❌C H A P T E R 9❌

201 16 0
                                    

[sudah direvisi]

"Sendirian aja" Devan sedikit menurunkan wajahnya. Menatap gadis yang duduk didepannya.

"Menurut lo" Dara mengelengkan kepalanya. Melihat tingkah aneh Devan dipagi hari. Membuatnya pusing tujuh keliling.

"Hehehe" Devan memberikan cengiran polosnya. Berjalan sedikit dan duduk disamping gadis itu.

"Lo nggak kekelas?" Tanya Devan mengikuti arah pandang gadis disebelahnya. Dara menengok kearahnya, menatapnya datar.

"Menurut lo" Dara tampak mengulangi kata katanya lagi. Kembali mengarahkan pandangannya lurus kedepan.

"Mabal ya lo" Devan menoleh, lelaki itu memainkan kedua alisnya. Ingin mengoda gadis disebelahnya.

"Mabal dari Hongkong"

"Tuh buktinya lo nggak kekelas" Devan tersenyum jail pada gadis itu. Tapi lagi lagi Dara hanya memutar kedua bola matanya kesal.

"Dara.... Kamu kemana aja sih, aku cariin dari tadi" Devan mengikuti gaya Dara. Memutar kedua bola matanya, saat mendengar suara berisik dari seseorang yang baru saja datang mengacaukan proses pendekatannya dengan Dara. Devan tidak habis pikir, mengapa lelaki ini selalu saja mengacaukan semuanya.

    Dara hanya menatap lelaki itu sinis. Membuang wajahnya jauh jauh dari tatapan menjijikan dari Vano.

"Ucapan lo horor. Mas" protes Devan memeletkan lidahnya saat melihat ekspresi tidak nyaman dari Dara. Vano malah semakin mengepalkan kedua tangannya, ingin menghabisi Devan habis habisan.

Bedebam...
     Benar saja, Vano menonjok wajah Devan habis habisan. Darah segar tampak keluar dari bibir lelaki itu. Kemudian menarik kerah kemeja lelaki itu dan mulai menghabisinya lagi. Bodohnya lagi Devan juga tidak mau kalah, lelaki itu membalas Vano dengan pukulan yang lebih keras dari pukulan Vano. Seakan tidak peduli dengan darah yang mulai keluar dari bibir kedua lelaki itu.

"Berhenti" Dara meninggikan suaranya dua oktaf. Disisi lain ia ingin melerai tapi, disisi lain ia juga takut dengan resikonya.

      Setelah mendengar Dara berteriak, kedua lelaki itu langsung melepaskan eratan tangan mereka berdua. Mulai menjauhi satu sama lain. Dara yang tahu akan sikap mereka berdua hanya menatap mereka berdua dengan sinisnya.

"Gue nggak suka ngeliat cowok kasar didepan gue. Vano lo pergi sekarang atau gue tendang" Tegas Dara menyilangkan kedua tangannya didepan perut. Vano menganguk, menatap Devan yang sedang tersenyum menang sekilas. Lalu berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Ikutin gue" Dara berjalan terlebih dahulu didepan Devan.

-MCG-

"Adawww" Devan meringis. Saat merasakan nyeri diwajahnya, padahal Dara sudah berusaha untuk pelan mengobati lelaki didepannya ini.

"Tahan" Dara kembali mengobati wajah Devan dengan kapas yang sudah dituangkan sedikit obat merah. Devan lagi lagi meringis kesakitan.

"Udah" Kedua tangan Devan mengengam tangan kanan Dara yang digunakan oleh gadis itu untuk menyembuhkannya.

"Belum selesai" Ucap Dara pelan. Tangannya masih saja mengobati wajah Devan.

"Udah. Gue gak tahan" ucap Devan parau. Lelaki itu memejamkan matanya perlahan.

"Awwww" Rintih Devan lagi.

"Berisik amat sih kalian dari tadi. Aw, sakit, aw, lagi ngapain sih kalian" Dewa muncul dari ambang pintu. Kedua tangannya ia lipat didepan perutnya. Tak lupa Lelaki itu memainkan kedua alisnya, keatas dan kebawah.

"Nggak liat" Dara menarik tangannya kembali. Menoleh sebentar kearah Dewa yang sedang berdiri diambang pintu.

