❌C H A P T E R 1 5❌

155 15 3
                                    


       Langkah Devan terhenti saat melihat sosok Dara disebuah tempat bermain keluarga. Kali ini Dara sedang tak sendiri, ia bersama seorang cowok yang bisa ditaksir memiliki umur yang tidak berbeda jauh dengan Dara.

      Harapan yang dibangun oleh Devan, mendadak hancur. Hanya tersisa sebuah angan angan saja, kalau ia tak bisa memiliki Dara. Tapi melihat Dara saat ini membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi. Dara tertidur lemas dipundak cowok itu. Tidak biasanya.

        Perlahan Devan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Dara berada sekarang. Ternyata dugaannya benar. Cewek itu memang Dara, tapi siapakah cowok itu.

"Maaf teman saya kenapa ya?" Tanya Devan bingung. Bukannya menjawab pertanyaan Devan, Cowok yang duduk disebelah Dara hanya menatapnya tak suka.

"Kamu siapanya Dara?" Tanya Cowok itu ketus. Sorot ketidak sukaannya terlihat jelas dimata cowok itu.

"Saya pacarnya," ucap Devan mantap. Saat Devan ingin membawa Dara kedalam gendongannya, dengan Cepat Cowok itu menarik badan Dara, mulai membawanya kedalam gendongannya.

"Tapi saya calon tunangannya," Ucap cowok yang bernama Levino itu.

       Ucapan Levin ternyata berhasil mendinginkan Hati Devan. Membuatnya ingin menyerah saja, Tapi ada setengah dari jiwanya menolak untuk menyerah. Masih ingin mempertahankan Dara.

        Devan hanya terdiam saat mereka berdua sudah pergi, hanya tersisa rekaman kejadian barusan yang membuatnya hancur seketika. Semua itu buyar setelah kedatangan Adrian. Yang masih dengan nafas yang tak beraturannya.

"Dara kemana?" Tanya Adrian bingung. Cowok itu memutar kepalanya mencari sosok cewek mungil itu, tapi hasilnya sia sia.

"Udah dibawa pergi, sama calon tunangannya," Jelas Devan sambil tersenyum getir. Adrian Sama seperti Devan lima belas menit tadi, wajahnya mengatakan bahwa cowok itu sedang syok berat mendengar kenyataan pahit ini. Padahal ia juga ingin menyatakan perasaannya pada Dara, sama seperti Devan.

***

"Ra, kamu udah sadar?" Ucap Levin setelah melihat Dara membuka kedua matanya perlahan.

"Levin?" Tanya Dara memastikan. Ia tak mau pengeliatannya salah.

"Iya Ra, ini gue. Tadi gue liat lo pingsan dimall emang kenapa?" Tanya Levin lembut. Sambil menyodorkan secangkir teh hangat kearah Dara. Dara menerimanya dan langsung menenguknya pelan.

"Tadi gue dikasih minuman sama orang gitu, dan gue nggak tau lagi kenapa bisa pingsan," Jelas Dara menaruh kembali cangkir itu.

"Gimana beasiswa lo Vin, Lo pinter kan di Jerman? Awas kalo gue liat nilai lo turun," Sambung Dara dengan nada ketusnya. Mendengar itu Levin hanya terkekeh pelan kearahnya, mengacak rambut Dara pelan. Karena hal itu, Levin mendapatkan Pukulan keras dari Dara.

"Lo perhatian banget sih, Gue bawa oleh oleh buat lo," Levin menunjuk sebuah koper berwarna biru laut dengan Dagunya. Dara yang melihat itu langsung tersenyum sumringah.

"Makasih Depin, eh Lepin," Levin mengerucutkan bibirnya menyerupai piramida saat mendengar Dara mengucapkan nama salah satu musuhnya itu.

"Ih Dara mah," Cibirnya pelan. Cowok itu langsung mendapatkan hadiah berupa cubitan keras dari Dara, Cubitan yang meninggalkan bekas kemerahan diwajah tampannya itu.

"Dara!"

****

"Gue Calon Tunangannya,"

"Gue calon tunangannya,"

"Gue calon tunangannya,"

        Ucapan Levin tadi berhasil membuat Devan menjadi tak selera makan. Padahal hanya tiga kalimat saja sudah berhasil membuat Harapan Devan yang telah dibuatnya berhari hari, menjadi hancur seketika.

"Siapa Cowok itu, pokoknya aku harus cari tau," Guman Devan merogoh kunci motornya yang berada diatas nakas samping tempat tidurnya.

         Sudah Lima belas menit sudah, Devan menghabiskan waktunya untuk sampai dirumah Dara. Sekarang ia sudah sampai tepat didepan rumah cewek itu. Saat ia ingin beranjak dari motor kesayangannya itu. Lagi lagi ia menatap pemandangan yang memang sepantasnya tidak ia lihat, sebelum Devan memutuskan untuk meninggalkan rumah Dara dengan rasa kecewa yang sangat besar.

      Ditempat lain, Seorang cewek dan cowok sedang tertawa puas melihat apa yang baru saja mereka temukan. Sebuah bukti yang cukup kuat untuk kembali menjatuhkan dan menjauhkan Dara dan Devan.

"Pokoknya gue mau rencana kita ini, gak boleh gagal," Ucap Sang Cewek sambil mengaduk minumannya.

      Mereka berdua sedang berada disalah satu kafe dekat sekolah tempat Dara bersekolah. Itu sebabnya mereka tertawa karena rencana mereka yang satu ini sebentar lagi akan terlaksanakan.

"Gue juga nggak mau semua ini gagal," Ucap Sang Cowok Mengecek ulang kertas kertas yang berada dihadapannya saat ini.

"Tapi gue juga nggak mau, kalau Dara sampai mati. Kalau dia mati, lo tau akibatnya kan," Lanjut sang cowok tiba tiba.

"Kita liat nanti," Ucap cewek itu santai. Mendengar itu cowok yang sedari tadi bersamanya menjadi geram karena jawabannya. Tapi ia tak mau berurusan lagi dengan cewek yang didepannya ini dan memutuskan untuk pergi dari kafe tempatnya berada, pergi untuk melanjutkan rencana yang telah mereka buat bersama. Disusul dengan sang cewek yang berjalan mengekori cowok itu sampai keluar kafe.

"Dara?" Tanya Adrian yang diam diam mendengarkan pembicaraan mereka berdua sedari tadi.

•••

Baik kan aku update dua kali sehari?? Tapi nunggu di updatenya lama wkwk...
Kira kira mereka berdua siapa sih? Aku bingung lho sama mereka# Gajelas.

TeriMakasih banyak buat yang udah baca cerita ini...
Mohon tinggalkan jejak...

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang