Part XV

581 59 0
                                    


"Mingyu-a," panggil Minghao. Mingyu tidak berkutik pun akan panggilan Minghao.

"Ya! Mingyu-a!" panggil Minghao lagi. Lagi-lagi, lelaki itu tidak menjawab panggilanya.

"Ya! Kim Mingyu!" sahut Minghao, membuat Mingyu tersentak dan melotot ke arah Minghao dengan kesal.

"Mwo? Kau gila hah?!" kesal Mingyu menoyor kepala Minghao. Minghao mendesis kesal dan ikut memandang ke arah pandang Mingyu. Ha? Itukah...

"Kau iri dengan mereka?" tanya Minghao, spontan membuat Mingyu terbelalak.

"Mworago??!!" kesal Mingyu. Minghao hanya mengedikkan bahu dan kembali mencatat daftar pemenang masing-masing kategori lomba.

"Ya! Maksudmu aku iri terhadap Jungkook?" tanya Mingyu bingung. Minghao mendelik ke arah Tzuyu dan mengangguk pelan. Mingyu mendesis kesal akan pernyataan Minghao yang blak-blakkan tetapi benar juga. Apakah ia iri dengan Jungkook? Padahal baru sehari mereka bertemu, ia sudah iri saja? Ini semakin membuat kepalanya frustasi harus bertingkah seperti apa di depan Tzuyu nanti.

"Kelihatannya kau tidak bisa menerima keberadaan Jungkook sejak kau melihatnya begitu... menempel dengan Tzuyu," ucap Minghao tenang tetapi tajam. Mingyu melotot ke arah Minghao dan hanya melihat ke arah lapangan kembali. Lelaki itu tidak sampai kepikiran bahwa Tzuyu memiliki mantan yang jauh... terkenal dibandingnya. Ia tidak bisa kalah lagi setelah ia kehilangan Tzuyu sekali dan itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ia tidak ingin itu terjadi lagi. Tetapi ia juga tidak ingin merusak kebahagiaan orang yang ia cintai, apalagi Tzuyu. Apalagii Tzuyu, kekasih tersayangnya dan ia sudah cukup menyesal membuat 1 kesalahan yang sangat, sangat fatal untuk di lakukan. Betapa bodohnya dirinya meninggalkan Tzuyu saat itu. Maka dari itu, ia ingin berhenti.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi untuk yang kedua kalinya," gumam Mingyu dengan pelan tetapi meyakinkan. Minghao sempat menoleh ke arah sehabatnya itu dan tersenyum kecil.

"Aku tahu itu," ucap Minghao dengan pelan.

Mingyu bangkit dari kursinya dan memperhatikan Tzuyu dari kejauhan. Ia memicingkan matanya mengawasi Jungkook yang mungkin saja menyentuh Tzuyu yang dengan santainya menerima sisi tubuh Jungkook di sisinya tanpa rasa risih pun. Sementara dari tempat Tzuyu, gadis itu merasa gelisah melihat Mingyu menatapnya dengan tajam dari dekat lapangan basket. Saat ini, ia dan Jungkook sedang melihat pertandingan basket antar kampus yang menarik perhatiannya. Tetapi selerenya menonton berubah sedikit luntur dikarenakan perhatian tajam Mingyu. Jungkook yang juga merasakan kegelisahan Tzuyu spontan menoleh ke arahnya dan tersenyum.

"Ada apa?" tanya Jungkook menyadari kegelisahan Tzuyu.

"Oh, aniya. Aku hanya risih saja," ucap Tzuyu tidak ingin membuat khawatir Jungkook yang sedari tadi menikmati pertandingannya.

"Yakin? Kau kelihatannya risih sekali dan gelisah. Ada masalah?" tanya Jungkook khawatir. Tzuyu menggeleng pelan dan tersenyum manis ke arah lelaki itu.

"Oppa nonton saja. Aku mengganggu oppa yang sedang santainya menonton pertandingan," ucap Tzuyu menunjuk ke arah lapangan basket. Jungkook tersenyum ke arah dan menonton pertunjuk itu kembali. Tzuyu menatap ke arah Mingyu dan jantungnya langsung berdebar tidak keruan. Mengapa dia menatapku seperti itu? Batin Tzuyu.

"Oppa, aku kesana sebentar ya..." Tzuyu menunjuk ke arah pinggir lapangan. Jungkook mengikuti arah jari Tzuyu dan mengangguk.

"Baiklah. Jangan lama-lama ya... Aku tidak tahu sama sekali lokasi kampus ini," ujar Jungkook. Tzuyu mengangguk dan ia pun menuju pinggir lapangan, tempat Mingyu memperhatikannya dari jauh. Tzuyu berdiri di hadapan Mingyu.

"Oppa, wae geurae?" tanya Tzuyu. Mingyu menoleh ke arah Tzuyu dan tersenyum miris.

"Senang kau bermain bersama namja itu?" Mingyu menunjuk dagunya ke arah Jungkook. Tzuyu mengikuti arah tunjuk Mingyu dan terbelalak kaget. Dia cemburu?

"Oppa cemburu?" tanya Tzuyu heran.

"Kalau misalnya aku bilang iya, kau akan bertindak atau tidak?" kata Mingyu pedas. Tzuyu mengangkat alisnya dengan heran.

"Dia hanya chingu, oppa. Janganlah kau berpikir yang tidak-tidak," ucap Tzuyu. Mingyu menghela napas panjang dan menatap Tzuyu lekat.

"Sekarang aku tanya, siapa yang kau pilih di antara kita berdua. Aku yakin bahwa namja yang dilapangan bukan hanya sekadar 'teman'," Mingyu megutipkan kata-kata teman. Tzuyu merasa saat itu juga jantungnya berdebar kencang dan ketakutan menerjang dirinya. Mingyu mengembuskan napas dan menepuk pundak Tzuyu.

"Nanti setelah acara, aku ingin bicara padamu. Dan, aku tidak ingin ada alasan lagi," ucap Mingyu dingin. Lalu namja itu pergi meninggalkan Tzuyu. Tzuyu masih terdiam di tempat dan pikirannya mulai kacau. Ia tidak menyangka Mingyu akan secemburu dan sedingin itu padanya. Tzuyu pun menghela napas dan kembali ke lapangan. Dalam hati, ia harus memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan nanti saat berhadapan dengan Mingyu.

ҙ

When Love Strike BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang