39. Pukulan dan pukulan

4.8K 225 6
                                    

AN: dikarenakan setelah aku baca ulang, aku ngerasa kalau tulisan ku kacau banget disini, dan aku berniat untuk me-revisi nya, gak banyak yang berubah kok. Cuma memperbagus bias lebih enak dibaca, hehe.

oh iya kalau ada beberapa nama yang diganti itu privasi, karakternya tetap sama, cuma nama yang diganti.

---------------------------------------------------------

"Brisik..."

Tiba tiba ada suara yang menyaut, seketika tubuh rain merinding.

"AAAAAAAAAAAAAAA KAK RAFFA!!! TOLONGIN RAIN!! AAA MAMAAA PAPAAA" pekikku

"Brisik.." katanya lagi.

"Ampunnnn saya.. Saya gak ngapa ngapain kok ampun!"

"HAHAHAHAHAHA" terdengar suara tawa.

Aku memberanikan diri untuk melihat kebelakang dan ternyata disana ada Sendi yang tengah terlentang menopang kepalanya dengan tangannya.

Ia tampak tertawa puas disana.

"IH SUMPAH LO BUAT GUE TAKUT!" ucap ku memukul mukul sendi.

Dan tab!

Tiba tiba mata kami saling menatap.

"Lo apaan sih kok bisa jadi disini?!" kataku membuang muka "Suka suka gue dong, kan gak ada larangan gue buat kesini!"

Tiba tiba petir menyambar lagi, dengan segera aku menyembunyikan wajahku dibahu sendi.

Aku sangat takut dengan petir.
Persetanan dengan sendi yang jelas aku harus berlindung karna rasa takut ku.

"Modus lo!" kata sendi.

"Ih! Apaan sih?! Gue takut tau!" kataku.

Sendi POV

Hari ini aku bingung sekali dengan apa yang dikatakan kak aga tadi.

Dari tadi pikiran ku selalu kesana.

Akhirnya aku memutuskan untuk kerumah pohon menenangkan pikiranku.

Cuma di rumah pohon segala macam pikiranku akan lepas.

Aku hendak menutup mataku menikmati setiap suara guyuran derasnya hujan

"Gue takut!!"

Suara itu? Rain? Ngapain ya dia hujan hujan dan sore sore gini disini.

"Brisik.." kataku

Ternyata ia malah menjerit ketakutan mendengar suaraku.

Dasar aneh.

Tapi lucu.

aku suka setiap kali rain ketakutan disampingku, seperti saat ini saat petir menggema ia selalu mencari perlindungan dibahuku.

Semoga saja hujannya gak reda reda sampai pagi.

"Gue takut ndi, gue mau pulang" ucapnya lirih.

"Sabar, hujannya belum reda" kataku

Lalu ia menangis! Aku bingung harus berbuat apa kalau rain menangis!

Biasanya kalau rain menangis aldi langsung memeluknya memenangkannya.

Laluku coba membawa rain dalam pelukkanku.

Dan ternyata ia tidak menolak, ia malah menangis dipelukkanku.

"Gue takut, gue mau pulang!" katanya disela sela tangis.

"Iya iya, bentar lagi kita pulang kalau udah reda. Lo sabar ya?"

-----

Setelah hujan reda akhirnya sendi mengantarkanku pulang kerumah.

My Brother Raffa [On REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang