Bandung, Jawa Barat
Suasana hangat kota kembang ini masih khas seperti saat setahun lalu Kiara meninggalkan Bandung. Kehangatannya, ketentramannya, dan kesejukan pagi nya masih sama. Walaupun banyak yang bilang Bandung sebelas duabelas dengan Jakarta, tetapi bagi Kiara Bandung tak sebringas ibu kota.
"Mau langsung ke rumah Om Roy Ra?" tanya Mama sambil memberi segelas susu kepada anak gadisnya yang baru sampai di rumah kemarin sore.
"Iya, soalnya kemarin Teh Mitha telpon katanya kangen sama Ara Ma" jawab Kiara sambil mengutak-atik ponselnya.
"Emang sekolah libur berapa hari?" tanya Mama.
"10 Ma, kelas 12 lagi ujian jadi diliburin. Rafa mana sih belum turun-turun dari tadi" Kiara melongok ke lantai atas kamar adiknya. Pasalnya Rafa minta diantar sekolah oleh Kiara dan sudah dua puluh menit setelah Rafa mandi anak itu belum keluar kamar.
"Setahun nya Dimas, bukannya dua hari lagi Ra?" tanya Mama hati-hati karena mengerti perasaan sensitif anaknya menyangkut Dimas.
"Hm. Makanya mumpung libur, Ara sempetin kesini. Nah, tuh dia! Idihhh adikku ganteng bener ya, tu rambut kenapa klimis banget?" seru Kiara ketika melihat Rafa turun sambil menggendong tas merah bergambar kartun itu.
"Kan aku habis keramas makanya klimis gini" jawabnya.
"Ih bau wangi pomade nya Kak Aldi ini mah" celetuk Kiara yang tengah mendekatkan hidungnya ke rambut Rafa.
"Ih, dikit doang kok. Boleh kan ya Ma?" kata Rafa meminta pembelaan.
"Gak boleh lah, masih kecil juga. Ya udah yuk berangkat, ntar kesiangan" kata Kiara.
**
Rumah bercat putih yang di kelilingi bunga-bunga di sekitar tamannya dan pohon rindang memasuki indera penglihatannya. Hawa nya masih membuat hatinya sejuk dan merasa hangat setiap kakinya berpijak di rumah itu.
"Assalamualaikum" Kiara mengetuk pintu rumah.
Belum ada jawaban.
Sekali lagi Kiara mengucap salam.
"Waalaikumsalam"
Pintu terbuka, menampakkan sosok ibu setengah baya dengan pakaian sederhana yang membalut tubuhnya.
"Kiara?" sapa wanita itu.
"Ini beneran Kiara kan?" perlahan jemari kurus dan keriput itu menyentuh wajahnya.
Seketika hati Kiara merasakan ngilu yang luar biasa ketika tangan itu menyentuh wajahnya. Ia kemudian segera menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan wanita yang kini sudah menitikkan air mata.
"Iya, ini Kiara tante. Kiara kangen"
Rasa damai ketika berada di rumah ini masih sama. Teringat saat setiap Dimas mengajaknya kemari untuk sekedar menemui orangtua Dimas yang sudah Kiara anggap sebagai orangtua keduanya. Teringat juga saat rumah ini diselimuti duka dan air mata ketika salah satu anggota keluarga pergi untuk selamanya.
Rasanya Kiara duduk manis di kursi ruang tamu seperti sedang menunggu Dimas yang biasanya sedang mandi karena mereka sudah janji akan jalan bersama. Rasanya seperti ada Dimas dalam rumah ini.
"Diminum Ra"
Kiara tersentak dan mengalihkan pandangannya kearah Tante Sofi, Ibunda Dimas yang kini duduk di depannya. Ia segera mengambil cangkir bermotif batik berisi teh hangat dan menyeruputnya perlahan.
"Kiara datang ke sini sengaja ya karena Dimas?" tanya Tante Sofi.
"Iya, Tan. Juga kangen sama Bandung sih hehe" jawab Kiara berusaha menyejukkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A T E
Teen Fiction"Takdir memisahkan aku dengan dia untuk selamanya, dan takdir mempertemukanku dengan kamu untuk selamanya pula..."