Karat dan Kafir itu Seperti Martabak. Spesial!

51 1 0
                                    

Meskipun gue jomblo, gue gak se-forever alone itu. Layaknya Fahmi, pun gue punya partner in crime.

Sebut saja nama mereka, Ratna dan Firda. Kami menyebut diri kami sendiri CRF, atau oleh anak lain disebut 'geng trio kapak'.

Ratna, atau biasa gue panggil Ratnang—dari nama panjangnya Ratna N.K—lahir tahun 1999, satu tahun dibawah gue.
Dengan berat sama seperti gue—53 kg, tinggi badan hanya sebatas kuping gue (kalau kalian belum tau, tinggi gue sekitar 161 cm) dan kulit agak gelap, acap kali jadi bahan bully-an gue dan Firda.

Ratna ini tipe anak rajin belajar, tapi nggak pinter-pinter dalam kehidupan nyata. Ditambah bolot level akut, yang bikin gue kadang capek sendiri ngomong sama dia.

Suatu waktu, gue nanya ke dia "nang, lo disuruh main sama siapa?"

"Sama mamas"

Kemudian gak lama, pakde udah neriak-neriakin dia.
"Ratna, lah main sama mamas sana!"

"Loh, saya pakde?"
LAHH INI APAAN DAH.

Kisah cinta nya, selama gue tau lebih sering tragis. Kebanyakan gak terbalas, atau biasa disebut bertepuk sebelah tangan.
Dia ini juga suka, pake banget sama OneDirection, malah pernah nangis waktu Zayn Malik keluar. Akhirnya ratnang jadi bahan olok-olok, malah di bully sepanjang latihan.

Beda dengan Ratnang, beda lagi dengan Firda. Atau biasa gue panggil Pida, lahir tahun 2000 di pinggiran Jakarta.

Tinggi nya sama kaya gue, tapi berat badannya hampir 10 kg dibawah gue. What a problem?

Pida ini tipikal orang yang kalau dilihat dari luar, judesnya luar biasa. Alis nya yang nungging di ujung, mempertegas kejudesannya.
Padahal asli nya, Pida ini easy going. Agak cerewet. Kalau bicara sama orang, dia bakal mendominasi pembicaraan. Malah suka motong pembicaraan orang lain.

Gue sendiri suka masang tampang gue bacok lu da kalau dia udah mulai motong pembicaraan melulu.
2 bulan terakhir, Pida sudah nggak jomblo lagi. Alias punya pacar, tapi kurang ajar.

Bayangin, setiap kali main sama gue, cowoknya bisa tiba-tiba nongol. Dan berakhir gue ditinggal sendirian, nungguin dia kelar main sama cowoknya.
Apalagi waktu pertama kali ketemu sama cowoknya, gue dalam posisi sedang puasa ditinggal sendiri didalam restoran cepat saji yang terkenal eskrim, kentang goreng dan burgernya yang enak, selama 3 jam.

Bayangkan, hidung gue kembang kempis setiap kali ada kentang goreng lewat dihadapan gue.

Bayangkan!

Perbedaan yang sangat mencolok saat dia jomblo, dan sudah punya pacar.

Bicara soal colok-mencolok, hal ini acap kali jadi bahan yang selalu kami rebutkan. Bukan cowok, bukan make up, bukan tas mahal, tapi stop kontak.
Ditempat kami menaruh tas, hanya ada satu stop kontak yang mana selalu jadi perebutan bagi handphone-handphone yang haus akan listrik.

Hampir setiap mendudukan tas, buat gue maupun Pida pasti langsung mengeluarkan charger-an hp.
Tak ayal, jika satu sama lain melihat potensi kami me-charge hp semakin kecil, maka kami akan jatuh-jatuhan menutupi stop kontak supaya tidak digunakan satu sama lain.

Sayangnya, Pida ini punya prinsip bolong dikit,colok! Maka kalau sudah begini, yang bisa gue lakukan adalah menyerah dan pindah ke kantor yang hanya berbelakangan dengan stop kontak tadi, atau pindah ke Kantin bang Opik.

Atau, mencabut charger-an hp Pida setiap kali dia mencolokan ke stop kontak, sampai akhirnya dia menyerah dan pindah ke tempat lain.

Omong omong, gue ini punya panggilan. Disebabkan gue murid hampir tertua, maka gue dipanggil kakak. Atau singkatnya, gue dipanggil Kacit.

Kalian tau, gimana kalau Ratna dan Firda dipanggil kakak?
Ya, kalian tidak salah.

Karat.
Kafir.

---
@lcitragustin

Ngeselin sih, tapi...Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin