Aku terbangun dan mendapati tubuh Bayu yang sudah terbalut kemeja putih rapih. Ia sedang memasukan kancing terakhirnya.
"Hari ini kamu istirahat aja ya? Gak usah masak, aku udah pesen makanan buat sampai nanti malam"
"Enggak!" Aku menggeleng keras.
"Aku mau ikut kamu"
Semalaman di dekapan Bayu tak membuat ketakutanku hilang. Aku tak bisa menghadapi seorangpun tanpa Bayu disampingku. Ialah yang mengetahui siapa orang yang aman bagiku dan siapa yang mebahayakan bagiku.
"Fin.."
"Plis"
"Oke, hari ini aku gak kerja, gimana?"
"Tapi..."
Awalnya aku berpikir Bayu sebegitu baiknya hingga merelakan pekerjaan demi diriku. Tapi ia bukan orang seperti itu. Ia lelaki yang disiplin. Apakah karena aku tidak boleh pergi ke rumaha sakit?
"Kenapa? Kamu gak mau aku ke rumah sakit ya?"
"Iya, aku khawatir. Sekalipun aku sama kamu disana, tapi aku bakal sibuk kerja"
"Engga"
Aku mulai mencurigainya.
"Ini semua bukan tentang aku"
"Maksud kamu apa?"
"Pasti ada yang kamu sembunyiin dari aku"
Aku menarik selimut kembali dan menggeleng sendiri. Semua bayangan buruk membuatku takut. Jika sesuatu yang besar sedang ia sembunyikan, aku tak tahu apa aku sanggup menerimanya. Aku takut, tak ada yang berpihak padaku. Aku takut, bahkan Bayu sekalipun tak bisa aku percayai.
"Fin.. Kamu kenapa?" Tanyanya sambil mendekati tubuhku.
"Jangan deketin aku!"
"Fin.. Fina... tenang, oke?"
Ia menarik napas panjang. Ia terlihat bingung harus bersikap bagaimana terhadapku. Aku sendiri bingung dengan diriku sendiri. Tak ada yang aku kenali didunia ini. Keluarga kandungku bahkan sudah tiada. satu-satunya orang yang bisa aku andalkan adalah Bayu. Namun aku mulai menyadari mengapa aku harus mempercayainya. Tapi mengapa pula aku harus tidak percaya padanya? aku harus menempatkan diriku bagaimana. Oh Ibu di syurga, yang belum kuingat. Tolong beritahu aku Bayu orang yang tepat.
Aku mulai menangis, lelah dengan keadaanku. Rasanya semua seperti akhir. Namun ini awal yang tidak ada petunjuknya. Terlalu menakutkan bagiku jika aku salah mengambil langkah. Bagaimana kehidupanku didepan nanti? Apa aku sanggup hidup dengan normal. Bertemu oranng-orang. Berbincang tentang berita hangat hari itu. Membantu dan menerima bantuan tanpa curiga. Tertawa dan pergi jauh ke tempat yang kusuka. Apa aku bisa melakukan hal-hal normal seperti itu?
Dengan Bayu, apa akan ada hari aku menerimanya. Mencintai dan berkorban untuknya. Meminta perhatian dan cemburu. Merindukannya dan bahagia disampingnya. Memberi keturunan dan menjadi ibu bagi anak kami. berkeinginan menghabisi sisa hidup bersamanya. mengecup keningnya sambil memejamkan mata dengan perasaan penuh cinta. Adakah kehidupan seperti itu bisa aku jalani? Bisakah? layaknya pasangan kebanyakan.
"Fin.."
"Maaf, Bay, aku bingung" Ucapku dengan punggung yang bergetar.
"Iya aku ngerti"
Ia mulai membelai punggungku dengan lembut. Aku memandangi lengan kokohnya. Bekas luka dari jarum-jarum yang sering ia gunakan, membuatku membayangkan kerja kerasnya. Yang pasti untukku. Aku bahkan menyusahkannya dengan ingatanku yang hilang. Juga menyakiti perasaannya. Namun ia tetap sanggup mengatakan bahwa ia mengerti aku. Sedangkan diriku tak sedetikpun berpikiran untuk mengatakan hal yang sama.
Pagi ini, menjadi pagi pertama aku menerima belaiannya tanpa curiga dan tanpa rasa risih. Juga untuk pertama kalinya aku merasa iba padanya. Lelaki malang. Setiap hari sibuk bekerja dan harus mengurusi istrinya yang hilang ingatan. Setiap hari sibuk memikirkan istrinya namun tak dapat menyentuhnya.
Bayu, pagi ini belailah aku. Aku akan mengizinkanmu untuk meredakan rindumu padaku. Tatap aku sebanyak yang kau inginkan. Aku akan berusaha menyelami hatimu dari bola mata itu. Aku berjanji, secepatnya akan mendapatkan ingatanku, sehingga kita tak perlu lelah menahan ragu untuk berpelukan di pagi hari dan saling mendekap di malam hari.
Kedua tanganku mulai terangkat mendekati tubuh tinggi suamiku. Melingkarkan tanganku kebelakan punggungnya dan meletakan kepalaku depan dada bidangnya. Tangannya yang tadi membelai punggungku berpindah ke atas kepalaku.
"Kamu boleh curiga sama semua orang di dunia ini, tapi plis, percaya sama aku. cuma sama aku, oke?"
"Fina percaya sama Bayu" Lirihku. Diikuti kecupan lembut Bayu pada helai-helai rambut teratasku.
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Fina(Sekuel Kisah Elang dan Kak Fina)
Teen FictionSiapa aku sekarang? dan siapa aku sebelumnya? Aku bahkan harus menghafal namaku sendiri seharian penuh. Lalu berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mengenali diriku. Dan juga sosok itu. Lelaki penyuka kopi yang selalu bersandar di bingkai jendela t...