rasa

453 110 7
                                    

"I wish I could tell somebody, but there's no one to talk to. Nobody knows I've got a crush on you." – Crush, Mandy Moore

:-:-:-:

Sembari menunggu Chris pulang dari kampus dan menjemputku, aku pun memutuskan untuk pergi ke Jeanette's sendirian dan menunggu Chris di sana.

Aku membuka pintu kafe dengan perlahan. Terdengar suara lonceng kecil ketika aku membukanya. Aku tersenyum tipis. Aku suka sekali mendengar suara lonceng kecil di pintu kafe itu.

Aku duduk manis sambil melihat-lihat daftar menu minuman.

Aku sebenarnya ingin memesan cappuccino, namun karena sudah terlalu sering memesan itu dan mulai merasa bosan, aku pun memesan cafe latte.

Tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang baru, 'kan?

Pelayan kafe pun mencatat pesananku dan memintaku untuk menunggu beberapa menit sampai cafe latte pesananku siap. Aku mengangguk pelan.

Pelayan itu lalu berbalik badan dan menuju ke meja bar dan memberitahu si barista untuk membuatkanku cafe latte.

Setelah itu, aku hanya memusatkan pandanganku ke layar ponsel dan melihat-lihat isi timeline Twitter. Membosankan. Timeline-ku hanya terisi oleh spam dari berbagai orang yang aku follow.

Tak lama kemudian, cafe latte pesananku datang. Dari tangan yang aku lihat, tentu itu bukan tangan si pelayan tadi.

Lengan baju si pelayan tadi panjang, sedangkan lengan baju seseorang yang meletakkan secangkir cafe latte-ku di atas meja tidak panjang.

Aku pun mendongakkan kepalaku dan mendapati Max sedang berdiri di hadapanku sambil tersenyum.

"Hai, Max," sapaku hangat padanya.

Ia balas menyapaku tak kalah hangat sembari duduk di kursi yang berada di hadapanku.

"Udah lama di sini?" tanyanya lembut.

Aku menggeleng pelan. "Nggak juga, baru beberapa menit yang lalu kok."

Dia hanya membalas ucapanku dengan tersenyum.

"Max," panggilku dengan pelan karena agak merasa canggung dengan suasana yang terisi penuh oleh keheningan selama beberapa menit.

Max yang tadi sedang melihat ke arah luar jendela kafe sontak langsung menoleh dan menatapku. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa, Meg?" tanyanya.

"Kita belum pernah bener-bener kenalan sebelumnya."

"Kalau aku cerita banyak soal diri aku, would you do the same?"

Aku mengangguk dengan cepat. "Of course."


• • •


A/N:

i know this is a very short chapter but i promise i'll update the next chapter asap :)

Deep InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang