannya. Aku hanya tersenyum kecil dan gadis didepanku masih terdiam didepanku.

Author's POV:

"M-mingyu-a..."

Suara itu...

Entah pikiran apa yang tiba-tiba membuat kenangan yang awalnya ingin ia ketahui, kini muncul perlahan hanya karena cara berbicara Tzuyu yang menyerupai seseorang. Seseorang yang ia cintai dulu semenjak ia SMP dan hingga sekarang... ia baru mengingat sosok itu.

"Wae geurae? Mengapa kamu menangis?" tanya Mingyu dengan lembut, mencoba mengkontrol otaknya yang sudah menggila akan kenangan yang membuat dirinya sendiri penasaran.

"A-aniya. Gwaenchana, wae?"

"Kau tidak terlihat baik-baik saja. Kenapa kau menangis?" tanya Mingyu sekali lagi. Gadis itu hanya menggeleng pelan dan tersenyum.

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya... pilu."

"Kalau kau bilang pilu, aku rasa yang lebih tepat kamu mengenang momen seseorang. Benar?"

Tzuyu terbelalak terkejut tapi ia hanya bungkam mendengarnya. Mingyu tersenyum dan mengelus rambut Tzuyu perlahan.

"Tidak apa-apa menangis. Mungkin kau akan baik-baik saja ketika di rumah. Ayo pulang bersama! Aku akan mengendarai motorku disebelah motormu. Jaga-jaga kau diapa-apain oleh penghuni sini," ucap Mingyu dengan tulus. Entah apa yang merasuki Tzuyu hingga gadis itu mengangguk.

Mingyu pun merangkul bahu Tzuyu dan menggiringnya menuju parkiran. gadis itu mengenakan helmnya dan menyalakan mesin motornya. Mingyu melakukan hal yang sama dan akhirnya mereka pun pulang bersama.

Sesampainya di apartemen Tzuyu, Mingyu melambai ke arah gadis itu dan tersenyum. Tzuyu tersenyum dan mereka pun berpisah. Dalam pikiran Mingyu terbesat 1 pertanyaan yang meragukannya.

Apakah Tzuyu ada hubungannya dengan masa lalu yang ia lupakan?

When Love Strike BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang