"I might never be the hand you put your heart in or the arms that hold you any time you want them, but that don't mean that we can't live here in the moment. 'Cause I can be the one you love from time to time." – Perfect, One Direction
:-:-:-:
James Bay terdengar kembali mengalun dengan suaranya yang aku kagumi saat menyanyikan lagu 'Let It Go'. Entah sudah berapa kali aku memutar lagu ini di ponselku, aku bahkan tidak ingat sama sekali.
Satu hal yang aku ingat hanyalah insiden kecil yang terjadi di kafe yang aku datangi tadi sore. Aku tersenyum-senyum sendiri ketika mengingatnya.
Penasaran insiden kecil macam apa yang mampu membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti sekarang ini? Baiklah, akan aku ceritakan.
Jadi begini, tadi sore aku melangkahkan kakiku memasuki Jeanette's, sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan, dengan penampilan yang begitu lusuh dan wajah yang ditekuk.
Sudut kafe adalah tempat yang kupilih pada akhirnya untuk duduk santai dan menikmati cappuccino with extra sugar-ku.
Rasanya seperti biasa saja saat aku datang ke Jeanette's. Suasana kafe yang tidak begitu ramai namun juga tidak begitu sepi menjadi pemandanganku.
Aku tadi sedang merasa kesal karena tak kunjung dijemput oleh pacarku, Chris, yang sudah berjanji sebelumnya untuk menjemputku tepat waktu sepulang sekolah. Namun nyatanya, Chris malah ingkar janji.
Maka dari itu, untuk menghilangkan rasa kesalku terhadap Chris, aku pergi ke kafe Jeanette's yang berada di seberang sekolahku. Aku hanya sendirian saja. Aku sempat mengajak beberapa temanku sebelumnya, namun mereka bilang mereka ada urusan yang harus dikerjakaan saat itu juga.
Dan aku rasa, mungkin dengan secangkir cappuccino dengan extra sugar yang biasa aku pesan saat ke Jeanette's akan membuat perasaanku merasa tenang.
Setelah merasa cukup lama di Jeanette's dan berhubung cappuccino-ku sudah habis kuminum, aku pun bangkit berdiri dari dudukku. Rasanya pegal sekali jika duduk terlalu lama.
Aku melangkahkan kakiku menuju ke pintu. Belum sampai di dekat pintu, tubuhku tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
Aku meringis ketika merasakan panasnya kopi tumpah membasahi baju seragamku. Rasanya benar-benar panas, asal kalian tahu saja.
Ingin aku memaki-maki orang tersebut karena sudah membuat seragamku basah dan kotor terkena noda kopi, namun begitu aku mendongakkan kepala dan menatapnya tepat di manik mata—aku langsung terdiam. Merasa seperti disihir oleh mantra magic.
Wajahnya yang tampan, hidung yang mancung, alis yang tebal, serta bibir manisnya yang tipis membuat dia terlihat begitu mempesona di mataku. Jujur, aku menyukainya. Menyukai dalam artian yang tidak berlebihan. Hanya menyukai penampilannya saja. Tidak lebih dari itu.
Lagipula, perempuan mana yang tidak suka jika bertemu dengan laki-laki berwajah tampan? Aku yakin, semua perempuan pasti suka. Benar, 'kan?
"I'm so sorry, Miss. Are you okay?" tanyanya sembari menyentuh pundakku lembut.
Aku menggeleng, mengatakan padanya bahwa aku tidak apa-apa—walau sebenarnya aku cukup merasa kesal dengan kopi yang tumpah membasahi seragamku. Tapi, tak apalah. Untuk cowok tampan seperti dia bukanlah masalah bagiku.
Dia terkekeh. "Well, I guess you're not," ujarnya saat melihat seragamku yang kotor dan basah karena tumpahan kopinya.
Aku melihat seragamku, lalu menatapnya sambil menggelengkan kepala, tanda bahwa aku tidak apa-apa. "No, no, it's okay." Aku tersenyum. "Can you speak bahasa?" tanyaku.
"Bisa sedikit," jawabnya yang langsung kubalas dengan tatapan heran.
"Kenapa cuma bisa sedikit?" Aku mengernyit. "Oh, let me guess! You're half Indonesian and half—" ucapanku terhenti.
Aku berpikir sejenak, mencoba menebak-nebak namun tak kunjung melanjutkan ucapanku tadi.
"English." Dia tersenyum.
Aku hanya manggut-manggut saja. "Oh, ya udah deh, kalau gitu aku pamit dulu. Aku harus pulang ke rumah, ini udah jam lima sore. Permisi."
Dia tersenyum, lagi. Kali ini terlihat lebih tulus dan manis. Sebuah senyuman yang lebar. "See you again," ucapnya sambil memberiku jalan untuk lewat.
Aku mengangguk. "See you." Bisa aku rasakan jantungku berdebar cukup kencang saat lewat di hadapannya. Aku juga bisa dengan jelas mencium aroma wangi tubuhnya. Wangi itu—aku menyukainya.
Kemudian, saat tanganku mendorong pintu kafe Jeanette's dan langkah kakiku sedikit lagi hampir menginjak bagian luar dari kafe tersebut, dia memanggilku lagi dengan sebutan "Miss". Aku menoleh ke belakang—ke arahnya—dan menatapnya dengan sebelah alis yang sedikit terangkat.
Dia tersenyum padaku dan berkata, "Max. Namaku Max, and you, Miss?"
"Megan," balasku padanya.
Setelah itu, aku melangkahkan kakiku keluar dari Jeanette's dan mencari taksi di luar sana agar aku dapat segera tiba di rumah sebelum ibu memarahiku.
Saat di dalam taksi, aku bahkan tak dapat henti-hentinya memikirkan Max dan senyum manis miliknya, apalagi tatapannya yang meneduhkan hati. Jantungku bahkan masih berdegup dengan kencang.
Aku menatap baju seragamku yang masih kotor bernoda kopi dari sini—dari kasurku. Masih teringat akan kejadian tadi. Dapat kuingat dengan jelas paras manis Max. Apalagi saat dia menabrak tubuhku secara tidak sengaja dan menumpahkan sebagian kopinya ke baju seragamku.
Nyatanya insiden kecil di Jeanette's tadi sore berhasil membuatku merasa layaknya gadis remaja yang seperti baru dimabuk asmara. Aku bahkan tak dapat menahan senyumku untuk terus mengembang ketika mengingat wajah Max.
Max, bolehkah aku bertemu denganmu sekali lagi?
• • •
A/N:
hai, gue publish cerita baru (lagi) nih di wattpad! cerita yang lama udah pada gue hapus dan unpublish for some reason hehe. jika kalian menemukan adanya kesalahan/kekurangan kata dalam cerita ini, jangan ragu untuk komentar ya. mau komennya berupa kritik, saran, atau apapun itu bebas kok. terima kasih!
p.s. jangan lupa beri vote dan sertakan komentar
p.s.s. enjoy the story and be a good reader
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside
Historia Corta#28 in Short Story (23/07/16) Ini soal jatuh cinta dan patah hati. Keduanya sangat berhubungan, bahkan berada dalam satu paket yang sama. Jika seseorang sedang jatuh cinta, berisiko besar bahwa pada akhirnya, cepat atau lambat, ia akan merasakan pat...