25. Comeback ( Bagian II )

1.8K 195 57
                                    

***

“Jadi, kau tidak mengingat malam itu? Saat kita berada di acara ulang tahun ayah?”

Arli menggeleng bingung. Dia tidak mengingat apa pun. Pikirannya terasa kosong. Tapi ia menyadari bahwa ia melewatkan hal yang sangat penting.

Arli diam sejenak. Hingga akhirnya ia melihat cincin yang melingkar di jari menisnya. Matanya terasa sangat panas. Air mata pun menggenang. Saat ia membaca *cuneiform* yang terpahat di sana, ingatannya yang hilang pun berhamburan. Menjadi satu memori indah yang hangat sekaligus menyesakkan.

“Gilgamesh....”

Bisikannya mengiang, merasuk ke dalam kalbu. Seketika, air matanya tak terbendung lagi. Tumpah. Membanjiri pipi.

Gilgamesh. Mataharinya. Semua itu bukan mimpi! Gilgamesh ... suaminya....

Di saat Arli sibuk dengan pikirannya, kakak Arli panik karena Arli yang tiba-tiba menumpahkan air mata.

“Arlicia??”

Arli tidak menggubris semua yang ada di sekitarnya. Ia terlarut dalam memori indah yang berembus seperti angin di musim semi. Dan ia pun mengingat suatu hal yang sangat penting : bayinya.

Tak kuasa menahan kekhawatiran, tangan Arli pun merayap di perutnya. Berharap malaikat kecil di sana masih bertahan.

“Kakak, aku ingin bertemu dengan dokter.”

Alfonso langsung mengangguk dan memanggil dokter. Khawatir jika terjadi sesuatu pada adiknya. Saat Alfonso memanggil dokter, saat itu pula orangtua mereka datang.

Tatsurou Airazawa, masih menampakkan wajah dingin dan tak berekspresinya. Arli berani bersumpah, pria itu pasti mengadakan pesta besar-besaran saat ia menghilang. Mengingat betapa becinya ia pada Arli. Seperti biasa, pria itu masih mengenakan kostum kerja. Dan di samping pria dingin itu, ibunda Arli tersenyum haru. Wanita itu berjalan cepat dan langsung memeluk Arli.

“Ibu....” Arli berbisik haru sebelum membalas pelukan ibunya.

Saat pelukan itu terlepas, Arli melihat air mata yang sudah meleleh di pipi ibunda tercinta. Arli sendiri tidak menitikkan air mata. Ia tidak mau menampakkan wajah lemahnya pada orang lain.

“Ibu sangat senang, kau baik-baik saja, Nak....” Nyonya Yuurin terisak.

Arli tersenyum lembut sebelum menghapus air mata di pipi Nyonya Yuurin. Hingga akhirnya, Arli mengalihkan pandangan kepada ayahnya yang masih membeku. Lihat, pria itu bahkan tak mengucap sebuah kata. Arli tahu, dalam benak pria itu kini memikirkan bagaimana cara menyingkirkannya. Walau begitu, Arli masih ingin berterima kasih karena ia bisa bertemu kembali dengan kakak dan ibunya.

“Terima kasih telah menjengukku.”

Tatsurou mengangangguk kaku. Bahkan membalas dengan kata-kata pun enggan. Arli sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Ia tidak akan terkejut.

“Arlicia, jangan tinggalkan kami lagi. Ibu sangat takut jika terjadi sesuatu pada putri ibu satu-satunya. Ibu tidak ingin kehilangan dirimu!” Nyonya Yuurin kembali mendekap erat putrinya.

Sampai beberapa saat kemudian, Alfonso datang dengan seorang dokter.
Walau rambut sang dokter telah memutih, tapi layaknya semangatnya untuk merawat para pasien masih berkobar. Terlihat dari wajah ramahnya yang begitu menenangkan.

“Selamat pagi, Nona Arlicia.”

Pria itu menundukkan kepala, memberi salam. Keluarga Arli pun balas menunduk, mempersilakan sang dokter memeriksa Arli. Tak butuh waktu lama, pria itu sudah bisa menentukan kondisi Arli. Senyuman lembut merekah sebelum ia menjelaskan apa yang terajadi pada Arli.

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang