21. The Plan

1.6K 145 12
                                    

WARNING : MATURE CONTENT!

***

( Enki )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Enki )

"Jadi, kau berada di pihak Enlil?" Aku berdiri, bersandar pada tembok. Tatapan tajamku terkunci pada sosok dewi cantik yang sekarang membaringkan Arli di atas kasur. Ia menoleh, dan tatapan kami bersinggungan. Ia pun menatap tajam, seolah menguarkan kebencian. Tampak begitu pekat, aura kelam yang memenuhi ruangan.

"Bukan urusanmu, Enki. Dan aku peringatkan, jangan sekali-kali menghalangi jalan kami. Atau aku akan membunuhmu."

Seolah menyalak, Ishtar tampak begitu garang. Manik tajamnya terkunci padaku beberapa saat, sampai ia kembali berbalik dan mengikat tangan Arli.

"Jangan khawatir, aku tidak akan menghalangimu. Lagi
pula, aku sudah memiliki jalanku sendiri," timpalku.

Seketika, Ishtar menoleh dan terkekeh mengejek. "Oh? Kau ingin mengkhianati Enlil?"

Tatapan yang seolah merendahkan. Aku benci semua itu. Tapi itu tidak akan mempengaruhiku.

"Aku memang tidak berada di pihaknya sedari awal," jawabku, perlahan.

Seketika, Ishtar memincingkan mata. Melipat kedua tangan di depan dada. Ia kembali menghunjamkan manik indahnya padaku. Seolah ia ingin mengulitiku dengan tatapannya. Sampai saat ia mengangguk perlahan.

"Baiklah. Kalau begitu kita lihat apa yang bisa kau lakukan, Enki."

Suara tawa menggema, seraya langkah Ishtar bergerak menjauhiku. Sungguh, berurusan dengan Ishtar adalah hal yang paling menyebalkan.

Menggeleng, aku menatap wajah elok Arli yang sekarang terpejam. Ia tampak begitu pucat. Melangkah, aku pun duduk di sampingnya. Tangan kokohku bergerak, menyapu pipi yang diwarnai dengan rona merah.

Begitu memesona. Aku mendekatkan wajahku, bibirku menempel di kening Arli. Memberikan kecupan singkat, sebagai tanda kasih sayang.

"Apa yang bisa aku lakukan, ya?" Aku tersenyum penuh makna. "Aku bahkan bisa membuat Gilgamesh dan Enlil terperosok dalam kehancuran. Kita lihat saja nanti."

Ya, walau aku tidak bisa bertarung. Tapi aku memakai kepalaku untuk menghadapi mereka. Tentu, aku sudah menemukan sebuah trik yang bisa mengenyahkan dua penganggu itu dari hidup Arli.

"Jika rencanaku berhasil, maka kau bisa kembali ke duniamu Arli...."

Aku tersenyum. Membelai lembut rambut indah Arli yang tergerai. Sampai saat suara dehaman menyadarkanku dari lamunan.

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang