Tangan Zayn mulai membelai wajahku, mendekap kedua pipiku agar terus menatapnya, dia mencoba menghapus air mataku yang sudah membasahi pipiku "selalu saja menangis, kau tau aku benci jika kau mengeluarkan benda bening sialan dari matamu ini" ucapnya
Aku terdiam memperhatikannya, rasanya nafasku begitu sesak saat saat seperti ini, aku merasa jutaan kebahagiaan yang tertumpu pada hatiku. "Apakah aku Se istimewa itu di mata Mu hingga kau terus terusan saja menangis seperti itu?" sambung Zayn lagi dengan menambahkan nada humor didalamnya.
Aku memukul lengannya, dia tersenyum kearahku, mengapa dia tidak bisa mengurangi tingkat ketampanannya itu yang selalu membuat ku tergila gila akan dirinya, astaga! Bisa kah dia berhenti tersenyum seperti itu, rasanya aku ingin sekali membunuhnya agar orang tampan yang membuatku gila kontrol sesaat ini tidak ada disini, namun apa daya, tentu saja aku tidak bisa membunuhnya, jangankan membunuhnya bahkan menyakitinya saja aku tidak mampu aku terlalu sayang padanya.
"Kau tau? Bisa kah kau berhenti untuk tersenyum seperti itu? Karena itu sama saja membunuhku secara perlahan" ucapku, tatapannya berubah menjadi serius sesaat.
"Membunuhmu secara perlahan? Apa maksudnya?" ucapnya dengan tatapan bingung kearahku.
Aku mendekatkan wajahku kearahnya, menatapnya dengan penuh hasrat perlahan aku membuka mulutku "senyum Mu telah mengalihkan seluruh duniaku" ucapku
Dia langsung menjauhi tubuhnya dari diriku, astaga apakah aku salah berbicara padanya? Ku harap tidak, dia langsung memasang ekspresi wajah cemberut. "Ada apa?" tanyaku dengan tatapan khawatir
Dia menghela nafasnya singkat "sudah pernah ku katakan aku benci jika di puji secara berlebihan" dia langsung membuang muka dari arahku
Aku tertawa singkat kearahnya "jadi itu yang membuatmu marah seperti ini" aku menarik wajah Zayn agar kembali menatap ku.
Kali ini aku yang mendekap wajahnya, dia masih tidak mau menatap ku "tolong tatap aku zayn" ucapku dia lagi lagi masih tidak mau menatapku "Zayn cepat tatap aku" ucapku sedikit membentaknya.
Akhirnya ia kembali menatap ku lagi, aku menarik nafas sejenak "kau sempurna Zayn! Kau begitu sempurna untuk ku" dia kembali membuang wajahnya dari ku, dia terlihat lebih kesal dari barusan.
Aku hanya tersenyum dan menyenderkan kepalaku di pundaknya tidak peduli kalau ia marah padaku atau tidak, "Kau marah padaku?" tanya ku yang menatap wajah Zayn yang masih membuang muka dari ku.
Dia masih terdiam, ku fikir aku tidak peduli kalau ia marah padaku, namun memang kenyataan nya seperti itu, dia terlalu tampan jika tersenyum. Namun semakin lama mataku semakin berat dan ingin tertidur.
Terlelap dalam dadanya yang bidang cukup menenangkan seluruh perasaan ku, sejuta kekhawatiran hilang sejenak dalam keadaan seperti ini jutaan kebahagian merengkuh dalam dadaku, rasanya aku tidak mau berakhir dan ingin selalu seperti ini.
***
"Hails! Tolong bangun, kau ada jadwal kuliah kan hari ini?" terdengar suara seseorang yang membangun kan ku dengan suaranya yang lembut.
Mataku masih menerawang siapa orang yang membangunkan ku, sebelum penglihatan ku kembali jelas. "Kau ada kelas bukan?" tanya halen yang sudah berada di depan ku.
Aku bangun dengan keadaan sedikit tersentak, aku masih mencari keberadaan Zayn yang semalam berada di sebelah ku "Halen? Dimana zayn?" tanya ku yang memasang wajah bingung.
"Zayn? Ku fikir bajingan itu belum pulang sejak kemarin" ucap halen yang langsung pergi menuju dapur yang terletak tepat di sebelah ruang tamu ini, "tidak! Kau pasti bercanda, semalam aku tertidur disini dengannya" suaraku mulai meninggi, halen hanya menggeleng singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE MAN (Hendall)
FanfictionIni lebih dari sebuah bencana jika aku jatuh hati padanya, dengan segala kelakuannya yang membuat ku muak akan dirinya. Mengingat semua kejadian yang ia perbuat padaku tidak sepantasnya jika aku jatuh hati padanya mengingat aku bukanlah siapa siapa...