selingkuh hati

545 117 37
                                    

"Sometimes when you meet someone, there's a click. I don't believe in love at first sight, but I believe in that click."  Ann Aguirre

:-:-:-:

Selama berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang, aku dan Chris tidak banyak berbicara—kami hanya diam saja. Aku tidak berniat untuk bicara satu patah kata pun, mungkin Chris juga begitu. Lagipula, ia sedang fokus menyetir sambil memperhatikan jalanan.

Jika biasanya kami akan tertawa bersama ketika Chris menceritakan hal-hal lucu, kali ini suasananya terisi penuh oleh keheningan.

"Chris...," panggilku pelan.

Chris masih diam, tatapannya juga masih tetap lurus ke depan. Berniat untuk melirik wajahku sedikit pun saja tidak.

"Kamu kenapa diam dari tadi?" tanyaku padanya.

"Cowok tadi itu siapa?" tanya Chris to the point yang langsung membuatku mengerti dengan perubahan sikapnya.

"Yang mana?"

"Jangan pura-pura gak tahu. Itu yang tadi ngomong sama kamu di kafe. Yang mukanya bule-bule gitu."

"Max?"

Chris mengangguk. "Ya, si Max itu," ujar Chris memberi penekanan pada nama 'Max'.

Aku terkekeh pelan. "Kamu cemburu ya?" tanyaku sembari mencubit pelan hidungnya.

"Nggak lah, siapa juga yang cemburu?"

"Halah, sok-sokan gak cemburu. Bilang aja kamu cemburu, ya kan?"

Chris mengulum senyum saat mendengar ucapanku. Aku mencubit pelan hidungnya, lagi.

"Unfortunately, you're not a good liar, Chris," ujarku mengikuti ucapannya tadi saat di kafe.

Chris tertawa. "Iya, iya, aku cemburu. Tuh, puas kamu?"

"Maaf deh kalau gitu, aku janji gak akan bikin kamu cemburu lagi." Aku menaruh kepalaku tepat di bahunya yang kokoh.

"Janji nih?"

Aku mengangguk. "Janji."

"Kalau kamu janji, cium dulu dong. Nih." Chris menunjuk pipi sebelah kirinya, dengan maksud agar aku mencium pipinya itu.

Bukannya mencium pipi Chris, aku malah menonjok pelan pipinya.

Chris tertawa terbahak-bahak. "Ciuman terbaik yang pernah ada."

Aku ikut tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Aku jadi merasa beruntung karena mempunyai pacar seperti Chris. Dia selalu mengerti dan mengenal diriku dengan sangat baik.

Dia adalah sosok yang selalu berhasil membuat sebuah senyum terukir jelas di wajahku ketika aku sedang merasa sedih ataupun marah. Dia selalu punya ribuan macam cara untuk membuatku merasa bahagia dan tertawa lepas.

Dia mencintaiku apa adanya. He's the right one for me, aku tahu itu sejak awal aku mencintainya.

Tapi, bagaimana jika sekarang aku membagi perasaanku untuk Chris dan untuk Max? bukankah itu kesalahan besar? Mengingat Chris telah menjadi pacarku selama tiga tahun dan Max hanyalah orang baru yang masuk ke dalam kehidupanku.

Aku jadi merasa jahat terhadap Chris. Aku diam-diam sudah menaruh hati pada laki-laki lain, selain pacarku sendiri. Sebenarnya aku tidak ingin seperti ini, tapi yang namanya perasaan tidak ada yang pernah tahu pada siapa ia akan tertuju. Dan aku, aku hanya bisa pasrah dengan perasaanku yang terbagi untuk dua laki-laki.

Apa mungkin benar ini yang dinamakan selingkuh hati?

Deep InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang