Paket Spesial dari Gorontalo!

36 1 0
                                    

Pernahkah kalian membaca cerita-cerita klise, dimana ada seorang anak pindahan yang mendadak terkenal dan jadi favorit semua orang?

Begitu pula dengan Sabry, atau biasa kami panggil Aby. Seperti pada normalnya, first impression kami semua terhadap Aby ini sama. Pendiam. Cool. Tapi jangan salah, biar gue ceritain prosesnya.

Aby pertama kali datang yaitu bulan puasa tahun 2015, terbang langsung dari Gorontalo. Pakai pesawat, tentunya. Pasti kalian bertanya-tanya, Aby ini siapa sih, dari Gorontalo langsung ke Bekasi.

Jadi singkatnya, nyokapnya Ami pernah dinas kerja di Gorontalo. Kenal nyokapnya Aby, yang ternyata anaknya pemain Bulutangkis juga. Diajak jalan-jalan di Gorontalo. Aby ke Jakarta, diajak kerumah Ami. Nginep. Latihan bareng.

Nah, permasalahannya adalah, 2 minggu pertama di bulan puasa gue nggak latian. Kenapa? Gue mudik ke Medan selama 6 hari, dan naik mobil yang omong-omong perjalanan bekasi-siantar-bekasi saja memakan waktu 6 hari.

Selama di Medan, gue selalu dikabari anak Larisa, "kacit ada anak baru dari Gorontalo, namanya sabry"

Gue penasaran, minta fotoin tapi gapernah ada yang kirim. Akhirnya tiba hari dimana gue mulai latihan lagi. Gue masuk ke gor, ada satu sosok asing yang langsung gue asumsikan oh itu yang anak gorontalo.

Biasa aja. Serius, impresi pertama gue biasa aja. Dari tampilan fisik, permainan dia, sifatnya dia. Nggak ada yang menonjol.
Kalau menonjol, berarti dia wanita. Eh, gue bicarain apa sih?

Parahnya, di hari pertama latian, gue langsung disuruh main single, bahkan main ganda lawan Aby.
Okelah single, tapi ganda? Gue yang notabene sangat buruk dalam mengingat nama, acap kali kebingungan saat ingin memanggil Aby.

"Eh eh lo siapa aduh, liat baju lo, oh sabry. Iya sabry, maap yak."

"Eh aduh, siapa sih dia namanya? Iya ituuu yang anak gorontalo, disuruh main sama gue."

Iya, gue selupa itu sama namanya. Tapi sekarang, siapa sih anak Larisa yang nggak kenal Aby?

Pertama kali kenal, menurut gue Aby sangat amat pendiam. Bahkan gue hampir nggak pernah bicara sama dia.
Tapi percaya nggak, sekarang dia bahkan jadi sohib gue?

Jadi begini, kalian masih ingat kalimat gue tentang "kenali dulu sikap konyolnya?". Maka itu lah yang terjadi.

Hari raya Idul Fitri, Aby pulang ke Gorontalo. Tapi selang berapa hari, dia sudah mendarat lagi di Bekasi. Dari situlah persahabatan gue, Aby, dan mas Faiz tumbuh.

Suatu ketika selesai latian pagi, gue yang akan pulang naik angkutan umum, ditawari pulang bareng mas Faiz.
Mungkin gue akan langsung mengiyakan, kalau saja nggak ada Aby yang dia bonceng juga.
Iya bener.

Tapi toh akhirnya gue mengiyakan. Kami bonceng tiga, bahkan mampir dulu ke restoran cepat saji yang terkenal enak eskrim dan kentang gorengnya.

Aby ini, kalau dilihat fisiknya nggak terlalu cakep. Tapi nggak bisa dibilang jelek juga.
Tinggi sekitar 165-an, mata agak sipit dan rambut yang sering banget ganti gaya. Aby ini cukup mandiri, untuk hitungan anak tunggal.

Fisik sudah, sifat sudah, waktunya membahas sikap.
Aby ini kalau lagi sendiri suka lucu, gue acap kali memergoki Aby sedang asik joget-joget sendiri, dengan earphone yang bertengger dikedua telinganya.

Oh ya, gaya berbicaranya pun medok Gorontalo. Gue ataupun Aby, masih sering sama-sama nggak ngerti apa yang dibicarain. Gue nggak paham bahasa Aby, Aby nggak paham bahasa gue.

Tapi bukan berarti gue nggak bisa bersahabat, kan? Buktinya, sepulang Aby ke Gorontalo, gue maupun mas Faiz sama-sama merasa ada yang kurang.

Itulah, Aby dengan segala hal tentang dirinya mampu membuat dia terlihat nggak ansos.
Jadi kuncinya, jadilah seperti Aby yang jika nggak pandai bersosialisasi, maka jadilah konyol.
Tapi jangan ditelan mentah-mentah kalimat tadi, kecuali kalian berani seperti Sherina yang tiba-tiba menyanyi "dia fikir, dia yang paling hebat?..." di lingkungan baru.

Kalau kalian nggak berani, maka bersosialisasi lah.

---
@lcitragustin

Ngeselin sih, tapi...Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin