13. The truth

866 245 44
                                    

Ashira POV.

Kak Sheyra menaruh dress itu di tempat tidur, dan mengambil kardus yang telah dibawanya tadi kemudian menyerahkan kepadaku.

Aku mengambilnya kardus itu dari tangan Kak Sheyra. "Ini apa ?" Tanyaku heran sembari membolak- balikan kardus tersebut.

Karena aku penasaran aku langsung membuka tutup kardus itu dan ternyata didalamnya terdapat sebuah sepatu berwarna putih dengan campuran biru tua, dan aku terkejut dengan sepatu itu, karena warnanya yang sangat cocok dengan dress-ku, ini kebetulan atau apa ya.

"Waktu itu gue beli sepatu, karena gue buru- buru jadinya gue salah ngambil ukuran." jelasnya.

"Jadi buat lu aja deh kayanya muat di lu, oh iya lu kan mau pergi pake ya sepatu ini kan warna nya cocok sama dress lu." tambah dia. Lalu aku mengucapkan terima kasih kepadanya.

Aku langsung mengambil sepatu itu dari dalam kardus dan memakainya, aku pun berjalan- jalan kecil halnya seperti seorang model catwalk yang anggun. "Gimana bagus kan? Gue udah pantes belum jadi model catwalk ?" Aku melambaikan tanganku dengan lembut ke arahnya.

"Emang ada model yang kerjaannya nangis, galau, mellow tiap hari  kayaklu. Kaya anak tk aja lu, tapi kayanya lu dibawah anak tk deh, setara balita gitu." Dia menyengir baknya seorang model iklan pasti gigi. Aku langsung memukul lengannya.

"Kalo gue balita lu apa bayi." Elakku tak ingin kalah, sembari memeletkan lidah. "Apa kata lu aja." Kak Sheyra mendongkakkan kepalanya ke arahku dan memutar bola matanya dengan malas.

Lalu aku melepaskan sepatu itu dan memasukkannya ke dalam kardus, aku akan memakainya nanti. "Udah ah, berisik banget lu kaya bajaj. Oke sebagai ucapan terima kasih gue ke lu, nanti gue beliin gulali yang pelastiknya gambar dora." ucapku.

Wajah Kak Sheyra berubah menjadi seperti kegirangan, "nah gitu dong, simbiosis mutualisme." jawab nya sambil mengacungkan jempol. Kak Sheyra memang sudah dewasa, tapi kecintaannya terhadap permen kapas tidak akan pernah bisa berhenti. Setelah Kak Sheyra keluar kamar, aku langsung mengganti pakaian dan bersiap- siapm

Dan tak lama terdengar suara klakson dari arah luar, aku pun langsung keluar dari kamar.

Di ruang keluarga ada ibu dan Kak Sheyra, "mau kemana Ra ?" Tanya ibu padaku.

"Mau ke acara pementasan drama sama David." ucapku, sembari mencium tangan ibu dan Kak Sheyra.

"Yaudah hati- hati, jangan malem- malem pulangnya." nasihat ibu padaku. Aku pun menganggukkan kepala sambil tersenyum,setelah keluar meninggalkan ibu dan Kak Sheyra.

Di luar sudah ada mobil berwarna putih, lalu keluar seseorang dari tempat pengemudi yaa itu adalah David yang mengenakan kemeja putih dengan lengan baju yang digulung sampai sikut, aku pun langsung menghampirinya. "Tumben banget Ra kaya gini." David melirikku dari atas ke bawah.

Aku sangat gugup, dan ini membuatku menjadi salah tingkah, aku terus meremas tali tas selempangku. "Gue salah ya pake baju kaya gini? Atau ada yang aneh gitu ?"

"Ga... Ga kok Ra, malah lu cantik kalo pake baju kaya gini." pujinya, lalu aku tersenyum sembari merapikan rambutku yang sedikit berantakkan.

Aku merasakan saat pipiku mulai memanas, untung saja aku tadi memakai blush on, jadi David tidak bisa melihatku jika aku sedang blushing. "Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang aja." kata David. Lalu kami pun masuk kedalam mobil.

Aku sudah melupakan kejadian tadi siang dan mencoba untuk menikmati malam ini.

Tak berselang lama dari rumah ku, aku dan David sudah sampai di sebuah Theater yang tidak terlalu megah, disana aku dan David sangat menikmati pementasan dramanya, pementasan itu cukup mengocok perutku karena acting pemerannya yang lucu. Aku dan David tertawa bersama.

Tapi sesekali David mencuri pandangannya kepadaku, saat aku menengok ke arah dia, dia langsung menghadap kedepan. Aku tidak tahu mengapa sikap dia seperti itu. Aku menjadi seperti salah tingkah jika dia memperhatikanku, aku menjadi sering menundukkan kepala, hatiku terus berdegup kencang dan aku mencoba untuk menormalkan suasana.

Setelah selesai menonton aku dan David berjalan di sekitar kota, suasana saat itu sedikit sejuk dengan lampu jalan yang memancar yang tidak seterang bintang tetapi cukup untuk menerangi jalan yang gelap, jalanan yang begitu ramai dilalui oleh beberapa kendaraan serta banyak tenda- tenda kecil tempat orang- orang berjualan yang berbaris di pinggir kota tersebut.

Suasana tersebut membuat jalanan menjadi lebih ramai dan sedikit lebih hangat, karena banyak orang yang bercakap- cakap di tenda- tenda warung tersebut.

Aku dan David tertuju pada tenda yang menjual minuman hangat seperti bandrek susu jahe merah. Lalu aku dan dia pun memesan minuman, sepuluh menit kemudian minuman tersebut sudah ada ditangan kami, aku memegang gelas tersebut dengan dua tangan agar hangatnya bisa menulusuri tubuhku, aku pun meniup minuman tersebut agar tidak terlalu panas.

Sepertinya ada yang aneh dengan David, ia dari tadi hanya diam saja matanya terus menatap ke arah trotoar yang ada diseberang tempat kami duduk.

akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk bertanya. Aku menepuk pandak David dengan lembut, "Lu kenapa, Kok diem aja ?" Tanyaku dengan hati- hati, David sedikit kaget lalu ia menoleh kepadaku.

"Eh ga kok.. Gapapa Ra." aku tahu dari sorot mata dia ada yang ia sembunyikan, lalu aku mencoba untuk meyakinkannya "Yakin ?" Kataku sembari mendongkakkan kepala ke arah wajahnya,

Yaa aku tahu aku cara seperti ini seperti memojokkannya dan akhirnya ia mau angkat bicara "Ra.. Kalo gue sayang sama lu lebih dari ini gimana ?"

Aku tersentak, batinku bergemuruh, seperti ada yang tertahan dihati ini, dan aku menjadi sulit untuk bernapas lega karena aku sangat kaget.  Pernyataan ini yang aku takutkan dari dulu, pernyataan yang tidak mau aku dengar, tapi tanpa aku kendalikan pernyataan itu mendarat dari mulut David, hatiku tidak enak kepada David dan sekarang apa yang aku takutkan terjadi, David mencintaiku tetapi aku telah menceritakan semuanya kepada dia kalo aku mencintai Reynand.

Aku tidak bisa berkata apa- apa saat ini. Rasanya aku ingin menangis, tapi mana mungkin aku menangis ditempat umum seperti ini. Aku mencoba untuk terus menahan air mata ini agar tidak jatuh disini.

* * *

Di tunggu vomment nya ya, biar bisa semangat lanjutin ceritanya hehehe 😀😁

The Dawn & Dusk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang