15. Its new day.

882 227 42
                                        

Ashira POV.

Zeya, seorang gadis yang selama ini aku cari, dan yang selalu aku rindukan kedatangannya. Karena sudah hampir tiga minggu lebih aku tidak bertemu dengannya, karena akhir- akhir ini ia sedang sibuk dengan tour musiknya, maklum saja ia adalah seorang gadis yang memiliki suara merdu dan selalu tampil jika ada acara - acara tertentu.

Karena aku terlalu excited bertemu dengan Zeya, aku langsung memeluk gadis bertubuh mungil ini dengan sangat erat, walaupun aku tahu nafasnya sempat tertahan saat aku memeluknya.

"Zeyaaa... Ya ampun gue kangen banget sama lu tau ga? Lu belum jadi artis aja udah sering ninggalin gue gimana nanti kalo udah jadi artis yang ada gue ga dikenalin lagi sama lu." Aku melepas pelukanku dan mencubit kedua pipi Zeya yang sedikit gembil, dan sekarang pipinya sudah memerah karena aku terus mencubitinya. Ia meronta- ronta agar aku berhenti untuk menyubitinya, tapi aku tidak mau berhenti, karena aku sangat gemas melihat Zeya seperti ini.

Zeya menepis tanganku, yang membuat tanganku lepas dari kedua pipinya yang sudah memerah seperti memakai brush on. "Sakit Zey..." Aku mengaduh kesakitan, dan mengelus- ngelus lenganku.

"Sakitan gue kali Ra, nih pipi gue udah kaya pipi jengkelin merah- merah gini." Zeya menunjuk- nunjuk kedua pipinya. Aku hanya bisa tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigiku seolah sedang iklan pasta gigi.

"Kalo tau gini mending gue gausah balik deh kesini." Zeya langsung memasang mimik cemberut, dan aku hanya tertawa- tertawa kecil melihat tingkah sahabatku ini.

"Oke... Oke maaf deh Zey," ucapku, aku langsung mengacungkan tangan kananku, dan membentuk angka dua, Zeya sempat mengalihkan pandangannya dari arahku sesaat, namun setelah itu ia langsung menatapku lekat- lekat. Aku mengerutkan dahiku dan terheran- heran mengapa Zeya menatap ku dengan aneh.

"Zey, kenapa ?" Tanyaku heran, tapi tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya, Zeya langsung memegang kedua pipiku, mata bulatnya dan iris hitamnya menajam seakan seperti ingin menyelidiki wajahku.

Aku hanya bisa menatap Zeya dengan tatapan penuh tanda tanya, aku menggigit bibir bawahku, entah mengapa aku sedikit gugup.
Sempat terjadi keheningan dalam beberapa detik, sebelumnya akhirnya Zeya angkat bicara.

"Mata lu sembab, lu kenapa?" Tanyanya dingin, aku langsung melepaskan tangannya dari pipiku dan mengalihkan pandanganku darinya, "gapapa kok," ucapku bohong.

"Dengan cara lu mengalihkan pandangan lu dari gue, buat gue itu adalah jawaban, jawaban kalo lu lagi ga baik- baik aja. Ra... Dibalik kata gapapa itu pasti ada apa- apa, dan gue itu cewek jadi gue tahu kalo lu ga baik- baik aja. Jadi lu ga bisa bohongin gue Ra." Aku sempat terdiam beberapa saat, lalu aku melihat ke sekeliling entah objek apa yang sedang aku cari saat ini.

"Oke, gue bakal ceritain semuanya tapi nanti ya pulang sekolah." Zeya mengangguk pelan dan terlihat senyuman tipis yang mengambang diwajahnya, aku pun membalas senyumannya.

"Yaudah sekarang kita ke kelas aja yuk!" Ajakku, tanpa jawaban dari Zeya aku langsung menarik tangan kanannya dan menuju kelasku yang berada di lantai dua, anak tangga demi anak tangga kita telusuri bersama sembari bercakap- cakap ringan dan terkadang diselingi oleh tertawa.

Aku suka dengan sikap Zeya ketika ia berbicara padaku, karena jika ia sedang berbicara ia selalu menatap lawan bicaranya dan selalu mendengarkannya dengan baik, dia bisa menjadi tempat berbagi cerita yang baik, tetapi sangat disayangkan ia terkadang bersifat dingin dan cuek kepada cowok, hanya kepada Reynand dan David ia tidak bersikap seperti, mungkin karena kita sudah bersahabat dari dulu jadi dia lebih terbuka kepada Reynand, David dan aku.

Sesampainya didalam kelas XII-2, Zeya langsung menuju ke meja urutan kedua dari belakang, tetapi aku langsung mencegahnya dan menarik tangannya.

"Kenapa Ra?" Aku menggaruk- garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, "Hmm... Zey gimana kalo duduk disana aja?" Aku menunjuk ke arah tempat duduk di sebelah timur dimana aku berdiri sekarang.

The Dawn & Dusk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang