4. Difficult Choice

7.4K 678 31
                                    

Warning :typo everywhere!
:)

Happy Reading!

***

Cahaya matahari mulai menerobos melalui celah jendela, terasa sangat hangat. Aku membuka mataku dan menyadari esok telah tiba. Tapi itu malah membuatku semakin kesal.

"Aku ingin malam yang tiada akhir untuk hari ini saja.... Seseorang tolong akuuu...." aku merengek dan menarik selimutku untuk menutupi kepalaku. Aku ingin kembali tidur! Aku tidak ingin ada hari esok!

"Ya, Tuhan, apa yang harus aku lakukan??" aku berbicara dengan diriku sendiri. Hari ini akan menjadi hari yang paling buruk dalam hidupku! Baiklah, itulah yang aku pikirkan. Apa yang harus aku katakan untuk menjawab raja sialan itu?! Apa yang harus aku lakukan??

Kepalaku serasa akan pecah. Tapi semua itu buyar ketika aku mendengar suara ketukan pintu. Aku duduk di tempat tidur dan menatap ke arah pintu dengan mataku yang terlihat mengantuk.
"Siapa? Jika kau raja sialan, tolong enyahlah. Jika bukan, kau boleh masuk." aku tahu itu bukan si raja sialan, tentu saja! Karena dia tidak akan mau repot-repot memakai pintu untuk masuk ke kamar.

Aku melihat sosok familiar berambut kehijauan dan seorang lagi wanita cantik yang belum pernah aku temui. Aku melihat ke arah mereka berdua dengan heran.

"Jadi dia gadis yang dibicarakan Yang Mulia?" wanita cantik bersurai hitam lurus sepinggul itu bertanya pada Enkidu. Enkidu hanya mengangguk dan melihatku dengan mata berbinar.

"Arli, ini Igalla, kepala rumah selir."

"Apa??!!" aku sontak memekik kaget dan melompat dari tempat tidur. Jangan-jangan raja sialan itu membuangku ke rumah selir?? Tidak!! Aku tidak mau!! Aku menggeleng pelan dengan air mata yang mulai jatuh dari sudut mataku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia benar-benar membuangku. Hancur sudah hidupku!!

Enkidu dan Igalla melihatku dengan tatapan penuh tanya. Dan betapa kejamnya Igalla, setelah dia mengamatiku ia malah terkekeh geli.
"Kau pasti berpikiran Yang Mulia membuangmu ke rumah selir dan aku kesini untuk menjemputmu. Iya kan?"

Aku memandang wajah cantiknya dengan mataku yang penuh dengan air mata. Enkidu langsung menghambur ke arahku dan membelaimu penuh kasih sayang.
"Oh, sayang, dia kesini untuk membuatmu menjadi lebih cantik! Dia tidak akan membawamu ke rumah selir." Enkidu tersenyum manis padaku. Aku hanya diam dan memandang mereka berdua dengan wajah yang masih tidak percaya.

"A-apa itu benar?" aku bertanya dengan penuh ketidakpercayaan. Igalla tersenyum dan menghampiriku. Ia menepuk pundakku dengan lembut sebelun menjawab.

"Yang Mulia yang mengutusku langsung." aku segera mengerjapkan mataku. Aku mengamati Igalla sebentar, mengamati sosoknya yang bak bidadari. Rambut hitam lurusnya seperti sutra, lembut dan hitam mengkilat. Matanya yang sewarna onyx melihatku dengan tatapan tulus, tidak ada kebohongan disana.

Ia tersenyum padaku. Membuatku terpana akan kecantikannya. Jika ada wanita secantik Igalla, kenapa raja sialan itu tidak memilihnya untuk menjadi istrinya?? Aneh bukan??

"Baiklah, Igalla, aku serahkan dia padamu. Bye Arli~" Enkidu melambaikan tangannya dan pergi begitu saja. Aku dan Igalla masih melihat ke arah pintu yang tertutup, tidak ada yang memecah keheningan sampai Igalla memulai pembicaraan.

"Jadi, bagaimana menurutmu dengan Yang Mulia?" Dia melihatku dengan tatapan nakalnya.
"Maaf?" Aku, tentu saja berpura-pura tidak mendengar dan menaikkan alisnya.

"Bagaimana menurutmu tentang Yang Mulia?" Dia berjalan dan duduk di tepi tempat tidur. Aku hanya membuang nafas kasar dengan pertanyaannya yang membuatku kesal.

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang