6. The Wedding

7.1K 664 52
                                    

Warning : Typo Everywhere!
;)

Happy Reading!

***

Hari ini hari pernikahanku, tentu saja dengan si kepala emas Gilgamesh. Semua orang terlihat sangat sibuk mempersiapkan berbagai macam hal. Tapi tidak untukku, aku diam di ruanganku dengan beberapa pelayan yang mengurus semua kebutuhanku. Perawatan untuk pengantin.

Tiba-tiba Igalla datang, dia melotot pada semua pelayan yang mengurusku. Ah, kasihan sekali mereka.
"Apa yang kalian lakukan?! Nona Arli belum juga siap?! Duh! Yang Mulia akan memenggal kepala kalian jika kalian membuatnya menunggu lebih lama!" Igalla membentak para pelayan itu dengan tampang yang galak. Tentu saka para pelayan itu memucat, hanya karena Igalla membentak mereka. Ternyata Igalla itu galak, aku baru tahu. Aku yang merasa kasihan pada mereka pun akhirnya membuka mulut.

"Igalla, sudah tidak apa-apa." aku melihat ke Igalla dan seketika itu ekspresinya melunak. Ia menghela nafas berat.

"Biarkan aku yang urus Nona Arli, kalian berdua, bantu yang lain mempersiapkan apa yang kurang." Akhirnya dua pelayan yang ketakutan itu meninggalkan aku dan Igalla. Igalla langsung mengalihkan perhatian padaku dan duduk di sampingku.

"Apa kau takut?" Ia bertanya dengan raut khawatir. Aku langusng menggeleng pelan dan tersenyum.
"Aku tidak mempunyai alasan untuk takut." Ya, karena aku yang memilih semua ini.

"Arli...." Ia melihatku dengan tatapan sendu. Aku langsung tersenyum manis dan menepuk bahunya.
"Bagaimana kalau kau membenahi rambutku? Agar aku terlihat cantik di hari pernikahanku." Aku terkekeh pelan, Igalla hanya menghela nafas dan mengangguk pelan.
"Tentu saja, Nona." Terlihat sekali senyumnya itu memendam kepedihan. Aku hanya pura-pura tidak melihatnya.

Ia menyisir rambutku dan memasang bunga yang indah di sisi kanan rambutku. Ia juga merias wajahku agar aku tidak terlihat pucat. Ketika aku melihat ke kaca, aku sangat terkejut.
"Apa itu benar diriku??" Sejak kapan aku menjadi cantik?? Ah, sepertinua kaca yang aku pakai menipuku. Igalla langsung terkekeh geli ketika aku berbisik seperti itu.

"Bahkan dirimu sendiri pun terkejut. Kita lihat bagaimana reaksi Yang Mulia jika ia melihatmu nanti."

Aku langsung melotot kaget, lalu tersenyum pahit.
"Jangan berdoa yang tidak-tidak Igalla."

***

Istana itu sangat terlihat berbeda, bunga dimana-mana. Dan.... Sangat banyak orang-orang. Aku menelan ludah di balik pintu saat aku mengintip apa yang ada di dalam. Astaga! Belum apa-apa tapi ini sudah membuatku begitu gugup! Sangat banyak manusia di sana!!

"Apa yang kau lakukan? Seharusnya kau langsung masuk ke dalam dan berjalan ke samping Yang Mulia!" Aku menoleh dan menatapmya memelas, aku menggeleng pelan dengan begitu gugup.

"Ba-banyak sekali orang, aku.... Sangat gugup." Igalla langsung menepuk jidatnya dan menghela nafas. Ia lalu memegang lembut tanganku.
"Jangan hiraukan mereka, cukup hiraukan calon suamimu dan pendeta. "

"Ta-Tapi-"

"Cepat, Arli!!" Igalla yang kehilangan kesabaran langsung mendorongku. Astaga jantungku!! Tidak, kau harus bersikap biasa saja Arli!! Aku mulai mengatur nafas dan jantungku lalu setelah pintu terbuka aku berjalan perlahan.

Aku melihat si kepala emas di depan pendeta. Baiklah, aku akui dia tampan. Sangat tampan dengan tunik berlapisnya yang berwarna putih dan juga ikat di pinggangnya yang berwarna merah. Dan dia terlihat.... Terkejut?? Entahlah...

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang