3. Choice

8.1K 700 8
                                    

Warning : Typo Everywhere!
:)

Happy Reading!

***

Setelah pertemuan waktu itu dengan sang Raja, aku mengurungkan diri di kamarku. Tidak melakukan apapun, hanya menggerutu dan mengutuk si kepala emas sialan itu.

#sehari yang lalu, saat aku bertemu dengannya....

"Kau bisa tinggal di rumah selir, dan melayani bangsawan tua yang hanya bisa mengisi perut mereka dengan daging panggang, jika kau menolak kebaikan hatiku." pria itu menyeringai kejam. Saat ia mendapati rona ketakutan yang ada di wajahku. Tentu saja dia senang telah membuatku tidak berkutik!

Aku menelan ludah lalu memandangnya dengan mata yang penuh amarah. Si kepala emas itu terkekeh, dia sangat suka sekali membuatku marah dan melihat wajah marahku.

"Baiklah, aku akan memberimu waktu 2 hari untuk memikirkannya, ingat ini baik-baik Arli, kau harus memikirkannya matang-matang. Kau boleh pergi sekarang ..." dia mengisyaratkanku untuk cepat menghilang dari hadapannya. Tentu saja, aku langsung melangkahkan kakiku keluar dengan hati yang membara. Enkidu mengikutiku dan berusaha menghibur ku. Namun tetap saja hatiku sangat ingin meledak jika mengingat apa yang kepala emas itu katakan.

"Kau baik-baik saja, Arli?" dia menepuk pundak ku dengan lembut. Aku hanya membalasnya dengan senyum pahit.
"Sama sekali tidak." dia mengangguk dan berjalan ke depanku.

"Mau pergi ke suatu tempat?"

"Kemana?" aku menaikkan alisku dengan penasaran. Enkidu meraih tanganku laku membawaku ke tempat tertinggi di istana itu. Pemandangannya sangat indah, dan udaranya sangat sejuk, angin berhembus dan membuat rambutku beterbangan ke wajahku. Enkidu tertawa terbahak-bahak ketika ia melihat rambutku yang menutupi wajahku.

"Kau seperti monster!haha!" dia menunjuk ke wajahku dengan tetap tertawa terbahak.

" hentikan Enkidu, aku sedang tidak ingin bercanda." aku membuang muka dan menatap ke tempat nun jauh di sana, ke Padang pasir yang terlihat sangat tandus. Enkidu lalu duduk di sebelahku.

"Kau marah karena Gilgamesh?" Enkidu bertanya dengan polos. Aku hanya menghela nafas kesal.

Oh, jadi namanya Gilgamesh.

"Bagaimana bisa orang sepertimu berteman dengan orang sepertinya?" mereka bahkan bertolak belakang. Bagaimana bisa Enkidu betah dengan orang macam Gilgamesh?

"Baiklah, itu adalah cerita yang panjang.... Tapi, dia tidak seburuk yang kau kira, mungkin kau harus mengenalnya lebih jauh." Enkidu tersenyum manis, sedangkan aku hanya memutar bola mataku. Melihat orang yang melakukan aktivitas rutin mereka. Negara ini memang negara yang makmur dan damai. Aku sampai tidak percaya jika si rambut emas itu yang memerintah.

" apa benar dia yang memerintah disini? Aku tidak percaya."

"Begitulah, Dia adalah raja yang hebat. Tapi terkadang.... Saat suasana hatinya memburuk, dia melakukan apapun yang dia suka."

"Misalnya?" aku menaikkan alisku, dan menatap ke pemuda bersurai hijau di sampingku.

"Seperti yang ia lakukan padamu, menurut peraturan itu terlarang, tapi dia melanggarnya..."

"Bukankah dia rajanya? Kenapa ada peraturan lain?"

"Ya, Raja sebelumnya yang menetapkannya, Ayah Gilgamesh adakah raja sebelumnya, beliau membuat peraturan bahwa orang asing boleh tinggal di Uruk, tapi mereka tidak bisa menjadi bangsawan atau penguasa." masuk akal, mereka bisa saja mata-mata atau kerabat dari negara lain. Aku

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang