Pintu terbuka memasuki pendengaran ku, aku terbangun di tempat yang berbeda, aku tau ini adalah kamar halena sejak semalam aku berada disini semenjak kejadian sialan yang tidak ku harapkan itu.
"Hails? Ini hadiah Mu" ucap halena tersenyum kearahku
Aku membalas senyumannya sebisa mungkin, dia sahabatku yang paling tulus di antara mereka semua bahkan lebih baik dari jalang itu. Mengingat kejadian semalam aku malas untuk membicarakan nya, aku bingung apa aku harus mengakhiri hubungan ku dengan zayn? Itu sangat teramat sayang karena kita sudah menjalin hubungan selama dua tahun terakhir, walaupun kami tidak seperti orang berkencan melainkan seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain.
aku memperhatikan halena yang sedang mengepak pakaian nya entah untuk apa, dia seakan mau pergi jauh karena membawa pakaian yang banyak.
"Kau mau kemana?"
"Hanya merapikannya!"
"Kau akan pergi?"
"Tidak"
"Tolong, jangan pergi sekarang. Aku masih membutuhkan Mu!"
Dia duduk di samping ku, memelukku dengan pelukan hangat membelai rambutku halus.
"Aku tau itu, aku tidak akan meninggalkan Mu sampai beberapa hari ke depan, tenang saja" dia mempererat pelukannya, coba saja orang di bumi ini seperti dia semua mungkin aku merasa bahagia.
Walaupun dia suka melakukan seks dengan sembarang orang tetapi dia selalu menimbang nimbang dengan orang yang akan melakukan seks dengannya, dia selalu mencari orang yang jika mereka bercumbu tidak ada orang yang tersakiti di belakang, aku bahkan bangga padanya dengan hal itu.
"Kau mau tinggal bersama ku saja hails?" tanya nya
"Aku belum bisa menjawabnya len, aku masih memiliki tanggung jawab bersama sholine untuk membayar apartemen bersama"
"Yasudah kalau seperti itu, kalau kau ingin pindah kesini, kapanpun pintu frat ku terbuka untukmu!"
Sekali lagi aku memeluknya, aku merasa berhutang Budi padanya. Dia terlalu baik terhadapku walau terkadang kelakuannya membuatku risih jika ada di dekat nya.
***
Hari ini aku merasa tidak semangat dalam kuliah, bayanganku terhadap Zayn dan juga sholine masih berputar putar, aku ingin menangis saat mengingat hal yang terjadi semalam.Erangan sholine, ekspresi Zayn, kenikmatan mereka berdua sungguh tidak bisa ku hilangkan dari ingatan ku, pelajaran hari ini tidak ada yang bisa ku serap.
Seluruh penghuni kelas sudah keluar, aku baru tersadar akan hal itu, aku keluar menuju lorong kampus namun tangan besar lagi lagi menariku, kutau itu si bajingan.
"Apa yang mau kau lakukan? Ku mohon! Mood ku sedang tidak bagus bajingan!" ucapku ketus
"Aku tidak akan pergi jika kau terus seperti ini!"
Aku memutar bola mataku."lalu?" dia tampak berfikir dan kemudian kembali berbicara.
"Pertama, aku tidak suka jika kau berbicara seperti itu, kedua, aku tidak mau mengganggu Mu sebenarnya aku hanya ingin mempertanyakan perjanjian kami pekan lalu dan ketiga sekaligus yang terakhir namaku Harry! Bukan bajingan" ia berbicara panjang lebar, benci sekali aku melihatnya berbicara seperti itu membuat kepalaku bertambah pusing dan memperburuk mood ku.
"Terserah!" aku meninggalkannya sendirian dan sesegera mungkin aku menuju parkiran untuk mengambil motorku dan kembali menuju frat sebelum ia menarik kembali diriku dan menanyakan hal yang tidak penting menurut ku.
Tiba di frat, aku mempunyai pertanyaan tentang kepastian hubungan ku dengan nya, apakah masih berlanjut atau tidak yang jelas aku masih mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE MAN (Hendall)
FanfictionIni lebih dari sebuah bencana jika aku jatuh hati padanya, dengan segala kelakuannya yang membuat ku muak akan dirinya. Mengingat semua kejadian yang ia perbuat padaku tidak sepantasnya jika aku jatuh hati padanya mengingat aku bukanlah siapa siapa...