PART FIVE

111 7 0
                                    


Sudah seminggu ia tinggal di Jakarta. Sudah seminggu pula gadis ini sekolah di SMA Bakti Mulia. Ia menjalani hari-hari seperti biasa. Bangun pagi--mandi--berangkat--pulang--belajar--tidur. Ah, tidak bisa mendefinisikan seluruh kegiatan Kiara karena terlalu banyak aktivitas yang ia lakukan.

Seminggu ia jalani di sekolah seperti biasa pula. Ia sudah bisa akrab dengan teman-teman satu kelasnya. Ia juga kini sudah tahu siapa 'si cowok pojok' dan 'si cowok jangkung' yang pernah menggodanya waktu pertama ia masuk di sekolah ini. Namanya, Doni dan Wisnu. Menurut cerita dari Divka, mereka memang suka menggoda cewek-cewek cantik. Tapi, sebenarnya mereka baik kok. Sungguh, teman-teman sekelas Kiara sangat baik dan yang pasti...Gokil!!

Kelas XI IPS 2 terlihat gaduh. Anak cowok ada yang nyanyi-nyanyi gak jelas, ada yang mainan pesawat-pesawatan, ada yang bermain game ramai-ramai di satu laptop, dan sisanya sedang mengumpul di pojok membicarakan sesuatu yang Kiara tidak tahu dan tidak mau tahu karena menurut cerita teman-temannya mereka suka membicarakan mbak-mbak kos disebelah rumah Fadli yang seksi, bohai, montok, dan apalah itu pokoknya Kiara tidak pernah mau mendengar cerita tentang mereka.

Sedangkan anak cewek seperti biasa asyik untuk bergosip ria. Mulai dari membicarakan fashion, cowok, sampai banci yang kemarin ngamen di rumah Divka tiba-tiba nyanyi dengan suara gagah laki-laki.

Semua masih terlihat ramai dan sibuk dengam kegiatan masing-masing hingga...

Brak!

Datanglah Arief si ketua kelas sangar tengah berdiri diambang pintu seraya memperhatikan seisi kelas yang penghuninya terdiam menatap kearahnya dengan tatapan konyol. Arief berjalan santai menuju meja guru kemudian berkata.

"Sadar woy elah. Gue ngeri ditatap gitu"

Kemudian semua kembali seperti semula.

"Yah, abisnya elu ngagetin. Gimana? Ada gak Pak Abdi nya?" tanya Enggar.

"Gak ada---"

"ASEEEEKKKK!!"

Mendengar jawaban Arief, kini semuanya kembali gaduh. Menggebrak-gebrak meja dan bersiul-siul tanda mereka senang karena guru sejarah yang super duper galak kini tidak hadir.

Brak!

Lagi-lagi Arief menggebrak meja dengan penggaris ditangannya.

"Jangan seneng dulu pea! Pak Abdi gak masuk karena beliau ada rapat di Bogor tapi beliau ninggalin tugas yang amat sangat berat, gue pun gak sanggup ngomongnya..." kata Arief sok dramatis.

"Uhh, Arip sayang sabar yaak" kata Bagas mendekat dan memeluk Arief.

"Bagas sarap gila lgbt amit-amit ya Allah..." teriak Aqilah dari bangkunya. Semuanya pun tertawa melihat tingkah Bagas.

"Oke, kita disuruh menghafalkan materi bab 3 terus besok presentasi individu di depan kelas plus---" jelas Arief

"Ah, si Arip sukanya yang plus-plus ni ah" celetuk Doni.

Anak cewek bergidik mendengar penuturan Doni barusan. Mereka tau apa yang di maksud dengan 'plus-plus' disini.

Arief cuek dan tetap menjelaskan tentang tugas yang diberikan Pak Abdi untuk kelasnya.

"Dan, mengerjakan bab berikutnya di buku tugas terus nanti dikumpul. Dan, kalo gak dikumpul bakal kena hukuman dari Pak Abdi besok. Sekian"

"HUUUUUU"

Semuanya kini kembali ketempat duduk masing-masing dan mulai mengerjakan tugas.

60 menit berlalu, kini jam istirahat dimulai. Semua siswa berhamburan ke luar kelas dan menuju kantin. Termasuk anak-anak kelas XI IPS 2 yang telah selesai mengerjakan tugas laknat dan terkutuk itu kini mulai berhamburan ke kantin mencari asupan gizi karena setelah ini adalah pelajaran teror yang mengerikan selain sejarah yaitu....matematika.

F A T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang