PART THREE

126 7 0
                                    

"Kamu itu gak bosen apa keluar masuk ruang konseling terus? Sudah datang terlambat, ketahuan merokok lagi. Saya itu gak habis pikir sama jalan pikiran kamu. Saya sudah capek menegur dan memberi kamu hukuman!"

Suara nyaring itu menggema diseluruh sudut ruang konseling. Suara yang memekakan telinga bagi yang mendengarnya. Termasuk Bu Endang yang menggelengkan kepala, dan...

"Arya! Kamu dengar saya tidak sih?!"

Arya, siswa yang langganan keluar masuk ruang konseling hanya mendongakan kepala menatap guru yang sedang naik darah di depannya.

"Ya udah, kalo gitu ibu gak usah negur dan ngasih saya hukuman. Gampang kan bu? Daripada emosi terus kan kasian ibu nanti jantungan terus...wassalam"

Jawaban skakmat yang membuat bu guru berkacamata besar ini marah besar. Wajahnya merah dan matanya melotot tajam ke arah Arya.

Tapi, yang ditatap hanya nyengir kuda sebagai balasannya. Dasar, murid durhaka.

"ARYA! BERANI YA KAMU MELAWAN SA---"

"Permisi bu,"

Suara lembut itu berhasil membuat emosi Bu Asih yang semula menyala-nyala kini redup kembali. Ditampilkan senyum terbaiknya untuk seorang siswi yang berdiri di ambang pintu.

Begitupun dengan Arya, dia segera menoleh kearah pintu. Tempat dimana si sumber suara telah menyelamatkannya dari auman maut sang harimau kelaparan. Ckck

Sedangkan di depan pintu ruang konseling terlihat seorang gadis dengan rambutnya yang tergerai indah melongokkan kepalanya dan tersenyum menatap Bu Asih lalu beralih menatap Arya kikuk.

"Eh, iya silakan. Ada apa Kiara?" tanya Bu Asih sopan.

"Um, ini bu saya mau menyerahkan surat keterangan kepindahan saya yang sudah saya urus" jawab gadis itu dengan mata yang sesekali menatap cowok di kursi sebrang.

"Oh, ya langsung saja sama Bu Endang ya, itu disana" bu Asih memberi petunjuk dimana Bu Endang berada.

Gadis ini hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada Bu Asih dan berlalu masuk kedalam menemui Bu Endang.

Sesaat masuk ke dalam ruang konseling, gadis ini melewati cowok dengan seragam lusuh yang masih menatapnya ketika gadis ini meliriknya.

Bu Asih kembali duduk ke bangkunya dan menatap Arya tajam. Emosi yang tadinya reda, kini memuncak kembali hingga ke ubun-ubun. Bu Asih kemudian mengeluaran sumpah serapah kepada Arya yang seperti biasa hanya dianggap angin lalu oleh cowok itu.

Sudah 3 menit lebih Bu Asih mengomel, tetapi Arya sama sekali tidak mendengarkan ocehannya. Justru, ia lebih memilih memandangi gadis tadi yang tengah memunggunginya. Pelan-pelan senyum kecil itu muncul di bibir Arya.

"ARYA! SAYA DISINI KENAPA KAMU MALAH NGELIATIN KIARA TERUS?!!"

Gertakan itu mampu membuat Arya tersadar dan mengalihkan pandangannya kepada furu didepannya yang memelototinya. Tidak hanya Arya yang terkejut, namun Bu Endang juga...

Kiara.

Gadis ini merasa namanya terpanggil segera menoleh dan mendapati Bu Asih tengah menatap cowok di depannya dengan tatapan menyala-nyala.

"Eh, i..iya bu. Maaf, abisnya dia cantik sihh"

Kata-kata itu mampu membuat Kiara menegang dan keringat dingin. Ia melirik cowok itu yang juga tengah meliriknya.

Bu Asih menggelengkan kepalanya, "Kiara, saya sarankan jangan mau sama anak bandel ini. Saya takut kamu kenapa-napa kalo sama dia"

Eh?

F A T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang