Part 3

85 16 2
                                    

"Aku gak izinin!"

"Plis Bayu, aku janji bakal jaga diri, Plis"

"Tapi kamu janji ya, kalau ada apa-apa kamu harus kabarin aku, oke?"

Aku mengangguk lagi seperti biasa.

"Pokoknya habis selesai operasi aku bakal jemput kamu disana, jangan kemana-mana"

Ia langsung berlari keluar rumah dan mengendarai mobil sedannya. Dan aku langsung menyiapkan diri untuk pergi ke caffe daerah Setiabudhi bandung yang baru saja dibuka. Aku sangat ingin mencoba makanan mereka untuk aku pelajari. Bayu memang selalu bilang bahwa aku sangat berbakat dibidang tata boga. Mungkin aku harus mulai meniti bakatku. Agar aku tak bosan dan memiliki alasan untuk terus bertahan tiap harinya. Aku tak mungkin terus meringkuk dirumah besar sendiri setiap harinya untuk menunggu ingatanku kembali. Aku harus memiliki kegiatan yang aku sukai untuk mencoba mencari ingatanku kembali.

Sebenarnya aku ingin meminta Bayu membantuku setiap hari memberitahu semua tentangku. Namun profesinya sebagai dokter juga tanggung jawabnya yang besar membuatnya sulit memiliki waktu untuk membantuku.

Tak apa, hari ini aku harus menikmati sinar matahari dengan baik. Menemui orang-orang. Melihat dunia yang sekarang. Menyimpan sejenak masa lalu yang tidak aku ketahui.

Aku memesan kopi. Dalam air hitam itu aku melihat Bayu. Tapi, rasanya ada seseorang lain yang berada disana. Seseorang yang belum bisa aku ingat. Kuteguk habis kopi itu menghentikan pikiranku bekerja keras mencari jawaban darinya.

Tidak berhenti di satu caffe, akupun mengunjungi supermarket terkenal di daerah sana. Katanya supermarket ini, super super super lengkap. Benar saja, semua produk ada, semua bumbu ada, semua yang ingin aku masak ada. Betapa bahagia melihat sayur mayur yang segar dan cantik. Aku tak dapat menahan tanganku untuk memasukan mereka kedalam keranjang belanjaanku. Tak sampai sayur mayur, ikan-ikananpun aku masukan. Juga semua bumbu yang aku inginkan kuculik mereka dari rak-rak tinggi itu.

Setelah mulai merasa lelah akupun menuju kasir untuk memiliki mereka sepenuhnya. Tak terasa perutku mulai berbunyi. Untungnya supermarket ini memiliki tempat makan dilantai dua. Tak banyak pikir aku langsung menaiki tangga itu satu persatu setelah membayar dan menerim kembalian dari sang kasir.

Tapi entah kenapa, sekalipun makan diluar rumah yang pilihannya se-abreg, aku tetap memilih kangkung buat muasin perutku yang teriak-teriak ini. Sampai aku terkejut ketika ada laki-laki yang tidak sengaja menendang kantong belanjaku.

"Duh, maaf" katanya cepat. Ia hampir saja terjatuh karena kantong belanjaku yang menghalangi jalan orang-orang.

"Oh iya gak apa-apa" Balasku sambil menunduk mencoba memperbaiki posisi kantong berat itu. 

Tapi  lelaki itu belum beranjak. Awalnya aku kira ia menungguku duduk tegak kembali. Namun ketika aku sudah duduk dengan sempurna dan siap menyantap si hijauku, ia belum beranjak. Aku tak jadi mengangkat sendokku dan bertanya.

"Ada apa ya mas?" Tanyaku sangat heran. Ia masih memandangiku seakan menunggu ku mengucapkan sesuatu.

"Kayaknya kita pernah ketemu?" 

"O ya? Kayaknya mas salah orang" jawabku sambil langsung melahap si hijau dan membiarkan lelaki itu.

"Iya, saya pasti salah orang" Akhirnya ia meninggalkanku sendiri.

Aku agak panik, sebenarnya. Aku hampir mengatakan 'Maaf aku kehilangan ingatanku, itu sebabnya aku tak mengenalimu. Kalau kau mengenalku, bolehkah ceritakan tentang diriku'. Tapi, aku harus sangat berhati-hati. Lelaki itu bisa saja mencelakaiku. Memanfaatkan kelemahanku. Walau jujur saja rasanya ingin mengatakan kepada semua orang tentang keadaanku dan meminta bantuan pada mereka untuk mencari ingatanku. Tapi, seperti yang selalu Bayu bilang, aku harus terus berhati-hati.

Aku jadi gelisah setelah kejadian tadi. Aku mempercepat makanku dan pulang sesegera yang aku bisa.

Bayu, aku pulang sendiri aja sekarang.

kupercepat langkah kakiku. Tapi sialnya hujan malah turun membuat hariku yang menyenangkan menjadi  sangat menyebalkan. Aku lupa membawa payung, tepatnya aku tak tahu bahwa hujan akan datang. Bagi orang yang jarang sekali keluar rumah sepertiku pasti wajar jika ia tidak mempersiapkan payung. Akhirnya aku memutuskan untuk berteduh di depan warung kecil yang sedang tutup. Tapi betapa terkejutnya aku melihat lelaki itu menghampiriku.

Aku memberikannya senyuman yang terpakasa. Tapi ia mebalas dengan senyum yang lebih baik dari yang kulakukan. Aku benar-benar takut. Aku tak berpengalaman memiliki keadaan seperti ini sejak ingatanku hilang. Detak jantungku berdegup kencang. Aku tak bisa berhenti memainkan kedua tanganku untuk mencari ketenangan. Kepalaku terus melihat ke arah yang berlawanan dengan lelaki itu. Rasanya aku ingin menangis ketakutan. Seharusnya aku tak pergi sejauh ini sendirian. Aku jadi menyesal. Aku ingin secepatnya mendapati wajah Bayu agar aku merasa aman.

Aku memutuskan untuk meminta Bayu menjemputku sekarang juga disini. Atau aku harus berpindah tempat dulu agar jauh dari lelaki ini? Tak usah, aku harus menelpon Bayu didepannya, agar ia tahu aku sudah bersuami. Tapi apakah jika begitu ia malah akan mencelakaiku? aku benar-benar takut.

Tiba-tiba handphoneku berdering, Bayu menelponku di waktu yang tepat.

"Kamu dimana? aku dijalan mau jemput kamu"

"Aku depan taman segitiga Setiabudhi, Bayu, kamu harus cepet kesini ya. Aku takut" Bisikku.

"Oke, tunggu disitu, jangan kemana-mana" Katanya tanpa banyak bertanya.

Tidak sampai 5 menit, Bayu sudah sampai didepanku. Aku langsung berlari membiarkan sedikit air hujan mengenai bajuku. Lelaki itu tampak masih melihatku.

Sampai didalam mobil, aku lega sekali melihat wajah Bayu. Ia langsung meletakan jas yang ia pakai ke tubuhku. Aku menyatukan kedua tanganku didepan dadaku untuk menahan dingin. Bayu melihat lelaki itu sekali dan bertanya padaku

"Kamu kenal lelaki itu?"

Aku menggeleng keras.

"Ayo pulang sekarang, aku gak mau disini" Perintahku dengan wajah cemas.

Sesampainya dirumah aku langsung melipat tubuhku diatas ranjang dan meminta Bayu tak jauh-jauh dariku. Ia duduk diranjang menemaniku. Namun aku masih trauma. Bayangan hal-hal yang kutakutkan terus bermunculan. Tak kusadari aku meraih tubuh bayu dan memeluknya erat.

"Aku takut.." Bisikku lirih. Setetes air mata langsung keluar tanpa kusadari.

Bayu membelai punggungku dan mendekap kepala kecilku didadanya.

"Sssst, kamu udah dirumah, kamu aman sekarang"

"Kamu jangan kemana-mana" Pintaku.

"Aku gak akan kemana-mana. Aku jagain kamu disini, oke?"

Aku terlelap dalam tubuhnya. Untuk pertama kalinya sejak aku siuman. Dan untuk pertama kalinya yang aku rasa dalam ingatanku yang baru.

Bayu. Aku masih bertanya, benarkah kamu?

Namaku Fina(Sekuel Kisah Elang dan Kak Fina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang