❌C H A P T E R 1 2❌

188 18 0
                                    

[Sudah direvisi]

That which does not kill us makes us stronger.
-Dara

-MCG-

"Kenapa harus menjauhi masa lalu. Kenapa lo nggak mau cari lebih tentang semua itu" pertanyaan Devan barusan rupanya sangat menohok hati Dara. Bukannya ia menjauh dari masa lalu, gadis itu hanyalah takut. Takut jika semua mimpi buruk itu kembali lagi.

"Stop ungkit ungkit masa lalu gue" Potong Dara cepat. Ia tak mau, Devan semakin sok tahu akan masa lalunya yang sengaja ia sembunyikan itu.

"Gue kayak gini karena gue peduli sama lo ra" Jawab Devan tegas. Tapi yang ia dapat hanyalah sebuah lirikan kecil.

"Peduli. Orang tua gue aja nggak peduli sama gue, ngapain lo peduli sama gue" Dara membalik buku pelajarannya. Mencoba mengalihkan pembicaraan mereka berdua agar gadis itu tak menangis menjadi jadinya.

"Jangan ngomong begitu ra. Mungkin mereka punya maksud tertentu"

"Maksud apa? Mereka jelas nggak pernah ngangep gue sebagai anak" Ucap Dara. Suaranya semakin parau. Devan disampingnya mengengam tangan kiri Dara erat.

"Lo bukan tipe orang yang gampang nyembunyiin tangisannya. Lo boleh nangis sesuka hati lo" Ucap Devan lembut. Sebenarnya sangat terlihat sekali dari mata hitam milik Dara, bahwa gadis itu sedang berkaca kaca.

Devan tidak tinggal diam. Lelaki itu perlahan menarik tangan Dara untuk masuk kedalam pelukan hangatnya. Dara hanya pasrah, dirinya menjadi tidak kuat saat membicarakan tentang keluarganya. Setetes cairan bening mulai membasahi wajah gadis itu. Walaupun tak terdengar, Devan cukup peka akan hal itu.

"Kenapa orang tua gue nggak pernah ngunjungin gue. Kenapa mereka malah memilih untuk ninggalin gue sejak bayi" Lirih Dara masih dalam tangisannya. Devan mengusap lembut puncak rambut gadis itu. Walaupun sedang diikat, Devan masih bisa merasakan aroma khas Dara yang selalu membuatnya selalu merindukannya.

"Gue yakin lo cukup kuat karena kejadian itu ra. Jangan buat diri lo kayak gini, itu sama aja memberburuk keadaan" Ucap Devan lembut. Dara tampak menghela nafasnya berat.

"That which does not kill us makes us stronger" Ucapnya parau

"Gue nggak sekuat yang elo bayangkan" Lanjutnya menghirup nafasnya sekali lagi. Menarik pelan tubuhnya dari eratan lelaki disampingnya itu.

"Gue bakal jadi tempat curhat lo. Karena gue udah berjanji sama lo, gue bakal jadi tameng lo. Ingat janji gue" Ucap Devan menguatkan Dara. Dara tersenyum tipis kearahnya "thanks"

"Gini aja. Dua hari lagi gue ngajak lo jalan jalan mau gak. Itung itung bayaran gue, karena lo mau ngajarin gue yang bebal ini" Devan mengambil pulpennya yang sengaja ia taruh dimeja. Menjepitnya diantara hidung dan mulutnya. tak lupa lelaki itu mengerucutkan bibirnya.

"Seterah deh"

-MCG-

Dara hanya bisa menelan ludahnya ketika Jenni-Mamanya Devan datang kesekolah untuk menemuinya dan mengajaknya berjalan jalan ke sebuah mall dijakarta. Dara tidak sanggup menolaknya, mau bagaimana lagi. Gadis itu akhirnya menyerah, mengikuti semua ajakan dari wanita itu.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang