Tokoh Dibalik Ketidak-Warasan Kami Semua.

27 2 0
                                    

Kalian mungkin berfikir kenapa cerita ini isinya selalu kalau nggak Fahmi, Dito, de Fakhri.

Gue juga berfikir demikian.

Maka di chapter ini, gue akan menceritakan bagian dari salah satu sumber ketidak warasan kami semua.

Mungkin di beberapa chapter sebelumnya, sosok ini suka gue sebut namanya. Seperti biasa kami panggil, mas Faiz ini merupakan anak tertua di Larisa. Pakde biasa menyebutnya "atlit berbakat" yhaa, memang sedikit sarkasme.

Jadi pernah suatu hari, selesai latihan mas Faiz ikut-ikutan permainan anak cowok, yaitu freestyle sepak botol.

Kalau kalian belum tau apa itu sepak botol, singkatnya ya sama saja seperti sepak bola. Tapi berhubung nggak ada bola, maka kaum adam ini menggunakan botol sebagai pengganti bola.

Padahal kalau dipikir-pikir, masing-masing dari mereka punya bol......ah sudah.

Nah, berhubung yang mereka mainkan ini freestyle jadi kalian tau lah. Seperti juggling, salto, dan kawan-kawannya. Nggak tau? Google dulu gih, sana.

Suatu waktu, mas Faiz juggling botol dan dioper ke Figo, dan dengan gayanya si Figo ini salto untuk memasukan botol kedalam box sampah.
Aih, sayangnya botol meleset sedikit dari box tersebut.

"Ah elah go, baru gua mau selebrasi" ucap mas Faiz.

Dia pun kembali ke tas, mengambil baju dan celana ganti—beserta dalamannya. Belakangan gue tau, dia ganti semua komponen pakaian tersebut karena mau jemput nyokapnya kerja.

Tapi belum sampai pintu kantor, mas Faiz balik lagi karena masih penasaran. Juggling dikit dan oper ke Figo, sambil menenteng bajunya.

Jederrr, botol mineral tersebut menabrak keras bagian dalam box sampah akibat tendangan salto dari Figo.
Mas Faiz? Selebrasi lah, lari kearah Figo dan adu toss kemudian berlari kecil kearah kantor.

Yang gak dia tau, sempak-nya jatuh tertinggal di dekat kumpulan cowok-cowok pemain sepak botol tersebut.

Lhaaa, habis dimainin Dito. Sempak abu-abu tersebut diputer, macam baling-baling.

"Woeee sempak limarebu diobral diobral"

Mas faiz masih gasadar, sampai akhirnya dia sedang membuka pintu sambil menoleh kearah sekumpulan bocah-bocah laknat yang mentertawakan hal tersebut—termasuk gue—barulah dia sadar, dan berlari menuju Dito yang sudah tergelepar memegang perutnya yang hampir keram akibat tertawa.

"Yehh elu sempak jb diputer puter, diobral pula." Ucap mas Faiz, sambil menahan malu.

Eh sebentar dulu,
memang ada anak Larisa yang urat malunya belum putus?

---
@lcitragustin

Ngeselin sih, tapi...Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin