❌C H A P T E R 1 3❌

227 20 0
                                    

[Sudah direvisi]

"Woy" sebelum Devan menoleh kebelakang, ia sudah dihadiahi sebuah hadiah yang cukup kasar.

Bruk...
     Vano menonjok perut Devan dengan keras. Membuat Devan merintih pelan, memegangi perutnya.

Bedebam...
    Vano kembali menonjok rahang Devan dengan pukulan yang lebih keras dari sebelumnya. Membuat ujung bibir Devan sobek, darah perlahan mulai keluar walau hanya sedikit.

     Devan tak hanya tinggal diam. Lelaki itu juga menghajar Vano sama kerasnya dengan lelaki itu.

"Berhenti" Ucap gadis dibelakang mereka dengan tegas. Dara menatap mereka berdua dengan tatapan kecewanya. Mendengar suara itu Refleks kedua lelaki didepannya langsung mundur selangkah. Mereka berdua sama sama menoleh kearah gadis itu.

     Mereka sekarang sedang berada diparkiran motor. Bel sudah berbunyi sejak tadi, karena itu hanya mereka bertiga yang ada disini.

"Gue benci kekerasan. Apalagi ngeliat langsung didepan muka gue" Ucap Dara skartistik. Vano hanya menelan ludahnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa apa. Berbeda dengan Devan, lelaki itu tampak menjelaskannya kepada Dara namun diacuhkan.

"Lo harus minta maaf ke Devan" perintah Dara dengan nada ketus biasanya. Vano hanya tersenyum sinis kearahnya.

"Gue ngapain harus minta maaf sama dia. Dan elo ngapain ngebelain dia" Perkataan Vano barusan membuat Dara geram

"Harusnya lo belain gue. Karena gue pacar lo" sambung Vano cepat. Devan hanya tersenyum sinis kearahnya.

"Kapan gue bilang gue mau jadi pacar lo Van. Kapan" Ucap Dara dengan nada yang sangat tinggi. Devan hanya mengaruk tengkuknya, merasa makin lama dirinya berada disini makin tidak ada gunanya.

"Gue nggak mau tau"

"Maaf gue gak suka sama lo dan cara lo. Alasannya karena hati gue udah ada yang memiliki" Ucap Dara memelankan nada bicaranya. Vano hanya menatapnya sinis, serta mengepalkan kedua tangannya.

"Semua gara gara dia right" Vano menunjuk Devan dengan jari telunjuknya. Dan tanpa berfikir panjang, Vano langsung menonjok rahang lelaki didepannya.

"Berhenti" akhirnya Dara turun tangan. Gadis itu berjalan kearah mereka berdua tadinya tujuannya hanya ingin melerai tapi malah.

Bruk...
"Dara" lirih Devan cepat. Vano salah memukul orang, lelaki itu malah memukul Dara. Gadis itu hampir saja terjatuh, namun badan kekar Devan mampu menahannya.

"Lo nggak papa?" Tanya Vano pelan.

"Nggak papa nenek lo kiper. Udah sono pergi lo, atau gue tonjok muka iblis lo sekarang" bentak Devan tidak terima. Dara hanya terdiam, merasakan nyeri luar biasa dibagian kepalanya.

"Kita keuks sekarang" Devan lansung mengendong badan Dara ala bridal menuju Uks yang agak jauh dari tempatnya sekarang.

-MCG-

"Udah sih gak usah" Lagi lagi Dara menjauhkan tangan kekar Devan dari wajahnya. Devan tidak peduli, ia masih tetap ingin mengobati Dara.

"Gue bilang nggak ya nggak" Dara kembali membuang wajahnya kesisi lain. Gadis itu kembali merutuki nyerinya yang tak kunjung hilang. Devan hanya terkekeh pelan melihat gadis kesayangannya ini mengamuk.

"Iya iya" ucap Devan pasrah saat melihat Dara berjalan keluar dari uks dengan wajah yang tidak bisa diartikan sambil memegangi wajahnya yang nyeri.

Coldest Girlfriend (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang