❌C H A P T E R 1 8❌

150 13 7
                                    


          "Bagaimana tidurnya Devan sayang? Nyenyak?" Kata seseorang saat melihat Devan memejapkan matanya dan membukanya perlahan.

           Devan tersentak kaget saat melihat siapa orang yang dihadapannya. Sebenarnya apa urusan orang itu dengannya sampai sampai menjadikan cowok itu tawanan.

                "Mengapa Vano belum sadar juga. Apa pengaruh obatnya belum berakhir?" Kata cewek itu lagi sambil berjalan mendekat kearah mereka berdua.

            Devan melirik kesebelah kanannya. Ada Vano. Berarti bukan cowok itu yang menculiknya, karena disini jelas jelas bukan hanya Devan dan Zeyya saja, Ada Vano.

           "Ada apa sayang," Kata Zeyya dengan nada manja. Membuat Devan mual dan ingin mencekiknya.

            "Hmn... Apa urusan lo sama gue!" Devan meronta ronta. Ikatan pada tangan dan kakinya sunguh kencang membuatnya tak bisa bergerak.

                 "Lo lupa? Gue kakak kelas yang dulu suka sama elo, tapi elo gak pernah sama sekali ngelirik gue. Dan sekarang elo malah suka sama temen gue," Jerit Zeyya tanpa sadar. Diam diam Vano mulai tersadar, cowok itu mendengar semuanya. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang mempunyai kisah seperti itu. Ternyata Zeyya juga.

                   Devan terdiam cukup lama, ia tak bisa berpikir dengan jernih lagi. Sebelum seseorang mendobrak pintu gudang tempat dimana mereka berada.

              "Dia disana," tunjuk Adrian kearah Zeyya. Para polisi itu menganguk lalu berjalan kearah cewek malang itu. Salah satu polisi memakaikan borgol pada kedua tangan cewek itu dan menguncinya.

           "Lepasin gue!" Bentak Zeyya brutal. Cewek itu juga mulai meronta ronta, meminta dilepaskan.

         "Urusan kita belum selesai Devan!" Ancam Zeyya dengan nada datarnya. Padahal cewek itu udah diborgol masih sempat sempat mengancam Devan dengan srigai khasnya.

         "Kok elo disini?" Tanya Devan bingung. Adrian tersenyum tipis sambil membukakan tali pengikat kedua tangan dan kaki Devan.

           "Udah seminggu terakhir, gue ngikutin Zeyya sama seorang cowok. Gue ngeliatnya samar, karena mungkin dia tau. Gue merhatiin mereka, makannya yang cowok langsung pergi. Gue bilangin ke lo. Hati hati, karena sang cowok belom ketangkep," Jelas Adrian sambil membuang tali tali yang mengikat itu.

            "Trus Vano gimana?" Tanya Devan bingung.

           "Dia bisa ngurus dirinya sendiri, kita mesti cabut. Jemput Dara," Jelas Adrian berjalan mendahului Devan keluar gudang tua ini.

•••

        "Kayaknya Dara udah balik sama Fani deh," Kata Adrian melemparkan sebotol air mineral kearah Devan. Devan menangkapnya lalu membuka botol pemberian Adrian itu dan menenguknya.

          "Thanks," Ucap Devan memamerkan senyuman manisnya.

         "Buat?" Tanya Adrian bingung. Cowok itu menenguk air minumannya juga sama seperti Devan.

         "Semuanya." Ujar cowok itu bersemangat.

        "Your Welcome," Adrian memamerkan kembali senyuman manisnya.

       "Lo yakin, gak mau cabut bareng gue? Gue anter." Sambung Adrian lagi. Devan mengeleng pelan sambil tersenyum kearah cowok itu.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang