First Love

6.4K 691 4
                                        

Tiga tahun yang lalu...

Sore ini hujan turun sangat deras sekali, mungkin juga di Jakarta yang langganan banjir ini bisa dipastikan banjir dan disini, dirumah sakit besar dipusat kota ini penuh dengan orang-orang. Banyak korban kecelakaan karena hujan pertama turun.

Tampak dari jauh seorang pria setengah baya mendorong kereta bersama perawat.

Lama mereka berdiskusi dan terlihat pria itu pucat dan bingung mendengar penjelasan suster berambut ikal itu. Sedangkan diatas kereta dorong tampak seorang pria berumur sekitar tiga atau lima tahun diatasku meringis kesakitan dan penuh simbah darah. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang sepertinya terluka karena terlihat darah merembes dari jari-jarinya.

"Maaf pak. Kami tidak berani menangani kasus ini jika tidak ada surat keterangan dari polisi...lalu siapa yang akan menjamin?" suara suster Amel menjelaskan pada pria paruh baya tadi. Pandanganku kembali pada pria muda itu yang sudah mulai pucat.

Sementara suster Amel menjelaskan panjang lebar pada pria tua tadi yang sekarang semakin pucat lagi.

"Ishhh...Indonesia..."geramku.

Aku segera berjalan mendekat dan berdiri dengan kesal didepan suster Amel.

"Ada apa sih sus!"seruku.

"Eh. Mbk Cinta.." suster Amel tampak gugup melihatku berdiri dengan wajah dilipat-lipat. Sebenarnya aku marah bukan karena suster ini tapi karena papa lama sekali.

"I-ini.... bapak ini mau pemuda ini segera dirawat...tapi ini korban penusukan mbak... Rumah sakit tidak berani menangani jika tidak ada surat polisi atau ada penjamin dan..."

"Aku yang menjamin!!"seruku kesal.

Kalau mati sapa juga yang susah dan menanggung malu? Tentu papa selaku pemilik rumah sakit.

"Eh?" suster Amel bingung.

"Dia pacarku!!"geramku kesal.

Suster Amel, pria tua tadi dan pria muda yang kesakitan itu begong.

Aku melirik mereka bertiga apakah ada yang curiga?

"Pa..pacar??" tanya suster Amel tergagap.

"Iya!! dia pacarku!! jadi apa suster akan membiarkannya mati disini??" kataku sambil melotot.

"Ba...baik mbak..." kata suster Amel yang segera memberikan kode pada rekan-rekannya supaya menangani pria ini.

Aku melihat pasien muda tadi dan mengerlingkan mataku diam-diam dan tersenyum kecil. Dia tersenyum dan sesaat kemudian meringis melihat keusilanku.

Mungkin kejadian ini akan sedikit menghebohkan orang rumah tapi biarlah. Sesekali menghabiskan uang papa tidak ada salahnya. Toh rumah sakit ini tidak akan bangkrut hanya karena menangani satu pasien korban tusukan.

Biarlah....

Love (by Yui)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang