Ia bersandar di bingkai jendela pada pagi hari. Sambil meneguk kopi buatanku. Tak ada satu pagipun aku tak memandanginya disana. Sambil terus bertanya bagaimana kisah cinta kita pada awalnya. Orang seperti apa dia? bagaimana aku bisa jatuh cinta padanya hingga memilih hidup bersamanya.
Ia menoleh dan tersenyum kepadaku. Aku balas senyum kepadanya.
"Makasih ya, aku pergi dulu" katanya sambil mengembalikan cangkir yang sudah kosong.
Aku hanya mengangguk. Aku tidak menyalaminya seperti istri-istri pada umumnya ketika suaminya berangkat kerja. Tak juga mengantarnya ke depan rumah dan melambaikan tangan. Aku hanya memegang cangkir itu. Dan mulai menjalani hariku yang kosong kembali.Menyalakan TV, memasak untuk makan siangku, tidur siang, memasak untuk makan malam kita berdua, menyalakan TV kembali sambil menunggu kepulangan suamiku, begitulah caraku menjalani hari-hariku. Ia bilang keadaanku belum memungkinkan untuk memulai kegiatan yang berat. Pekerjaanku dulu menjadi sekretaris sangatlah padat. Hingga mungkin saja aku tidak bisa menjalaninya karena fisikku belum sembuh betul.
Suamiku yang kutemui pertama kali saat aku siuman 7 hari lalu, tersenyum dan membantuku untuk duduk. Dengan pakaian seragam rumah sakit bercorak bunga biru, aku memandanginya heran. aku tak bisa mengingat apapun. Bahkan nama sekalipun. Ia mulai menceritakan kecelakaan mobil yang dialami oleh keluargaku. Tak ada yang selamat kecuali aku. Saat itu aku tidak menangis sama sekali. Karena aku tak ingat bagaimana keluargaku. Seperti apa mereka.Sambil memberikan sebuah boneka Teddy bear yang lengannya dijahit, ia berkata padaku.
"Dan namaku Bayu, suamimu"Mataku terbuka lebar terkejut dengan pernyataannya. Aku menelan ludah dan berkata.
"Maaf, aku bener-bener ga inget apapun"
Aku tahu ia akan tersakiti dengan keadaanku. Aku berpikir jika aku berada di posisinya aku pasti akan sangat merasa sedih dan kecewa. Namun ia masih sanggup tersenyum dan membelaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Fina(Sekuel Kisah Elang dan Kak Fina)
Novela JuvenilSiapa aku sekarang? dan siapa aku sebelumnya? Aku bahkan harus menghafal namaku sendiri seharian penuh. Lalu berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mengenali diriku. Dan juga sosok itu. Lelaki penyuka kopi yang selalu bersandar di bingkai jendela t...