PART TWO

132 11 5
                                    

Hari ini adalah hari pertama Kiara akan bersekolah di sekolah barunya SMA Bakti Mulia Jakarta. Gadis ini lebih memilih naik bus karena Kak Aldi akan ada tes wawancara di kampusnya, jadi ia sudah pergi sejak jam 6 tadi.

Walau sempat terjadi perdebatan antara Kiara dan Bi Inah, karena asisten rumah tangga yang sudah mengabdi sejak Kiara masih bayi ini kekeuh menyuruh Kiara untuk naik motor saja. Takut nanti ada apa-apa, katanya.

Tapi menurut Kiara, justru naik motor akan lebih bahaya karena Kiara belum hapal jalanan di Jakarta, takutnya nyasar. Akhirnya Bi Inah mengalah karena Kiara tetap nge-les.

Kiara mengeluarkan iPhone serta earphone dari tasnya, lalu menyumpal kedua telinganya dengan masing-masing saru kepala earphone.

Kiara mendengarkan lagu dari 5SOS-She Looks So Perfect yang akhir-akhir ini menjadi menjadi lagu favoritnya.

Sambil mendengarkan lagu, Kiara memalingkan wajahnya ke jendela untuk melihat pemandangan di luar sana.

Ah, rasanya tidak menyangka sekarang ia berada di Jakarta. Hidup di bawah hingar bingar Ibu Kota, meninggalkan Bandung kota kelahirannya, kota penuh dengan sejuta kenangan. Terlebih bersama kekasihnya, Dimas.

Hingga akhirnya, gadis ini tersadar bahwa ada seseorang yang baru saja menempati kursi kosong di sebelahnya. Kiara melirik seraya melepas earphone dari telinganya.

Terlihat seorang cowok mengenakan seragam yang sama dengannya. Tapi lebih terlihat buruk untuk dikategorikan sebagai pelajar.

Lihat saja dari penampilannya. Baju yang dikeluarkan, kancing atasnya yang terbuka, tidak memakai dasi, tidak memakai nama ataupun badge sekolah, tas yang kelihatan ramping karena seperti tak terisi buku, dan satu lagi yang membuat Kiara ilfeel....ngerokok.

Merasa diperhatikan, cowok itu menoleh membuat Kiara mengalihkan pandangannya.

'Ah, sial' rutuk Kiara dalam hati.

5 menit berlalu, Kiara merasa muak dan mual karena terlalu lama menghirup asap rokok dari cowok yang duduk disebelahnya.

Ia tidak mungkin menegurnya langsung, takut. Karena menurutnya, cowok itu memiliki wajah seperti preman. Haha.

Hingga akhirnya Kiara pun terbatuk, membuat si cowok perokok menoleh.

"Keganggu gue ngerokok?"

'I Y A !'

Ah, terlalu sulit mengungkapkan jeritan hatinya saat ini.

Untunglah bus berhenti pertanda ia sudah sampai di sekolah jadi ia tidak perlu menanggapi pertanyaan benada 'tersinggung' dari si cowok perokok tadi.

----- F A T E ----

"Nama saya Kiara Elrani pindahan dari SMA Mandiri Bandung. Semoga kalian suka dan dapat menerima saya dengan senang hati..."

Seketika kelas XI IPS2 gaduh terutama para cowok. Mereka bersiul menggoda.

"Suka dong cantik.." celetuk cowok yang duduk di pojok belakang membuat Kiara begidik ngeri.

Kelas pun bertambah gaduh karena semua menyuraki cowok tadi. Hal itu jelas mengundang amarah Bu Rita. Beliau mengambil penggaris dan memukulnya ke papan tulis dan itu mampu membuat anak-anak yang semula berisik kini diam bagaikan patung.

"Baik, ada yang mau bertanya?" tanya Bu Rita setelah semua tenang.

Seseorang mengangkat tangan dan kini semua mata tertuju padanya.Seorang cowok yang duduk ditengah menatap Kiara.

Gadis ini menatap si cowok jangkung dengan tatapan was-was. Takut-takut kejadian beberapa menit lalu terulang.

"Nama panggilannya siapa?"

Oke, hanya nama panggilan.

"Terserah, tapi biasa dipanggil Ara.." Kiara tersenyum santai.

"Kalo manggil sayang, boleh nggak?"

Oh, tidak! Ternyata si cowok jangkung sama saja seperti si cowok pojok tadi.

Seisi kelas pun tertawa. Dan lagi-lagi, Bu Rita memukul penggaris ke papan tulis. Semuanya pun diam kembali.

"Oke silakan Kiara kamu bisa duduk di sebelah...." Bu Rita mengamati kursi yang kosong.

"Divka" katanya.

Kiara pun menurut dan berjalan menuju bangku yang ditunjuk Bu Rita tadi.

"Divka" gadis berambut pendek sebahu di sebelah Kiara mengulurkan tangannya.

"Kiara panggil Ara aja, jangan panggil sayang" ucap Kiara menyambut uluran tangan Divka.

Divka dan Kiara pun tertawa pelan takut di lempar penggaris oleh Bu Rita.

--------------- F A T E ---------------

Bersambung...

Segini dulu ya, maafin kalo di awal udah ngebosenin gara-gara banyak narasinya.

See Ya di part 3.

F A T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang