Sayang sih, Tapi Gengsi Bilangnya.

85 1 2
                                    

Kalian pasti punya beberapa teman atau mungkin banyak, yang sering berantem dengan saudara kandungnya sendiri.

Inilah yang acap kali terjadi di sela-sela latihan, melihat beberapa orang disini memiliki hubungan darah yang sama.

Sebut saja Aliza, perempuan berkulit gelap kelahiran 2001 ini sering kali bertengkar dengan adiknya, Emo.
Padahal umur antara keduanya cukup berjarak, yaitu 5 tahun.

Acap kali, keduanya datang dengan mata sembab—habis berantem. Tapi padahal, dalam banyak hal pun keduanya saling memperhatikan satu sama lain.

Lain hal dengan Fahmi, iya Fahmi lagi. Fahmi sebagai anak tengah dari 3 bersaudara, sering kali tersisih.
Adalah mas Faiz, biasa kami panggil. Laki-laki kelahiran 1997 dan memiliki badan diet on progress ini merupakan abang kandung Fahmi, yang mana sangat amat mengayomi kedua adiknya.

Dengan jarak yang cukup jauh—8 tahun, Fakhri atau biasa kami panggil "adek" acap kali jadi bahan bully-an Fahmi. Fakhri yang notabenenya anak bungsu, mempunyai sifat yang manja dan suka kolokan, kalau kata orang-orang.

Setiap kali selesai latihan, pasti ada yang namanya stretching, berdoa, dan diakhiri dengan salim kepada semua orangtua murid dan pelatih.
Nah, Fakhri ini gengsi nya tinggi. Setiap salim, harus dia yang pertama selesai. Maka dari itu, Fahmi bahkan semua anak Larisa seringkali menggoda Fakhri,

"Mas figo duluan de, ade kalah!"

"Yesss mas ami menang, ade kalah lagi"

"Adee mas euro udah duluan noh, ade kalah yaa"

Setelah teriakan-teriakan di atas, nggak lama kemudian pasti akan ada suara tangis. Siapa lagi kalau bukan Fakhri?

Oh ya, Fakhri ini punya badan yang gempal banget untuk ukuran anak kelas 1 sd. Tingginya bahkan nggak sampai sedada gue, tapi beratnya sudah menyentuh angka 30 kg.

Kalau dia buka baju, maka nampaklah lipatan lemak yang minta banget diledakin. Untungnya dia putih.

Omong omong soal putih, dia paling kesal kalau dibilang "tambah hitam".
Bisa sepanjang latihan dia bete, gusar, bertanya ke setiap orang
"Mas emang aku iteman?"
"Pakde emang aku iteman?"
"Om emang aku iteman?"
"Ma pida emang aku iteman?"

Dan akan tambah bete, ketika bilang
"Ka citra, coba liat putihan aku apa ka citra" kemudian dia menemukan bahwa, putihan gue daripada dia.

"Ah biarin, yang penting aku masih lebih putih daripada mas Euro"

YaAllah de, kamu kalau kaya Euro ngga gemes lagi.

Balik lagi ke permasalahan adik kakak, percaya nggak, suatu ketika gue bertanya
"Ade lebih sayang mas ami, atau mas ais?"

Dan yang dia jawab "Mas ami."

Kenapa? Ternyata, sejahat apapun Ami, dia yang suka nemenin Ade mainan. Dia yang selalu bercandain Ade. Sesering apapun Ami bikin Ade nangis, dia yang bikinin telor dadar—bahkan nyuapin, waktu malem-malem Ade laper.

Gue jadi belajar, sayang itu bukan apa yang diucapkan mulut. Tapi apa yang diberikan raga.
Tidak mengucapkan sayang, bukan berarti nggak sayang.

Pernahkah kalian melihat hal-hal seperti cerita diatas? Atau malah, kalian sedang mengalami hal seperti diatas?

---
@lcitragustin

Ngeselin sih, tapi...Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin