2. Khayalan kecil.

2.3K 476 165
                                    

Ashira POV.

Seketika aku menitikkan air mata karena tersentuh dengan kisah itu, seperti ada yang menyayat hati ini ketika ingat hal itu. Tapi apa?

Sedetik kemudian mereka berdua mengahampiriku, David maju kehadapanku dan mengangkat wajahku yang tadinya menunduk menjadi seperti menatap dia, tetapi pandanganku tetap saja menuju ayunan itu bukan menatapnya.

Lalu David mencoba mengusap pundakku dengan lembut sembari berkata "Udahlah, Ra, jangan nangis lagi, nanti cantiknya ilang loh hahahaha." Aku mencoba untuk tersenyum kembali. Walau terpaksa.

Dan akhirnya aku merasa tenang setelah David mengusap pundakku, entah kenapa setiap David mengusap pundakku aku merasa tenang dan nyaman.

Aku sedikit menyenggol David. "Apasih Dav, ih. Garing."

"Garing aja lo ketawa, Ra," sambar David.

"Kayaknya ada yang perlu pelukan nih, Rey." David tersenyum licik, aku menyikut lengannya dan berseru, "ih."

"Yaudah gue teriak aja ya, biar orang-orang pada pelukan kayak teletubies. Eh woy ada yang--" belum selesai Reynand ngomong aku sudah membekap mulut Reynand dengan tanganku, karena dia tinggi jadi aku harus sedikit berjinjit.

Dan seketika orang-orang menatap heran ke arah kami bertiga, dengan segera aku meminta maaf kepada orang- orang itu.

"Malu- maluin aja lo, Rey," gumamku kesal.

Setelah bercanda aku, Reynand dan David saling merangkul dan akhirnya kita tertawa bersama. Kemdian aku dan mereka melanjutkan lari pagi .

***

Langit berubah menjadi malam, yang udara dinginnya mulai menyelinap kedalam kamarku melewati jendela yang menempel pada tembok iu.

Bulan yang bersembunyi di antara awan dan bintang- bintang yang tidak terlalu banyak, membuat kesan sunyi.

Dan aku memutuskan untuk menutup jendela kamar, tetapi saat aku akan menutup jendela, tiba-tiba mataku tertuju dengan sebuah ayunan di bawah pohon tempat aku, Reynand dan David tertawa dan bermain bersama.

Aku terbayang ketika bermain ayunan bersama Reynand waktu kecil, aku menaiki ayunannya sedangkan Reynand dan David mendorong ayunannya secara perlahan, lalu kami tertawa bersama saat ayunan itu meluncur.

Dan seketika ingatan itu kembali menghilang dan aku berpikir apakah aku bisa bermain ayunan lagi seperti dulu dengannya.

Aku berkhayal saat aku mengenakan gaun seperti putri kerajaan yang sedang bermain ayunan dengan Reynand yang mengenakan baju seperti pangeran berkuda putih. Andaikan itu bisa terjadi dalam hidupku. Aku pun tersadar dari lamunanku.

"Ah udahlah, mana mungkin itu terjadi. Back to earth, Ra. " kataku pada diri sendiri, kemudian aku  langsung menutup jendela dan beranjak tidur.

***

Keesokan harinya, aku bersiap siap untuk berangkat sekolah, saat aku sedang mengikat tali sepatuku tiba-tiba terdengar suara bel sepeda yang berdering, aku pun langsung menatap kedepan dan ternyata itu Reynand, lalu dia berkata "Eh, Ra.. Ayo cepetan, nanti telat."

Aku langsung mempercepat untuk mengikat tali sepatu dan sedikit berteriak, "Iya.. Iya bentar elah."

Aku langsung beranjak berdiri dari teras yang aku duduki. Sepertinya ada yang janggal hari ini. Setelah selesai merapikan seragam dan rambutku aku langsung menengok ke kanan dan ke kiri.

Ya benar saja aku tidak melihat David hari ini, tumben banget dia tidak datang, lalu aku bertanya kepada Reynand "Rey, David kemana, dia gamasuk ya?"

Kemudian dia menengok ke arahku dan menjawab, "Iya dia gamasuk, dia sakit. Dari malem, kemaren dia nge-chat gue." kata Reynand sambil menaruh sepedanya di dekat pagar. Aku hanya ber-oh panjang.

Setelah selesai dengan penampilanku, aku pun mencari sepedaku, tapi saat aku ke garasi tidak ada, kemana lagi itu sepeda, gumamku dalam hati.

Karena aku menyerah untuk mencari sepeda, aku langsung berteriak, "Bu.. Sepeda aku kemana ya?"

Lalu ibu keluar dengan membawa tempat sampah dan menjawab,"Kan sepeda kamu dibengkel Pak Oman, lagi dibenerin."

Setelah mendengar jawaban dari ibu aku baru ingat kalo sepedaku rusak, aku pun menepuk dahiku dan berkata, "Oh iya ya lupa, terus aku berangkat naik apa?" tanyaku, aku menyambar ransel-ku yang berada di lantai.

"Naek odong- odong." Ibu menjawab asal. Dan aku hanya membalasnya dengan perkataan, "Suka bercanda gitu ibu mah."

"Gini aja Deh, kamu naik di sepeda nya Reynand aja.. Di bonceng gitu, jarang-jarang kan naik sepeda berdua." kata ibu dengan nada bercanda dan sedikit menyenggolku.

Aku pun menjawab, "Ibuu...." Dengan muka tertunduk dan menahan malu, pipiku memerah. Aku benar- benar blushing.

Untung aja Reynand ngga liat, kalo muka gue merah kayak tomat mateng. Umpatku dalam hati, aku mengusap-usap kedua pipiku.

Kemudian Reynand pun naik ke sepedanya dan memberikan aku tumpangan dibelakang. Ya, iya dibelakang masa iya di depan.

Untung aja Reynand pake sepeda yang ada boncengannya dibelakang, emang sih sepeda ini jadul banget, tapi unik juga, mana ada di zaman sekarang sekolah pake sepeda.

"Yaudah, Ra, cepet naik !" pinta Reynand lalu dia memutarkan sepeda. Aku menghampiri Reynand dan langsung naik keatas sepedanya

Kemudian aku dan Reynand  berpamitan dengan ibu, setelah itu  aku melambaikan tangan kepada ibu.

***

Di perjalanan menuju sekolah aku sangat bahagia, karena untuk pertama kalinya aku menuju sekolah hanya berdua saja dengan Reynand.

Tumben hari ini jalanan sepi biasanya banyak anak sekolah yang lewat tetapi sudah cukup lama aku dijalan, aku tidak melihat satupun anak sekolah, selain kita aku dan Reynand.

***

The Dawn & Dusk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang