❌C H A P T E R 8❌

259 21 0
                                    

[Sudah direvisi]

      Malam ini, kota Jakarta kembali dilanda hujan yang terbilang cukup lebat. Dara masih setia menunggu hujan reda, mungkin karena itu juga bus sedari tadi tidak ada yang lewat sama sekali.

       Dara kembali mengecek sebuah jam yang melingkar manis ditangannya. Jam delapan. Batinnya.

         Dara tidak punya pilihan lain selain menunggu. Ponselnya sudah sedari tadi habis batrenya, jadi dirinya tidak bisa menelefon orang rumah. Mau bareng Fanny, gadis itu sudah pulang sejak tiga jam lalu. Dan tidak ada lagi kendaraan yang lewat kecuali mobil mobil yang berlalu lalang, meramaikan jalanan.

"Nggak pulang kak?" Tanya seseorang lelaki yang menggunakan jaket warna hitam. Pakaiannya tampak basah sekali. Hampir semuanya terkena air hujan.

"Lagi nunggu bus" jawab Dara pelan. Kedua tangan gadis itu perlahan mulai memeluk badannya sendiri. Udara saat ini sungguh tidak bersahabat, sangat menusuk tubuhnya.

Damn...
     Devan melepas jaket tebalnya. Dan memakaikannya pada gadis itu. Persetanan dengan cuaca dingin yang akan menusuk semua tulangnya, yang ia pikirkan hanyalah kesehatan gadis kesayangannya.

"Nggak usah" Dara menarik jaket milik Devan, ingin memakaikannya pada lelaki itu. Sebelum Dara berbuat banyak, kedua tangan Devan langsung memegangi kedua tangan mungil milik Dara.

"Nggak usah kak, dimobil masih ada satu jaket" jelasnya sambil memberikan cengir polosnya.

"Lo bawa mobil?" Tanya Dara masih dengan posisi yang sama. Devan menganguk, tangan kirinya langsung menarik pelan tangan gadis itu kearah mobil miliknya yang sengaja ia parkirkan tidak jauh dari tempatnya saat ini.

     Biasanya jika ditarik orang sembarangan. Dara akan terus meronta ronta, meminta melepaskannya. Tapi kali ini berbeda, Dara sama sekali tidak meronta ronta pada Devan. Dan memilih diam saja.

      Devan membukakan pintu disebelah kursi pengemudi. Menyuruh Dara untuk masuk terlebih dahulu. Setelah ia pastikan Dara duduk dengan tenang, lelaki itu mulai berjalan memutari depan mobilnya. Membuka pintu pengemudi dan masuk kemobilnya.

"Gue nggak ngerepotin kan?" Tanya Dara pelan. Sebenarnya gadis itu juga merasa tidak enak pada Devan, karena ia selalu merepotkannya. Devan menggeleng, tak lupa ia memberikan gadis itu sebuah cengiran khasnya. Lelaki itu mulai menjalankan mobilnya.

-MCG-

"Apa. Gue nggak salah denger kan" Fanny berteriak tepat didepan telinga Zeyya. Otomatis gadis itu langsung menutup kedua telinganya erat.

"Berisik dah lo. Tadi gue ngeliat   Dara pulang bareng sama Devan. Setelah Dara nyelamatin anak cewek disekolah kita"

Mata Fanny membelak sempurna. Mendengarnya "Seriouly. Ini bukan mimpi kan, bohong lu. Seumur hidup Dara nggak pernah mau pulang bareng sama cowok, apalagi Devan" Zeyya memutar kedua bola matanya, kesal karena sedari tadi kerjaan Fanny hanya berteriak tepat didepan telinganya yang malang.

"Iya Fanny bin Dewa"

"Coba bilang lagi"

"Fanny bin Dewa"

"Terus terus"

"Tauk ah cape gua sama lo, mendingan gue jalan jalan sama Dara. Bhay" Zeyya mengambil tasnya. Bangkit dari tempatnya dan mulai berjalan meninggalkan kafe tersebut.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang