❌C H A P T E R 1❌

601 34 2
                                    

[Sudah direvisi]

Jam dinding disebuah kamar menunjukan pukul 05 tepat. Seorang lelaki dengan penampilan Khas bangun tidur tampak mengucek kedua matanya, melihat kearah jam dinding itu walaupun belum terlalu jelas melihat, masih terlihat samar samar baginya.

Perlahan lelaki itu beranjak dari tempat tidurnya yang berukuran king size tersebut, menurunkan kedua kakinya yang terlihat kekar keatas lantai. Ia tak lupa mengambil sebuah handuk yang tersimpan rapi disebuah lemari putih itu. Lalu ia melangkahkan kakinya kedalam kamar mandi yang berukuran 4x4 itu. Menurutnya kamar mandi ini cukup besar baginya, banyak tempat yang tersisa kosong disana, sebagian besar kamar mandinya diisi dengan sejumlah sabun mandi cair, sejumlah pasta gigi, dan sejumlah sampo. Ia sengaja menaruh banyak ketiga barang tersebut, untuk persediaan jika mendadak sudah habis disaat ia sedang butuh butuhnya menggunakan semua itu. Devan memutar keran Showernya itu, membiarkan air turun membasahi tubuh kekarnya tersebut.

"Devan, buruan bangun kamu mau mos kan?" Teriak seorang wanita dari luar pintu, wanita itu meraih sebuah knop pintu dan membukanya. Dirinya terkejut saat melihat anaknya tak ada didalam kasurnya. Senyuman wanita itu mulai merekah melihat kesungguhan anak semata wayangnya ini.

"Tumben tumbenan kamu bangun pagi, biasanya kamu harus diteriakin dulu baru kamu bangun" omel Jenni-ibu lelaki itu.

Lelaki itu tak menjawab, masih asik dengan kegiatannya dikamar mandi, sambil bersenandung riang sampai akhirnya ia mengakhiri acara mandinya tersebut tepat pukul 06.00.

-MCG-


Devan mempercepat langkahnya, saat bus yang ditunggunya datang, ia langsung menaiki bus tersebut. Lelaki itu duduk dibarisan ketiga dari kursi sopir, tepatnya dipojok jadi ia bisa leluasa melihat pemandangan diluar jendela. Memang baru kali ini Devan menaiki bus tersebut, bus yang akan mengantarnya setiap berangkat sekolah sampai ibunya kembali mengizinkannya menaiki motornya kembali.

Bus itu kembali berjalan. Devan mengambil ponselnya disakunya, mengotak ngatik ponsel kesayangannya tersebut. Perasaan bahagia tampak sekali diwajahnya, bagaimana tidak hari ini ia sudah menjadi siswa disekolahan terfavorit dikotanya. Sungguh ia masih tidak percaya, sebentar lagi dirinya akan menjadi bagian dari Sma barunya itu. Merasa cukup puas dengan Ponselnya tersebut, lelaki itu menaruh kembali ponselnya disaku celana putih birunya.

Bus yang dinaiki Devan kembali berhenti disebuah Halte, tinggal satu perhentian lagi. Batinnya

Pintu bus terbuka, terlihat seorang gadis dengan tas ranselnya masuk, tatapannya terhenti saat melihat tempat duduknya ditempati orang lain, sejauh ini tak pernah ada yang duduk ditempatnya, karena mereka tau tempat itu bagaikan singgahsana seseorang gadis dingin. Setelah Gadis itu turun di tempat tujuannya barulah mereka berani untuk duduk ditempat tersebut tanpa perlu merasa tak enak.

"Ada orang?" Tanya seorang gadis yang mengunakan seragam putih abu abu. Devan mengeleng. Tak perlu waktu lama gadis itu sudah duduk disebelah Devan. Tatapannya datar, selalu melihat jalanan dari kaca supir.

Gadis cantik itu melipat kedua tangannya, diatas tas yang sudah dipeluknya sedari tadi. Tak ada obrolan sama sekali diantara mereka berdua, hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

Devan melihat gadis itu sekilas, melirik sebuah name taq dibajunya. Dara Sonya. Nama yang bagus.

Yang sedari tadi dilirik, balik menatap lelaki itu lekat. Tatapan tajamnya mulai terlihat, tidak ada lagi tatapan hangatnya yang dulu, digantikan tatapan yang bisa dibilang Dingin.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang