❌C H A P T E R 4❌

298 25 2
                                    

[Sudah direvisi]

  Pagi itu Devan sengaja bangun pagi, perasaannya sungguh tak seperti biasanya, terlihat tampak sedang berbunga bunga. Sangat berbeda dari biasanya. Tukang ngaret, sering malas pergi kesekolah dan sebagainya. Tapi hari ini tidak karena ada Seseorang yang membuatnya menjadi lebih baik.

  Pukul enam kurang lima belas menit, Devan sudah turun kebawah, memakan semua makanan lezat yang sudah dimasak oleh ibunya itu tanpa tersisa satu nasipun.

"Tumben kamu bangun pagj, ngelebihin ayah kamu" Ucap Jenni menyindir. Devan hanya tersenyum kearah ibunya.

"Mama gimana sih, anak bangun telat diprotes bangun pagi diprotes Devan mesti gimana ma" tanya Devan disela sela memakan roti isinya.

"Mama agak ragu aja sama kamu, Akhir akhir ini kok sering bangun pagi, kamu baru jatuh cinta ya, sama anaknya tante Sophie?"

"Tante Sophie siapa ma?"

"Rumahnya di blok A, yang anaknya kamu anter kemarin. Terus tante Sophie juga bilang ke mama-"

"Ma, Devan berangkat dulu ya" potong Devan cepat, lebih baik ia berangkat duluan sebelum mamanya kembali mengatakan hal yang diluar kendali.
Devan bangkit dan menyalimi tangan ibunya sopan, setelah itu ia berlari menjauhi ruang makan tersebut.

"Jangan lupa ajak ceweknya kesini, mama mau kenalan" teriak Jenni yang membuat Devan tersenyum sendiri.

-MCG-

  Setiap menit Dara selalu melihat sebuah jam tangan yang baru saja dibelinya bersama Sophie kemarin.

Mengapa hari ini bus belum datang datang juga. Pikirnya.

"Eh kak Dara" sapa seorang lelaki yang baru saja sampai. Dara hanya melirik lelaki itu sekilas, kemudian ia mengalihkan pandangannya menjadi menatap jalanan yang tampak sepi.

"Biasanya jam segini bus belom pada dateng, kecuali kakak datengnya agak siangan kayak saya kemaren" jelas Devan. Ia sengaja datang pagi, karena ia tahu Dara pasti sudah berangkat ke halte bus.

   Dara tak menjawab perkataan lelaki itu, menatapnya untuk kedua kalinya saja tidak apalagi menjawabnya. Moodnya sangat cepat berubah.

   Devan menarik nafasnya dalam 'ini resiko pdkt sama kulkas' batinnya. Lalu sebuah Bus datang bertepatan saat Devan baru saja ingin duduk dikursi halte yang terletak didepan kompleknya.

   Berbeda dengan Dara, Devan hanya mengekor kemanapun Dara pergi seakan tak mau melepaskan gadis dingin itu. Lalu bus itu membawa mereka berdua menuju sekolah mereka berdua.

-MCG-

    Dara hanya menatap secangkir Capucinonya dengan tatapan malas. Entah mengapa hari ini ia sangat tak bersemangat untuk bersekolah ditambah lagi melihat sosok Vano yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

"Ra, lo mau pesen makanan apa biar gue pesenin" tawar Rani yang disertai gelengengan kepala oleh Dara.

"Gak mood makan" ucapnya dingin
"Ayolah Ra, makan kata tante Sophie kemaren lo nggak mau makan dia jadi khawatir banget sama lo" ucap Fanny yang membuat Dara menegakan badannya.

Baru kali ini gue ada yang perhatian banget sama gue selain Om, Tante sama Bang Dito. Batinnya.

"Gue lagi males makan Fan"

"Gue tahu lo lagi ada masalahkan, cerita ke gue siapa tahu gue bisa bantu" tawar Fanny memajukan wajahnya kearah Dara, karena jaraknya yang berhadapan Fanny bisa langsung mengetahui apa yang disebunyikan oleh gadis itu.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang