7. Enki

6.9K 592 64
                                    

Warning : Typo everywhere!
;)

Happy Reading!

***

Setelah pernikahanku, aku tidak tahu mengapa aku tiba-tiba terserang penyakit aneh. Hanya merebahkan diri di tempat tidur tanpa melakukan apapun. Tubuhku terasa sangat berat. Aku menolak untuk tinggal di kamar Gilgamesh dan memilih tidur di kamarku sebelumnya. Ajaibnya, ia menyetujuinya. Dan semenjak aku sakit dia terlihat lebih berbeda. Ia menjadi lebih lembut dan perhatian.

Aneh, kan?
Aku selalu memikirkan hal itu saat aku berdiam diri di kamar. Sebenarnya aku sedikit lega ia menjadi lebih baik. Hanya saja semua itu terlihat janggal. Tiba-tiba suara pintu yang dibuka membuyarkan pikiranku. Aku menoleh dan medapati raut ceria Enkidu. Dia langsung saja berlari dan memelukku.

"Arli!!'

( Enkidu 💕💕 )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Enkidu 💕💕 )

"E-Enkidu! Aku tidak bisa bernafas!" Enkidu langsung melepas pelukannya dan memberiku senyumnya yang imut.

"Bagaimana keadaanmu? Mendingan?" Ia memegang tanganku dan menatapku dengan lembut. Aku langsung menanggukkan kepala dan tersenyum balik.

"Terimakasih, tanaman yang kau berikan kemarin sangat manjur! " aku terkekeh pelan dan melihat Enkidu yang mengerjapkan manik indahnya. Ia tersenyum puas menampakkan deretan gigi nya yang putih.

"Benarkah?! Aku akan membawakan yang lebih banyak lain kali! Hahaha!"
Aku sangat menyukai tatapan lembutnya dan juga tawa ceria Enkidu. Dia yang membuatku merasa nyaman tinggal di istana ini. Enkidu mengunjungiku setiap hari dan menjagaku. Berkebalikan dengan Gilgamesh, sadis, kejam, dan dia pun tidak pernah tertawa dengan tulus. Justru aku merinding ketika dia tersenyum atau tertawa, karena pasti ada sesuatu yang ia rencanakan di balik semua itu.

"Terimakasih, Enkidu. Aku sangat berhutang budi padamu." Aku tersenyum dan langsung membalas dengan angggukan.

"AHEM!"

Aku dan Enkidu melihat ke arah pintu, sipa lagi kalau bukan Gilgamesh? Dia berdiri di depan pintu dengan tangan yang menyilang di depan dadanya yang penuh otot. Dia terlihat kesal. Aku hanya menaikkan alisku heran.

"Apa?" Aku bertanya singkat dengan wajah datar.
"Kau mengabaikanku?" Ia berkata ketus. Aku memutar bola mataku, tidak selera berdebat dengannya.

"Jujur saja, Yang Mulia. Saya bahkan tidak melihat kalau anda berdiri disitu sedari tadi." Dan memang aku sengaja tidak ingin tau kalau dia ada disitu dari tadi. Pria bersurai blonde itu langsung membelalak dan menelangkup wajahnya dengan tangannya frustasi.

"Baiklah, lupakan. Bagaimana kondisimu?" Ia akhirnya menyerah dan mengalihkan pembicaraan. Ia berjalan dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Lebih baik."

✔️Blooming Love for Eternity ( Bahasa Indonesia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang