Ashira POV.
Akhirnya laki- laki itu menghibur gadis kecil berbandana hijau tersebut, dan memberikan sesuatu yang ia simpan di dalam saku celananya.
Ia juga memeluk gadis kecil itu agar tenang dan alhasil gadis kecil itu tersenyum kembali, lalu mereka pun pergi.
Karena sedari tadi aku melamun, Reynand memanggilku "Ra...Ra...Ra."
Aku pun terkejut dan sedikit gelagapan "Eh, iya... Ada apa Rey?"
Lalu ia bertanya "Lo kenapa sih, Ra ?" Aku menjawab dengan gugup, "Eh... ngga kok ngga apa-apa, gue cuma ngekhayal gimana ya kalo gue punya kakak laki- laki yang selalu ada buat gue,
yang selalu ngehibur gue disaat gue sedih, dan ga akan pernah nyakitin perasaan gue, yang paling penting bisa menjadi super hero untuk gue setiap saat."
Seorang pelayan yang tadi pun datang membawa pesananku dan Reynad, setelah pelayan tersebut menaruh pesanan kami diatas meja. Reynand mengucapkan terimakasih kepadanya.
Reynand kembali menatapku dan mengatakan, "Lo masih punya kakak cewek kan, Kak Sheyra?"
"Iya sih, Kak Shyera emang kakak gue, tapi dia udah 3 tahun tinggal di Eropa, gue pengen disaat gua lagi sendiri ada orang yang selalu bersama gue di keaadaan apapun."
Reynand langsung menjulurkan tangannya dan memegang tangan kiriku, lalu ia pun berkata, "Lo bisa nganggep gue sebagai kaka lu kok, gue akan selalu bersama lo dan gue ga akan tinggalin lo."
Aku melepas genggaman nya, dan mengalihkan pandanganku darinya. Aku hanya bisa tersenyum miris.
Ingin sekali aku berkata itu hanya kebohongan belaka, Rey, tapi aku mengurungkan niatku untuk berkata seperti itu dan aku mencari kalimat yang lain.
"Tapi.. gue gabisa menganggap lo sebagai kakak gue yang selalu ada buat gue, yang selalu menghibur gue, yang selalu menjaga gue, yang selalu menjadi super hero gue,
karena cepat atau lambat lo akan ninggalin gue . Dan disaat itu mugkin lo bukan lagi jadi penghibur gue saat sedih, tetapi lo yang buat hati ini terluka."
Reynand hanya terdiam dan mungkin ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan aku langsung melepas genggaman dia dengan perlahan, lalu aku melanjutkan untuk memakan cheseecake-ku.
Aku berbicara pada diriku sendiri, seandainya ia tahu mengapa aku tidak ingin menganggap dia sebagai kakakku, karena aku sangat mencintainya, aku mencintai dia lebih dari seorang sahabat.
Tapi aku tidak akan pernah bicara jika aku mencintainya karena aku tahu dia telah mencintai orang lain, aku tidak boleh egois.
Dan aku juga tidak ingin merusak rencana Reynand yang akan mengungkapkan persaannya kepada Tania. Aku tidak ingin merusak semuanya.
Mungkin aku akan memendam perasaan ini walaupun, aku tidak tahu sampai kapan aku memendam perasaan ini ?
Setelah beberapa menit, aku membuka pembicaraan lagi dengan mencari topik yang lain. Aku sudah mencoba menguatkan hatiku untuk saat ini, "Rey, lo jadi kan ngungkapin perasaan lo ke Tania?"
Reynand langsung menaruh garpunya diatas piring. "Eh.. Iya Ra jadi, lo bantuin gue ya please!"
Sebenarnya aku berat hati untuk membantu dia, karena ini adalah masalah hati apa mungkin aku bisa berdamai dengan hatiku sendiri?
Aku meminum hot chocolate-ku, lalu menaruhnya kembali diatas meja dan langsung menjawab, "Iya, gue bantuin, tenang aja lah santai." Aku mencoba berbicara sesantai mungkin.
"Oh iya? Ra, nanti anterin gue ke Sunny Florist ya, gue mau beli bunga buat Tania."
Aku hanya mengangguk sembari melanjutkan makan cheese cake. Setelah selesai makan aku dan Reynand pun beranjak pulang.
***
Di perjalanan kita tidak berbicara apa-apa, hanya ada keheningan diantara kami berdua, aku dan Reynand sibuk dengan pikiran masing-masing.
Reynand mengantarkan aku ke sampai ke rumah, "Makasih ya, Rey," ucapku saat turun dari sepedanya.
"Santai aja, Ra," jawabnya singkat. Aku pun tersenyum kepada dia, dan Reynand juga membalas senyumanku.
Saat aku membalikkan badan untuk masuk ke rumah, tiba- tiba Reynand menarik tanganku, aku hanya terdiam dan berbalik arah menghadap dia.
Selama beberapa detik kami hanya saling bertatap, jika dilihat dari sorot matanya yang teduh seperti ada yang ingin ia bicarakan, tetapi seperti tertahan.
Gue pengen meluk lo, Ra. Batin Reynand pada diri sendiri.
Lalu aku menatap tanganku yang ia pegang, darah yang mengalir pada tubuhku sepertinya sudah menjalar ke arah wajah, dan membuat wajahku sudah merah gakaruan, tiba-tiba aku sulit untuk bernapas.
Kemudian ia langsung melepaskan tanganku dengan ragu. "Maaf, Ra," ucapnya dingin, dan aku hanya membalasnya dengan mengangguk pelan. Akhinya aku bisa bernapas lega.
"Ada apa ?" Tanyaku ragu-ragu.
Ia menjawabnya dengan ragu juga, "Ngga kok, ngga apa-apa, yaudah gue duluan ya, bye!" Dia membelokkan sepedanya dan langsung pergi.
Aku masih tetap berdiri didepan pagar, memandangu punggungnya yang kokoh dan tegap.
Gue pengen meluk lo, Rey.
Hingga badannya sudah tidak terlihat baru aku masuk kedalam rumah dan menemui ibu yang sedang ada di ruang tv, aku langsung mencium tangannya dan duduk disampingnya.
***
Hai gimana ceritanya aneh ga? Semoga ga ya..
Kalo suka jangan lupa vote and comment ya. Kritik sarannya juga boleh kok biar bisa membangun cerita yang lebih bagus. 😍😍

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dawn & Dusk.
Novela JuvenilPs: Part diprivate secara acak. Harap follow terlebih dahulu.🙏 Blurb: Aku tidak akan menceritakan tentang proses terjadinya fajar dan senja, dan aku juga tidak akan menceritakan dongeng dengan tokoh yang bernama fajar dan senja. Aku hanya akan berc...