"When someone is in your heart, they're never truly gone. They can come back to you, even at unlikely times." ‒ Mitch Albom, For One More Day
:-:-:-:
Dua tahun kemudian ...
"Apa bener butik ini punyanya Megan Samantha?"
Aku menoleh ke belakang dan langsung kaget mendapati sahabatku, Michelle, sedang berdiri di sana dengan balutan gaun merah mudanya yang indah. Michelle tidak sendiri, ia bersama dengan seorang laki-laki yang kuyakini adalah calon tunangannya. Ia pernah memberitahuku bahwa ia akan bertunangan, namun belum sempat memperkenalkan calon tunangannya padaku dan sahabat-sahabatku yang lain.
"Michelle!" Aku berlari menuju ke arahnya dan langsung memeluk tubuh sahabatku itu yang sudah tidak kutemui sejak kelulusan SMA karena ia sibuk melanjutkan kuliahnya di Australia. "I miss you so much!"
Michelle membalas pelukanku tak kalah erat. Ah, rasanya rindu sekali dengan sahabatku yang satu itu.
"I miss you too, Megan. How are you?" Ia melepaskan pelukannya dan menatap wajahku sambil tersenyum lebar.
"As you can see." Aku mengedikkan bahuku sambil tersenyum tak kalah lebar pada Michelle.
"Eh, gimana? Kamu masih sama Max?" tanyanya tiba-tiba. "Kapan nih nyusul aku sama Jason? Kalian kan udah lama jadian, masa gak pengen bertunangan?" Jason itu adalah nama calon tunangan Michelle—jika kalian bertanya-tanya.
Senyumku luntur seketika saat mendengar nama itu lagi. Aku sudah cukup lelah mendengar setiap orang yang baru kutemui bertanya tentang hubunganku dan Max, apalagi menyebut nama laki-laki itu.
"I broke up with him two years ago," kataku dengan sangat pelan, nyaris seperti berbisik.
Aku pikir Michelle tak mendengar ucapanku, tapi ternyata dia mendengarnya dan langsung bertanya, "Why?"
"Chelle, aku lagi gak mau ngebahas itu. Akan ada saatnya aku cerita semuanya sama kamu."
"Aku ngerti, kok." Michelle tersenyum. "Oh ya, aku ke sini sebenarnya karena mau beli baju di butik kamu, sekalian ketemu kamu juga, sih. Aku kangen sama kamu soalnya."
Aku mengangguk-angguk dan tersenyum. "Jadi, baju seperti apa yang kamu butuhkan?"
"I don't know. Menurut kamu, baju macam apa yang cocok untuk dipakai aku dan sahabat-sahabat masa SMAku di acara tunangan aku weekend ini?"
Aku menatap Michelle dengan tatapan tak percaya. Aku tertawa pelan sebelum akhirnya bertanya, "Are you kidding me?"
Michelle terkekeh. "I'm not kidding, Megan. Aku akan tunangan sama Jason."
"This weekend?"
"This weekend," jawab Michelle sambil mengangguk.
***
Semua tamu yang hadir, terutama aku dan sahabat-sahabatku, bertepuk tangan dengan sangat meriah saat Jason menyematkan cincin di jari manis Michelle. Setelah itu, Jason mencium tangan Michelle dan segera beralih ke pipinya. Michelle tersenyum bahagia. Ia langsung memeluk tubuh Jason dengan erat.
Sahabat-sahabatku—Rena, Emma, Elle, dan Carmen—hadir bersama dengan pasangan mereka masing-masing. Lain halnya denganku, aku malah datang sendirian. Dua tahun tanpa pasangan kekasih membuatku semakin terbiasa dengan kesendirian dan tanpa adanya laki-laki di sisiku.
Kini, aku dan keempat sahabatku sedang duduk santai di tepi pantai sambil bercanda ria. Michelle sedang sibuk menyambut beberapa tamu yang hadir yang merupakan kerabat dan keluarga Jason, sehingga ia tak bisa ikut bergabung dengan kami.
"Elle, ke dalam, yuk! Aku pengen makan cupcake," ujar Emma mengajak kembarannya itu untuk kembali ke dalam restoran.
Elle mengangguk dengan semangat. "Yuk! Carmen, Rena, yuk, ke dalam juga!"
Carmen dan Rena hendak berdiri, mengikuti Elle dan Emma yang sudah lebih dulu berjalan menuju ke dalam restoran. Aku jadi bertanya-tanya, mengapa Elle tidak mengajakku juga?
"Eh, aku juga mau ikut," ujarku pada Carmen dan Rena.
Carmen dan Rena menahan tubuhku yang hendak mengikuti mereka. "Gak usah, kamu tunggu aja di sini. Kita gak lama kok, cuma ngambil cupcake doang."
"Tapi, aku gak mau sendirian nunggu di sini."
"Diem atau kita gak usah saling kenal lagi!" ujar Rena mengancam.
Aku langsung terdiam. "Fine, aku bakal nunggu di sini. Kalau kalian lama, awas aja!"
Carmen terkekeh. "Gak lama, kok."
Aku hanya mengangguk dan menatap punggung Carmen dan Rena yang semakin lama semakin menjauh menuju ke dalam restoran. Aku menghela napas.
Aku kembali duduk lagi dengan santai dan tenang. Menikmati semilir angin yang membelai wajahku lembut. Aku tersenyum, mengingat kembali kenangan-kenangan yang pernah terjadi beberapa tahun silam.
Kini, semuanya sudah berbeda dan tak lagi sama. After all, kenangan itu tetaplah kenangan. Tak dapat terulang lagi seperti apa yang aku inginkan—baik itu indah maupun buruk.
"Sendirian aja?"
Seseorang berpostur tubuh tinggi tiba-tiba duduk di sampingku. Aku menolehkan kepalaku ke arah kiri dan hanya bisa membuka mulutku dengan lebar. Ia menatap wajahku lekat-lekat sambil menyunggingkan sebuah senyuman. Aku masih tak percaya dengan siapa yang aku lihat saat ini.
"Seperti yang aku udah janjikan waktu itu, aku akan kembali untuk kamu. Dan sekarang aku benar-benar kembali, kan?"
THE END
• • •
A/N:
hai semua! ada yang mau gue sampein nih...
first, gue mau bilang kalo cerita ini—finally—resmi berakhir. berhubung ini udah bulan juli dan gue udah gasabar untuk segera menamatkan cerita ini, jadi gue update hari ini juga. awalnya sebelum gue menulis chapter sebelumnya (cukup), gue udah merasa desperate banget buat ngelanjutin nulis soalnya gadapet ide buat nulis kelanjutannya, apalagi chapter ini adalah chapter terakhir. tapi karena mood gue tiba-tiba naik drastis semalem, akhirnya gue bisa nulis chapter ini juga sampe selesai👏
second, gue mau say thank you buat kalian yang udah ngikutin cerita ini dari awal sampe akhir! maafkan gue kalo masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam cerita ini, gue harap kalian bisa maklumin hal itu. sekali lagi, terima kasih banyak!
last but not least, gue mau bilang kalo gue sayang kalian semua para readers!<3 makasih udah mau baca, vote, dan comment di cerita gue. makasih juga buat yang udah masukin cerita ini ke reading list kalian, that really means a whole lot to me. well, gue gatau mau bilang apa lagi, pokoknya thank you so much ya💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Short Story#28 in Short Story (23/07/16) Ini soal jatuh cinta dan patah hati. Keduanya sangat berhubungan, bahkan berada dalam satu paket yang sama. Jika seseorang sedang jatuh cinta, berisiko besar bahwa pada akhirnya, cepat atau lambat, ia akan merasakan pat...