"liat sih. Hehe. Oh iya Devan, lo dipanggil Bu Jasmin keruangannya. Mampus lo" Jelas Dewa sambil cekikikan. Parah temennya lagi sial malah digituin.

"Ra. Gue keruang kepala sekolah bentar. Lo jangan kangen gue ya" Devan bangkit berdiri dan mulai berjalan keluar. Dara hanya memberikan wajah Datarnya tak mengubris ucapan horor dari lelaki itu.

"Najis Horor lu curut. Pacaran aja belom-- Hmpff... Hmn" Devan langsung membungkam mulut Dewa dan langsung menyeretnya keluar ruang uks. Dewa tampak meronta ronta, tapi Devan masih belum melepaskan bungkamannya.

-MCG-

       Sudah sedari tadi Dara menunggu kehadiran Devan diluar pintu ruang kepala sekolah. Sesekali ia menendangkan kakinya ketembok dan menghela nafasnya berat. Ternyata menunggu orang yang baru masuk ruangan kepala sekolah terasa lama sekali.

Click....
     Dara sedikit mendongakkan kepalanya. Setelah mendengar pintu terbuka, seorang lelaki dengan wajah tampannya yang tampak kacau keluar dari ruangan tersebut. Tanpa berfikir lama, Dara langsung menarik tangan lelaki itu posesif. Dara membawa Devan ketaman belakang sekolah, gadis itu tidak tahu lagi akan membawa lelaki itu kemana lagi selain ketempat ini.

"Nih" Dara menyodorkan sapu tangan birunya kearah Devan. Tadinya Devan sempat bertanya tanya mengapa Dara memberinya sapu tangan ini. Tapi langsung diambilnya pelan.

"Makasih"

"Hmn" Dara mengambil sebuah botol minum yang tadi dibawanya. Dan menyodorkannya kearah lelaki itu.

"Ini apaan?" Tanya Devan saat menerimannya.

"Ya, minum lah masa makanan" Ucap Dara ketus.

"Makasih ya" ucap Devan lembut. Lelaki itu memutar tutup botol tersebut dan langsung meneguknya.

"Hmn" Dara memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Devan sendiri.

'Makasih banyak gebetanku. Gue bakal ngerebut lo kembali' Batin Devan berjolak kegirangan saat mengingat Dara peduli dengannya.

-MCG-

     Sedari tadi Devan hanya senyam senyum sendiri saat mengingat kejadian saat istirahat. Matanya masih menatapi sebuah botol minum yang Dara berikan kepadanya. Tangan kirinya masih mengusap lembut sapu tangan biru pemberian Dara juga.

"Woii. Devan jangan bengong yaelah. Ini pelajarannya Miss Venti" Bisik Dewa samar samar. Devan tak mengubris masih asik dengan dunianya sendiri.

Brak...
       Sebuah penghapus papan tulis nyaris mengenai badan Devan. Terjatuh tepat dibelakang kursi pemuda itu, Devan menoleh kedepan. Dilihatnya wajah sangar nan mematikan khas Miss Venti.

"Sudah sebulan ini saya lihat Kamu bengong terus mikirin siapa?" Tanya Miss Venti tanpa menjeda ucapannya. Devan hanya mengaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali dan memberikan cengiran khasnya.

"Permisi bu" jawab seseorang ramah. Sambil mengetukan jarinya dipintu kelas Devan.

"Apa karena dia" Miss Venti menunjuk seseorang yang berdiri diambang pintu. Seseorang itu juga tampak terkejut melihat perlakuan dari gurunya tersebut, ia hanya memamerkan senyuman menawannya. Sedangkan Devan hanya membelakan kedua matanya melihat seseorang tersebut yang membuatnya bergidik ngeri.

"Jadi lo-"

-MCG-
A.N
Gangu dikit boleh ya... Aku mau ngucapin banyak terimakasih buat semua yang suka sama cerita ini. Tanpa kalian, aku hanya butiran debu.
#Alaynyakumat
Oke... Aku juga mau ngucapin terimakasih buanyak sama kak asriaci13 yang udah buatin cover unyu- unyu gemezin buat aku. Udah gitu aja.... Terimakasih semuanya. Maafkan aku lagi kena WB, maklumkan yaaa.... Jadi jarang ngepost & update bab baru. Sedih. Sekian dan siap dilempar

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang